25. Tips Mereview yang Baik

Start from the beginning
                                    

Emang sih, kadang sulit.

Apalagi kalau sudah masalah kesukaan dan udah nyaman.

Cuma, yang namanya tugas adalah berarti tanggung jawab kita untuk menyelesaikannya.

Jadi kita harus kerjakan dan selesaikan dengan baik.

Di nikmati saja.

Aku pun juga kayak gitu. Kadang ada bacaan yang gak aku suka, tapi memang aku harus baca terus review, ya aku baca.

Jadi ibaratnya kita keluar dari zona nyaman kita juga.

Siapa tahu hal yg nggak kita suka itu jadi kita sukain. So, dicoba dulu. Karena kita gak pernah tau hasilnya seperti apa.

Q2: Kak, sebaiknya review itu dilakukan dari sudut pandang subjektif apa objektif ya?

Kalau dari sudut pandang subjektif pasti susah kalau menurutku.

Karena kan nanti ceritanya jadi kayak selera kita. Dan belum tentu orang lain akan beranggapan sama kayak kita. Jadi baiknya gimana ya kak?

Kalau bisa dilakukan dua-duanya, apa ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing?

A2: Dari dua-duanya boleh.

Subyektif itu biasanya karena kita suka dan menurut kita bagus kan?
Nggak masalah kok.

Aku juga sering gitu. Aku pake dua-duanya.

Jelas kalau penilaian kita subyektif, kita pasti bilang bagus-bagusnya aja. Tapi kalau kita obyektif, bisa mencakup semuanya.

Jadi, yang baca review kita itu juga tahu kekurangan buku ini, tapi ada bagusnya juga. Biasanya orang akan penasaran.

Q3: Kak, gimana nanggapin respon penulis yang kita review, semisal dia merespon 'Situ kritik gini gitu, pernah berkarya aja nggak, apalagi nerbitin buku'.

A3: Respon baik aja.

Kan itu buat dia. Kalau dia mau terima syukur Alhamdulillah. Kalau nggak ya nggak apa-apa.

Toh, kita menilai bukan dari pandangan seorang penulis. Tapi dari seorang pembaca. Ya sama kaya produsen dan konsumen.

Produsen ngasih barang, produk buat konsumen. Kalau konsumen puas pasti komentarnya akan puas juga.

Tapi, kalo konsumen merasa gak puas atau ada kekurangan, pasti dia akan berkomentar soal kekurangan.

Nah, si produsen kudu ngambil sisi positifnya.

Gak boleh tiba-tiba keluar tanduk.

Tapi kalau produsen balas gak terima dengan komentar kita, ya udah.

Semua terserah dia lagi.
Balik ke dia.

Kita balas dengan baik aja.

Misal, "Aku hanya menyampaikan pendapatku saja Kak..maaf sebelumnya. Semangat ya Kak. Semoga karya nya lebih baik lagi bisa diterima dan dpt respon yg positif."

Begitu.

Kan orang yang mau nerima kritikan itu orang yang mau dirinya maju.

Kalau ada yang begitu,ya berarti senang dengan pencapaiannya yg segitu-gitu aja.

Q4: Kak, saya pernah baca sebuah karya non fiksi tentang kepenulisan oleh seorang author watty. Saran-saranya bagus dan baik untuk diterapkan.

Tapi, saat saya lihat karyanya beliau, saya kaget.

Ternyata apa yang dia tekankan dalam buku non fiksinya diterapkan full malah jadinya aneh dan feel-nya hilang.

Diksi-diksi berat keluar semua, tidak diimbangi penjabaran yang memudahkan.

Takut menggunakan imbuhan-nya telalu banyak, dan tidak berani penggunaan kalimat berulang yang kadang penting dalam penjabaran.

Karyanya nggak jelek tapi mungkin terlalu kaku menurut saya.

Saya mau kritik dia, tapi ilmu saya masih cetek. Jadi nggak enak sendiri, bagaimana menurut Kakak?

A4: Kasih masukan aja. Masukan yang positif yang membangun.

Q5:
1. Cara kita nulis review sama nulis cerita/novel itu sama nggak?

Kayak, harus di-italic kalo misalnya bahasa daerah, preposisinya, elipsis, dan lain-lain.

2. Dan apa bahasanya harus baku? Kalo kekinian gapapa kan, asal sopan?

3. Terus, kadang kan ada juga cerita yang nggak ada moral, maksudnya, emang tujuan authornya nulis cuma karena dia suka aja, ga ada hal-hal lain. Itu gimana?

A5:

1. Kalo mau di-italic kata-kata kayak bahasa daerah, peposisinya,elipsis, gitu-gitu, boleh kok.

2. Aku reviewnya kadang nyampur malahan.

Kadang baku, santai atau malah kelewat santai. Kemarin review e-book temen sendiri pake lo-gue malahan.
Standar aku lah yah. Yang penting sopan.

3. Gak apa-apa.
Tapi ada pelajaran yang bisa kamu petik dari baca cerita itu?
Biasanya kan ada pesan moral, jadi itu aja yang kamu tambahin. Maksud dari cerita itu, tujuan cerita itu tersampaikan gak buat kamu. Nah itu yang perlu kamu bahas juga.

Q6: Kak, sikap penulis (di wattpad) yang disukai pembaca itu yang seperti apa, sih? Terus, pembaca tuh lebih suka tulisan baku, nggak baku, atau campur-campur?

A6:

1. Sikap author ramah sama semua pembaca.

Pasti demen lah kalo misal kita komen, terus dibalas kan seneng. Jadi ya pasti suka yg ramah.

Gak cuma untuk wattpad. Buat semua penulis juga sih. Yang nerima masukan.
Nerima saran. Bukan yang sok.

Minimal ramah lah.

Walaupun cuma say Hi doang.

Atau balas-balas komen.

Syukur-syukur bisa nyambung dan berteman baik.

2. Balik lagi ke selera pembaca.

Ada yang suka bacaan berat. Ada yang suka yg ringan, atau yang campur-campur.

Balik ke selera lagi sih itu. Kalo aku pribadi ya, aku suka yg ringan tanpa harus mikir berat.

Q7:
Menurut kakak, lebih menarik cerita yang realistis, atau yang delusian? Kayak misal, cowok terkaya sedunia akhirot, cowok tertajir seasia.

A7: Aku lebih tertarik sama yang realistis, karena gak ada yang sempurna di dunia ini.

Semua manusia punya kekurangan. Dan kekurangan itu yang membuat cerita kita hidup. ^^

***

Terima kasih atas waktu dan kesempatannya, untuk berbagi ilmu,  dan belajar bersama kami, Jazakallahu khoir.  ^^

***
Mohon maaf atas kesalahan,  kata,  atau pun tulisan. Kami menerima kritik dan saran.  By admin irmaharyuni

***

Kelas Menulis The WWGWhere stories live. Discover now