Bab 1

6.8K 459 20
                                    

Author POV

Dengan perlahan, bulu mata Mutia bergerak. Menyipit saat terkena sinar matahari, mengedipkan beberapa kali matanya agar dapat menyesuaikan cahaya yang di dapat pada retinanya. ia berusaha duduk seraya memegang kepalanya yang pusing, mencoba mengingat kejadian semalam.

"Sudah bangun nak?" ibu Viona perlahan menghampiri Mutia yang setengah duduk di kasur.

"ap..a" ujar Mutia meringis kesakitan sambil memegang bibirnya

"Jangan bicara dulu, Tio terlalu menampar mu dengan keras" raut khawatir muncul di wajah Ibu Viona seraya membolak balik kanan kiri wajah Mutia, " Bagaimana bisa seorang ayah bisa menampar anaknya?"

Kata kata Ibu Viona bagai sebuah pedang tajam yang sekarang menacap pada dada kiri melewati jantung menembus ke belakang bagi Mutia, Sakit tapi tidak berblood.

"Awww" teriak Mutia saat Ibu Viona dengan sengaja memegang bibir Mutia yang lebam karena tamparan.

"Aduh. Maaf nak," Khawatir Ibu Viona " di obatin dulu biar gak tambah bengkak"

Dengan cekatan Ibu Viona mengompres pelan luka yang berada di sudut bibir Mutia. Saat dirasa sudah cukup , Ibu Viona mengoleskan salep bening di sudut bibir Mutia.

"Nah, sudah selesai. Lebih baik kamu istirahat" Ibu Viona berdiri, "oh iya bagaimana jika dirimu berkenalan dengan Grafa?. Masa mau nikah nggak tau sama suami sendiri. GRAFA, sini sayang"

ketika Ibu Viona berteriak, dengan pelan pintu terbuka memunculkan seorang lelaki dengan kacamata bertengger di pangkalan hidung, dengan menundukan kepalanya , ia maju perlahan. Melalui celah gorden yang belum terbuka sempurna, sinar matahari mengenai kulit keemasannya, rahangnya terlihat tegas, bibirnya merah alami, bahkan kacamatanya pun tidak dapat menutupi karya indah Dewa. Tampan kata itu pantas di sandangkan kepadanya.
Mutia sempat dibuat terpesona kagum saat melihat dari sela-sela sinar matahari yang menembus gordennya.

"Iya Bu"

Grafa malu-malu maju kedepan, kepalanya menunduk karna takut dengan sosok asing yang sedang setengah berbaring di ranjang tidur.

Terkejut dengan muka membeo
itu yang di lakukan Mutia saat melihat lelaki tampan di hadapannya berlaku layaknya anak kecil, hancur sudah angan-angan yang sempat di rajut Mutia. Ia berpikir bahwa kehidupanya akan lebih baik karena memiliki suami yang tampan tetapi semua anganya jatuh ketika melihat sikap Lelaki tampan yang seperti anak kecil. Bahkan Mutia baru menyadari bahwa sejak tadi Laki-laki tersebut membawa dan memainkan ultramannya.

"Nak heyy nak" Ibu Viona mendada-dada tepat di depan wajah Mutia, berusaha menyadarkan Mutia "Eh iya?"

"Ibu memberitahu, sekarang kau sudah berkenalan dengan Grafa, jadi pernikahan kalian akan di adakan lima hari lagi. Takut pengantinya lari lagi"

Sontak ucapan Ibu Viona membuat Mutia yang sedang minum mengeluarkan airnya kembali. Warna merah tercetak jelas di wajahnya. Dirinya merasa tengah di sindir dengan cara yang sehalus kain sutra.
"Jadi babysitter" gerutunya dalam hati

*************
Mutia POV

Setelah tiga hari tinggal di kediaman keluarga Zea yang megah, Aku mulai sedikit mengenal sifat Grafa si bayi besar.

Pertama Grafa menyukai es krim rasa Green tea, kedua Grafa alergi parah terhadap udang, ketiga walaupun Grafa lumayan idiot  tapi Grafa rajin olahraga, aku tau Grafa rajin olahraga dari postur tubuhnya dan (-jangan lupa perut sobeknya saat aku mengelilingi rumah ini dan menemukan ruangan yang menyediakan alat olahraga paling lengkap, dari yang kecil seukuran kucing hingga yang besar seperti gajah pun ada di ruangan itu, tidak mungkin kan itu untuk ibu Viona dan pembantunya?.

Boy Idiot Is Mine!Where stories live. Discover now