Secangkir Rindu yang Tersisa

84 2 0
                                    

Rindu itu seperti menyesap secangkir kopi. Bila baru berpisah, kemudian langsung bertemu kembali, maka rasanya tidak akan kentara. Seperti kopi yang baru jadi, masih panas-panasnya, kemudian langsung ditenggak, maka hanya panas yang didapat. Namun juga, bila terlalu lama tidak bertemu, malah akan mematikan rasa yang ada, menghilangkan gairah yang sudah lama membuncah. Seperti secangkir kopi yang akan menjadi hambar, dingin, bila terlalu lama didiamkan begitu saja. Rindu itu harus bertemu pada saat yang tepat. Seperti kopi yang seharusnya disesap pada waktu yang pas.

Bagiku, rindu dan kopi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Aku merindukanmu, seperti aku menyesap kopi. Kutenggak sesesap demi sesesap tuk nikmati rasa yang ada. Kunikmati saat-saat kan berjumpa denganmu lagi. Semakin kusesap, semakin kurasakan rindu yang menggebu. Aku tidak ingin terburu-buru menghabiskannya, pun tidak ingin terlalu lama menunggu. Aku hanya mencoba menyesap dengan irama yang pas.

Cangkir ini adalah saksi bisu kerinduanku padamu. Berhari kusesap, berhari rasaku padamu bertambah. Seorang Gibran pernah mengatakan bahwa cinta tidak mengenal kedalamannya sendiri sampai saat perpisahan, karena yang paling kaucintai dalam dirinya mungkin nampak lebih jelas waktu dia tak ada. Aku mengiyakan pernyataannya tersebut. Namun dedaunan tumbuh dan gugur silih berganti. Bunga bermekar, daun beterbangan. Dan kau masih tetap tak kunjung kembali. Tak ada kabar, tak ada pertanda. Apakah cinta memang tidak membutuhkan pertanda?

Kupandang secangkir kopi di genggamku. Warnanya kini semakin pekat, berbaur dengan ampas. Kusesap sedikit lagi, hambar telah terasa. Telah lelah rasanya lidah ini menyesap rasa yang mati. Apakah bunga bermekar tak memberi kabar padamu bahwa masih ada rindu yang belum dibalas?

Kuletakkan secangkir kopi yang ada di genggamku. Sengaja, tidak aku habiskan semua isinya. Aku tak ingin rinduku habis tak berbekas. Aku masih ingin merindukanmu, menantimu untuk waktu yang tak pasti. Aku sisakan sedikit rinduku dalam secangkir kopi ini. Agar kelak ketika kau kembali, kau dapat merasakan seberapa panjang rinduku padamu. Seperti siang dengan malam, yang saling merindu, namun tak pernah saling bertemu. Seperti cinta dengan kamu.

Celoteh Kunang-KunangWhere stories live. Discover now