Rencana Pindah Rumah

18 0 0
                                    

Eve turun dari tangga rumahnya dan memasuki ruang makan , disana sudah ada mama , papa dan Abel .

Eve menyeret kursinya dan duduk disebelah Abel lalu mengambil roti dan selai coklat.

"Ve , papa udah nemu rumah baru buat kita" ucap papanya sumirgah.

"Dimana Pa?" tanya Eve antusias.

"Di dekat sekolah kalian dan dekat dengan kantor papa . Dijual murah padahal rumahnya asri dan enak . Papa udah liat kemaren , nanti kalian harus liat ya" jawab Papa tak kalah antusias.

"Kenapa sih pa, kita harus pindah. Bukannya enakan disini?" tanya Abel yang menunjukan kalau dia tidak suka dengan rumah barunya.

Abel adalah orang pertama yang menentang tentang rencana pindah rumah.

Papa menghela nafas sebelum berbicara dengan anak keduanya itu.

"Sayang , disana hidup kita akan enak , kamu tidak perlu berbagi kamar dengan Eve dan tidak perlu bertengkar setiap saat dengan Eve hanya karena masalah sepele" papa memberikan alasan yang cukup masuk akal.

Abel melirik ke Eve dan tetap tidak setuju dengan rencana pindahan keluarga.

****

Eve berjalan memasuki kelasnya dan duduk di depan bangku guru . Eve adalah gadis pendiem tidak seperti Abel yang memiliki banyak teman namun Eve pintar semestara Abel nilainya selalu merah .

Papa meminta Eve untuk mengajari Abel namun sepertinya Eve tidak bisa mengendalikan Abel yang super hiperaktif.

"Ve , makan yuk" ajak Clara , satu-satunya teman yang mau mengajak Eve berbicara.

"Hah! inikan masih pagi Ra" ucap Eve lembut.

"Gue belum makan Ve"

Eve mengeluarkan bekal yang sudah disiapkan oleh mamanya dari rumah dan diberikan ke Clara.

"Makanlah Ra" senyum Eve.

"Bener" Clara merasa tak percaya kalau bekal Eve bakal diberikan ke Clara.

"Iya" ucap Eve lagi dan lagi sambil tersenyum.

"Makasih Ve" peluk Clara erat.

Clara menyeret kursi yang ada di sebelah Eve dan melahap bekal nasi goreng buatan mama Eve.

"Gue masih bingung deh sama murid disekolah ini" ucap Clara ditengah makannya.

"Bingung kenapa?" tanya Eve.

"Lu cantik , baik , pinter tapi kok gak ada yang mau berteman sama lu kecuali gue ya , karena gue orangnya gak milih temen" Clara berbicara sambil memasukan sesuap nasi goreng dimulutnya.

"Mungkin mereka gak kenal sama aku , biar bagaimanapun aku harus baik sama mereka" senyum Eve.

Clara hanya menganggukan kepalanya dan kembali memakan nasi goreng buatan mama Eve.

Clara benar , sudah satu tahun ini hanya Clara yang baik pada Eve . Semua teman-temannya tidak mau mendekat entah ada alasan apa yang jelas sejak ada Clara hidup Eve sedikit bermakna.

Lonceng berbunyi , pertanda semua siswa masuk kelas. Hiruk dan pikuk ramai terdengar di telinga Eve. Bu Manda , guru fisika memasuki kelas dan semua murid diam seribu bahasa.

"Ada pr?"tanya Bu Manda seraya duduk di kursinya.

"Ada bu" Eve bersuara.

"Keluarkan pr kalian dan kumpulkan" perintah Bu Manda sambil membenarkan letak kacamatanya.

Semua murid mengumpulkan pr fisika , beberapa teman Eve menatap tidak suka . Eve hanya berlaku jujur .

Ketika jam istirahat berbunyi , ada beberapa anak cewek yang datang ke bangku Eve . Dengan wajah sinis terutama Anggun.

"Gak usah sok pinter , bisa?" tanya Anggun sambil mendekatkan wajahnya.

"Maksudnya" Eve tak mengerti.

Anggun menghela nafas dan diikuti beberapa teman Anggun.

"Lu gak usah sok ingetin guru kalo ada pr , bisa ?" ulang Anggun.

"Aku hanya ingin kalian lebih belajar lagi" suara Eve.

"Kalo lu masih mau tinggal di kelas ini , lu harus turuti kemauan gue . Ngerti !"bentak Anggun dengan nada tidak suka.

Anggun dan teman ceweknya pergi meninggalkan bangku Eve.

Terik matahari membuat tubuh Eve berkeringat , Eve mencium punggung tangan mamanya dan pergi ke dapur untuk menghilangkan dahaga.

"Ve , mama pergi arisan dulu ya" pamit mamanya sambil mencium kening dan pipi Eve bergantian.

Setelah Eve melepas dahaga Eve pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Abel masuk dengan mendomrak pintu kamarnya dan itu membuat Eve kaget bukan main.

"Maskara gue mana?" tanya Abel dengan muka merah , menahan marah.

"Bel , pelan-pelan aja buka pintunya , nanti rusak . Aku gak tahu dimana maskara kamu" jawab Eve sambil menaruh pakaiannya di gastok.

"Lu gak usah boong deh , lu pikir gue percaya gitu aja . Eh , denger ya , lu kan yang make maskara gue kemaren" Abel meninggikan suaranya.

"Bel , aku ini saudara kamu , aku gak tahu dimana kamu naruh maskara itu lagian itu cuma maskara . Besok aku belikan ya" Eve mencoba membuat Abel tenang.

" Gak mungkin , lu gak tahu dimana maskara gue , cuma gue dan lu yang ada dikamar ini . Gue gak butuh uang lu" Abel pergi meninggalkan Eve yang masih berdiri mematung.

Ini bukan sekali , dua kali . Abel menyalahkan barang-barang pribadinya hilang . Dari kecil Eve selalu jadi bahan pelampisan Abel dalam hal apapun tapi biar bagaimanapun Abel tetap saudara kembarnya.

Makan malam telah selesai dari tadi Abel diam tak mau berbicara dengan siapapun .

"Pa , aku setuju pindah rumah" ucap Abel tiba-tiba.

Papa yang hendak meninggalkan meja makan kini terlihat sumirgah.

"Terimakasih Bel" papa menghampiri Abel dan memeluk Abel.

"Tapi ada syaratnya , aku harus punya kamar sendiri biar barang-barangku gak hilang lagi" Abel mengajukan persyaratan sambil melihat Eve dengan tatapan tajam.

"Papa janji" cium papa pada kening Abel.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dua DuniaWhere stories live. Discover now