“darimana kau tahu” Tanya Aidan

Aira memutar bola matanya mendengar perkataan Aidan yang menurutnya tidak perlu ditanyakan tapi tetap menjawab “kakakku sayang, sepupu kita Sammy juga tinggal di gedung apatemen itu dan dia melihatmu dengan wanita itu pagi hari saat pergi kerja.”

“sejak kapan Samuel tinggal di apartemen?” Aidan tidak pernah mendengar kabar itu.

“saat acara keluarga 1 bulan lalu yang tidak bisa kau hadiri karena ada klien penting dari Jepang kalau boleh kutambahkan.”

Mengabaikan nada suara adiknya yang mengejek Aidan kembali teringat kejadian semalam sewaktu menonton film yang dengan isengnya diberikan oleh sahabatnya Danny saat ulang tahunnya tahun lalu.

Ia menemukan DVD itu saat sedang melihat-lihat film action yang dikoleksinya dan saat melihat film itu sebuah ide nakal yang entah berasal dari mana membuatnya memikirkan reaksi Ruby saat menontonnya yang ternyata seperti perkiraannya, membuatnya menahan tawa ketika wanita itu menutup matanya sepertinya itu film ‘biru’ pertama yang ditonton wanita itu.

Tapi kejadian selanjutnya diluar rencananya, celana dalam dan seragam itu tadinya hanya sebuah lelucon dan karena ia hanya ingin melihat ekspresi terkejut Ruby. Ternyata adegan itu sama saja dengan senjata makan tuan karena akibatnya ia harus mandi air dingin malam-malam itupun gairahnya masih belum hilang belum lagi ia hampir saja bercinta dengan Ruby di sofa apartemennya.

“hei…kak..???” Aira mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Aidan, membuyarkan lamunannya.

Dengan kesal Aidan menangkap tangan yang mengganggu pandangannya itu dan menatap adiknya tajam “ada apa”

“dari tadi kutanya siapa wanita itu” kata Aira tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Aidan karena menurutnya itu hal biasa.

“wanita apa?” Tanya Aidan masih dengan pikiran tidak fokus

“wanita yang kau bawa ke apartemen” ucap Aira kesal

“ooohh…” gumam Aidan “tidak akan kuberitahu” ia menatap adiknya dengan jahil

“kasih tau” Aira memandang Aidan dengan ekspresi memelas yang biasanya sangat efektif untuk membuat Aidan menuruti semua keinginannya.

“kenapa kau ingin tahu? biasanya juga aku sering jalan dengan wanita dan tidak ada yang pernah kau tanya siapa mereka.”

“aku tidak tidak peduli dengan harem-mu itu tapi wanita itu pasti special karena kau membawanya ke tempatmu sedangkan biasanya kau tidak pernah membawa satupun wanita ke sana.”

“baiklah kuberitahu siapa wanita itu. Wanita itu adalah….” Aidan sengaja memberikan jeda pada kata-katanya untuk membuat adiknya semakin penasaran “RA..HA..SIA” katanya lalu tertawa ketika Aira menghentakkan kakinya dengan kesal lalu keluar dari kantornya.

Dari dulu Aidan memang selalu senang menggoda adiknya entah kenapa ia senang saat adiknya memasang wajah marah tetapi kalau ada orang yang sampai membuat adiknya menangis ia adalah orang pertama yang akan menghajar orang itu – oke mungkin orang kedua karena orang pertama yang akan menghajar pria itu adalah ayahnya.

Marcus, ayahnya sangat protektif pada kedua anaknya terutama pada Aira karena merupakan anak perempuan satu-satunya dan menjadi kesayangan keluarga.  Ngomong-ngomong soal ayahnya berita seorang wanita menginap di apartemennya juga pasti sampai ke telinga beliau, Aidan meringis membayangkan reaksi ayahnya.

Tapi mungkin beliau belum mendengarnya karena bila sudah pasti telponnya sekarang sudah penuh berisi semua pesan dan miscall, dan semoga ayahnya tetap tidak tahu. Harap Aidan.

***

Ruby sedang berada di alam mimpi ketika bell apartemennya berbunyi berkali-kali tanpa henti

Grrrr….

Melirik jam ia mengerutkan dahi lalu berjalan ke pintu melihat siapa orang yang mengganggunya lalu menyentak pintu terbuka “sialan, Aidan. Kau tahu sekarang jam berapa!?” serunya

Aidan melirik jam tangannya “jam 4 pagi” jawabnya

“ini masih subuh!” geram Ruby kesal

“aku mempercepat keberangkatan kita beberapa jam lebih cepat.” Kata Aidan

“dan kau tidak mengatakannya padaku sebelumnya?” Tanya Ruby sinis. Ia masih berdiri di pintu menghalangi pria itu untuk masuk.

“kita tidak punya banyak waktu. Cepatlah bersiap-siap” kata pria itu dan sekali lagi melihat jam.

Ruby tidak punya pilihan lain, iapun langsung ke berlari ke kamar untuk bersiap-siap dengan gerakan-menyentak-nyentak karena kesal dengan Aidan yang semaunya sendiri.

Setelah selesai bersiap-siap dan mengunci apartemennya Ruby mengikuti Aidan masuk ke dalam mobil setelah kopernya sudah dimasukkan ke bagasi oleh supir Aidan “bangunkan aku kalau sudah sampai” kata Ruby yang langsung memasang headset dan memejamkan mata, melanjutkan tidurnya dengan kepala bersandar ke kaca jendela.

Aidan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah wanita itu yang lain daripada yang lain. Wanita yang biasa menjalin hubungan dengannya pasti akan melakukan sesuatu untuk menarik perhatiannya bila berada di dekatnya bukannya tidur nyenyak, tapi tingkahnya itu lah yang membuat Aidan merasa tertarik atau mungkin lebih tepatnya tertantang untuk mengetahui lebih jauh mengenai wanita di sampingnya ini. Lama-kelamaan rasa kantuk-pun mulai menyerang Aidan karena perjalanan yang ditempuh masih jauh.

Ruby mengerang saat kepalanya terbentur kaca jendela ia pun merubah posisinya dan menyandar ke tempat hangat di sisi kirinya lalu kembali tertidur.

Aidan sekilas merasakan sedikit tekanan di bahu kanannya dan aroma strawberry yang familiar menerpa hidungnya, iapun menaruh kepalanya lebih dekat dengan aroma itu.

Dan sepanjang sisa perjalanan itu mereka tidur dengan kepala saling berdekatan, Ruby yang menyandar di bahu Aidan dan kepala Aidan yang menyandar di kepala Ruby. Mereka terlihat seperti pasangan yang sangat manis.

Tanpa mereka ketahui ada seseorang yang mengambil foto mereka dengan posisi terssebut dan mengirimkannya kepada seseorang.

***

Lessons In LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora