Rice Omelet

12 2 1
                                    

Apa yang dahulu dimakan Acel sebagai  makanan masak pertama di akademi? Yang enak saja dibuat dengan bahan melimpah namun diolah sekejap waktu?

Omelet telur. Kata orang nasi omelet.

Dia mengecek kulkasnya hari ini. Ada beberapa bahan yang masih ada untuk membuat makanan tersebut. Lalu yang kurang hanya tinggal telur dan sayur-mayur.

Acel pun berencana untuk mampir pada dorm ketika waktu istirahat. Sekarang dia bersiap-siap untuk sekolah dengan segera memakaikan seragam nuansa hitam, membalut kemeja lengan panjang biru mudanya.

"Ya ampun, Acel, kamu beli telur lagi?"

Seorang anak dari ras akuma yang seragam senada Acel mengikuti dari belakang. Acel sendiri memilih berdeham dan terus berjalan ke depan.

"Kamu makan omurice udah 3 hari berturut-turut, dan kamu masih gak bosan gitu?"

"Temenin dong ah, daripada ngomong gitu."

"Tapi―Acel kamu ga takut overdosis makan micin apa nanti..."

"... nanti aku tidak bisa makan yang sama, Racqu..."

"..."

Orang yang bergelar nama Racqu hanya bergumam kecil, dan lalu ikut saja. Kue-kue manis idaman lebih penting dari memikirkan apa maksud kata Acel pada akhir itu. Lumayan uang sakunya tidak goyang hari ini.

=oOo=

Acel menyempatkan mampir pada kamarnya dengan membawa tentengan telur yang lumayan banyak isinya. Ia menaruh telur-telur pada meja wastafel dengan sebagian dibuat dalam kulkas. Dan dalam kesendiriannya, Acel mengambil bahan-bahan masaknya dan mulai memotong beberapa.

Tumis. Potong. Goreng. Kocok. Ratakan.

Akuma berambut ungu kelam itu telaten mencampurkan bahan dan meratakannya dalam penggorengan. Dia membuat kulit terlebih dahulu dimana satu wadah lain ia ambil untuk memasak nasi goreng sebagai isi. Jangan ragukan intuisi dari Acel yang selalu memikirkan waktu tepat untuk mengecek semua bahan-bahannya yang masak.

Butuh waktu seperempat jam sampai semuanya terhidang. Tanpa ada daging ayam, dan hanya memakai sayur banyak serta telur―sebagai ganti bahan dari raga hewan unggas tersebut. Dia meletakkan makanannya di meja, dan mulai menyuap satu sendok nasi goreng berkulit telur isi dengan lumuran saus di atasnya.

"..."

Sekali makan, tangannya bergemetar. Acel merasakan sesak dalam dadanya. Entah kenapa perasaan sedihnya terundang kembali.

Sendirian, makan dalam kesunyian itu, isakan mulai terdengar.

Denting jam dinding menunjukkan ia telat mengikuti jam selanjutnya, namun itu tidak membuatnya cepat mengambil bagiannya sampai tandas.

"... aku boleh masak tidak ya, kalau di rumah Papa?"

Lalu terakhir Acel bergeming. Ia kembali menyuap satu sendok makanannya dan mengunyahnya sampai habis dalam mulut.

"... apa aku tidak akan rindu dengan makanan ini?"

Lagi satu sendok ia makan dan kembali mengunyah sampai tandas dalam mulut.

".... Mikael pasti senang kalau aku bisa masak sekarang..."

"... Aku rindu kakak..."

"..."

Acel memegangi wajahnya, menggeleng dan kemudian melanjut cepat makannya sampai selesai. Meski harus terlambat pergi

A/N: Next time kayaknya cerita bersambung tentang true story Acel? Semoga bisa huhu...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Welcome to True Life!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang