Part 2

2.1K 164 23
                                    

"Gusti Putri! Apa yang anda lakukan di sana? Tayuban akan segera dimulai!"

Ayu menatap seorang wanita paruh baya yang memintanya untuk bergegas dan kembali menatap tembok tempat Putri Suhita yang asli menghilang sepersekian detik yang lalu. Baiklah, perannya sebagi 'putri Suhita' akan dimulai.

***

"Gusti Kanjeng Pangeran Ratnapangkaja memasuki balairung istana," Seorang abdi dalem istana mengumumkan.

Ratu Maharani menatap Suhita cemas. Kali ini saja dia berharap putrinya tidak akan melakukan hal-hal diluar batas yang bisa membuat nama Kerajaan Majapahit tercoreng. Bagimana pun Pangeran tersebut adalah Pangeran dari kerajaan sebelah  yang telah berbaik hati menolong mereka melalui masa-masa sulit.

Para penari-penari istana menari berlenggak lenggok memasuki balairung diikuti oleh rombongan Pangeran Ratnapangkaja di belakangnya.

Suhita menatap mata Pangeran Ratnapangkaja malu-malu. Jadi dia akan dijodohkan dengan pangeran tampan ini? Sepertinya bukan masalah besar. Yang dia harus lakukan hanyalah berbuat selayaknya putri kerajaan untuk menggantikan Suhita, si putri asli yang melarikan diri.

Ayu heran mengapa Suhita tidak mau dijodohkan dengan pangeran Ratnapangkaja. Tampan? Iya. Pangeran? Tentu saja. Kaya? Pastilah kalau tidak mana mungkin dia disebut pangeran. Berani? Tak usah disangkal lagi. Berdasarkan desas-desus yang didengarnya sedari tadi, Suhita dijodohkan dengan pangeran ini karena sang pangeran telah memenangkan suatu sayembara melawan Menak Jingga yang mengakibatkan perang saudara.

Oke hanya berbuat selayaknya putei kerajaan. Mudah bukan? Dan pastikan agar kau tidak jatuh cinta dengannya, Ayu. Batin Ayu berbicara.

"Perkenalkan ini putriku Kencana Ayu, yang mulia, pangeran Ratnajangkapa." Ayu menunduk sembari tersenyum malu-malu ketika Ratu Maharani mengenalkan dirinya secara resmi kepada sang Pangeran yang terus menatap maniknya setelah dirinya kedapatan melirik Pangeran itu sembunyi-sembunyi.

"Tidak usah memanggilku yang mulia, yang mulia. Dan senang berkenalan denganmu, gusti putri," ujar Pangeran Ratnajangkapa tersenyum. Manis. Membuat jantung Ayu berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jangan jatuh cinta dengannya, Ayu. Karena dia... Milik Suhita.

***

Beberapa jam kemudian....

Suhita memacu kudanya kencang di atas perbukitan yang di belakang istana Majapahit. Pangeran Ratnapangkalaja itu seharusnya sudah pulang bukan? Mestinya begitu karena Suhita yakin dirinya sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk berkuda dan mengelilingi sebagian besar wilayah majapahit yang membentang di sekitar bukit hijau itu. Dia juga sempat ke pasar dan melihat festival panen para warga, dan membeli kembang gula, makanan manis yang untuk pertama kalinya dalam hidupnya berhasil dicicipinya.

Setidaknya hari ini dia berhasil mewujudkan sebagian mimpinya. Berjalan-jalan di luar istana tanpa pengawasan ketat dari siapa pun. Bukannya hanya memandang dari sisi selatan Tembok Baluwerti! Jika saja dia boleh berharap, dia tidak ingin pulang. Dia masih ingin berada di alam bebas. Berkelana bersama kudanya, merasakan ketika angin membelai rambutnya. Atau merasakan sensasi berjalan-jalan di kota, yang Suhita yakin tidak akan pernah dia rasakan lagi setelah ini.

Suhita menghela napas pelan sembari melihat pemandangan sekelilingnya untuk terakhir kali. Dia kemudian kembali memacu kudanya menuju istana Majapahit. Bagaimanapun dia sudah berjanji pada gadis itu untuk kembali sore ini. Dia tidak mungkin mengingkarinya, bukan? Janji tetaplah janji.

Setelah menambatkan kudanya pada kandang kuda, Suhita lantas diam-diam mengendap masuk melalui sisi belakang tembok Baluwerti seperti yang dilakukannya tadi pagi saat melarikan diri. Semuanya seharusnya berjalan lancar jika saja Suhita tidak dipergoki oleh 'kembarannya' dan juga Pangeran Ratnapangkalaja yang ternyata masih berada di istana Majapahit.

"Apa-apaan ini?" protes Pangeran Ratnapangkalaja saat melihat dua orang yang sama persis di depannya.

"Maafkan hamba, yang mulia. Dia adalah putri Suhita yang asli. Sementara hamba berasal dari masa depan yang entah mengapa nyasar ke negeri ini yang mulia." Ayu menjelaskan sementara tangannya mulai terlihat transparan. Sepertinya ini pertanda baik. Jika dia menghilang dari sini, itu berarti dia akan kembali ke masa depan bukan?

""Ayu.... Yang.... Yang mulia Pangeran," ujar Suhita tergagap karena rencananya seharian ini gagal total.

"Jadi, kamu putri yang asli?" tanya Pangeran Ratnapangkalaja menyelidik sementara Suhita gelagapan. "Mengapa kamu "kabur"?

"Hamba tidah berniat untuk kabur, yang mulia. Saya hanya berusaha mewujudkan cita-cita saya untuk berjalan-jalan diluar lingkungan kerajaan, yang mulia. Sekali lagi maafkan saya!"

Ayu tersenyum sementara tubuhnya kini semakin terlihat transparan. Baguslah Suhita sepertinya sudah mulai terlihat nyaman bersama dengan Pangeran Ratnapangkalaja. Itu artinya dia tidak perlu lagi repot-repot mengatur agar keduanya saling jatuh cinta bukan?

"Mengapa kamu meminta maaf pada saya? Saya tidak perlu menerima permintaan maafmu. Minta maaflah pada orang tuamu karena sudah membohongi mereka. Lagipula jika memang kamu mau berjalan-jalan ke luar sana, mengapa kamu tidak bilang pada saya? Saya dengan sukarela akan mengantarmu bila saya sedang tidak repot."

"Benarkah?" tanya Suhita dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja Suhita! Jadi kamu mau menikah denganku?"

Suhita mengangguk malu-malu sementara mentari senja mulai mengasingkan diri menuju peraduannya. Sebuah saksi cinta bisu dari perjalanan dua anak manusia.

***

"Ayu Kencana! Mengapa kamu tidur! Apakah kamu mendengarkan penjelasan saya? Coba kamu ulangi!" perintah dosen killer pengampu mata pelajaran sejarah yang amat membosankan.

"Eh.... Ah.... Eh anu pak!" Sontak seluruh kelas mahasiswa pagi itu tertawa keras. Sebuah hiburan singkat di sela pelajaran sejarah yang membosankan!

"Anu... Anu! Cuci mukamu sana! Setelah itu kamu masih tidur lagi, Bapak kasih ipkmu 2!"

"Eh jangan dong Pak! Saya janji nggak akan tidur lagi!"

"Jadi yang tadi itu, Majapahit semuanya cuma mimpi belaka?" batin Ayu sembari menggelengkan kepalanya berusaha berkonsentrasi pada pelajaran pagi itu. "Yaudah deh kalo cuma mimpi, paling cuma selingan dari pelajaran sejarah yang menjemukkan!"

Mungkin itu yang Ayu tidak sadari. Namun nyatanya, sebuah peristiwa penting dalam sejarah telah berubah. Telah dicatatkan dalam sejarah bahwa ada seorang gadis yang menyamar.menggantikan putri kerajaan Majapahit yang melarikan diri. Dan orang itu bernama Ayu Kencana....

***
THE END

Yah ini cerita emang gajelas sih, aku juga.merasa kok. Hanya yahhh aku merasa udah ngga nge-feel sama sekali buat ngelanjutin ini cerita. Kalo gak aku lanjutin, ya masa ini cerita aku biarin ngegantung gitu aja. Aku tahu kok digantungin doi tuh emang ga enak kan *ehh

And yap maaf buat versi kemarin yang kepotong. Soalnya minggu kemarin aku memang lagi off soalnya mau ujian dalam minggu dekat ini jadi aku minta tolong salah satu anggota Hai untuk.meng-update ini cerita. Tapi ehh taunya draft terbaru aku belum kesimpan sama watty. Jadi yagitu ceritanya terpotong di tengah. Ini aku jadi ngetik ulang soalnya aku gak punya datanya di tempat lain.

Jadi srkali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada ketidaknyamanan yang terjadi sebelumnya.

Regards,

Another Soul [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora