Prologue

735 63 21
                                    

*

Lelaki yang menggunakan tuxedo itu, kini tertidur pulas di dalam peti tersebut. Dia tersenyum senang karena kini semua orang menyayanginya. Termasuk aku. Mungkin kini dia bahagia karena dia tidak harus merasakan betapa kejamnya dunia.

Hampa

Kini benar-benar hampa tanpa tawanya, suaranya, dan semua darinya. Aku bisa apa? Aku hanya bisa tersenyum menahan semua sakit yang kurasa. Tangis ini sengaja kutahan, karena aku tahu dia tak ingin melihatku menangis.

“Jangan pernah menangis untuk hal di dunia, aku tahu kau gadis yang kuat.” Ucapannya masih terngiang di kepalaku. Bahkan aku masih mengingat jelas nada suaranya saat mengatakan itu. Perlahan peti itu dimasukkan ke dalam tanah yang sudah di gali itu. Rasanya aku ingin berteriak dan menghentikan semua ini. Namun kenyataannya, aku harus merelakan ini semua.

“Gaby, aku tahu ini berat bagimu.” Ucap Greg, dia kakak dari Niall.

“Aku belajar untuk merelakannya, Greg.” Balasku sambil tersenyum kecut. Miris sekali, aku mencoba untuk tersenyum namun sangat susah.

“Um, dia menitipkan ini untukmu. Aku tahu ini barang pribadinya, tapi sangat berarti jika kau menyimpan ini.” Ucapnya sambil memberikan buku kecil dari sakunya. Seperti buku diary.

Apa maksudnya ini? Kenapa dia ingin memberikan buku ini padaku? Sekarang apa yang harus kulakukan tanpanya?

****************************

Hi guys :) aku cuma iseng aja buat ini, ini gara-gara efek galau jadi kepikiran buat ini._. Tapi semoga aja ada yang suka dan ada yang mau baca :") kalau misalnya kalian suka bakal aku lanjutin ke new chapter :)

thanks xx

****************************

I'm Okay [n.h] {c.soon}Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora