BAB 8

739 29 0
                                    

VOTE SEBELUM BACA !

***

            “Dimana dia?” Justin berteriak dengan penuh keresahan. Wajahnya berwarna merah. Ketika malam menjemput Justin dan Cassandine, Justin pergi ke kamar Sherene tidak mendapati Sherene di dalamnya. Ia sangat kesal. Cassandine ada di atas tempat tidur Justin, memerhatikan kekasihnya sedang berjalan bolak-balik di tempatnya dengan keadaan yang benar-benar kesal. Sesaat Cassandine berpikir, sebegitu berharganyakah Sherene hingga Justin benar-benar marah? Ia menyuruh seluruh prajurit mencari Sherene di seluruh sudut istana. Sherene pasti sedang bersembunyi. Mengapa Sherene tidak ada habis-habisnya memancing amarah Justin? Tidak mungkin Sherene benar-benar serius dengan perkataannya tadi malam bahwa ia pergi dari Justin jika Justin menyakitinya. Justin terduduk di atas lantai dan menyandarkan punggungnya pada tembok. Justin menjambak rambutnya dan menyesali apa yang telah ia perbuat. Demi para dewa, Justin tidak percaya tadi malam ia benar-benar menyakiti Sherene. Oh, ia menyakiti gadis yang ia butuhkan. Dan kebutuhannya tidak bisa ia dapatkan dari siapa pun. Penawar penyakitnya menghilang.

            Jeritan-jeritan malam itu menghampiri Justin. Tangisan Sherene. Tangan Sherene yang terus menerus memukul punggung, dada dan lengannya. Namun Justin terus memperkosa Sherene. Ia menjambak rambut Sherene penuh kekejaman. Dan ia mencekik gadis itu sampai gadis itu hampir mati! Ia hampir saja membunuh sumber kebutuhannya! Justin rasa ia benar-benar gila. Apa dia mencintai Sherene? Tidak mungkin. Ini baru satu minggu ia menjalani kehidupannya sebagai raja dan ia telah mencintai seorang harem? Dalam mimpi! Namun perasaan cemburu selalu menghampirinya ketika ia mendengar Sherene dekat dengan lelaki lain. Seolah-olah Sherene hanya miliknya seorang. Dan seakan-akan Sherene harta karun yang ia dapatkan! Justin mendengar Cassandine mendesah.

            “Apa kau tidak menganggapku ada di sini Justin? Mengapa kau sibuk-sibuk memikirkan dia? Aku cemburu perlu kau tahu,” tukas Cassandine kesal. Tapi Justin tidak mempeduli Cassandine kesal atau tidak. Ia hanya butuh Sherene di hadapannya dan akan memarahinya. Justin sangat khawatir sekarang. Bagaimana jika Sherene belum makan di luar sana? Atau ia diperkosa oleh gelandangan?Gadisnya. Oh, andai waktu dapat terputar kembali, ia pasti tidak akan menyakiti Sherene. Khazaz! Sial, Khazaz. Pasti dia yang menyembunyikan Sherene. Justin bangkit dari lantai lalu mengambil pedangnya yang bertengger di tembok. Lalu ia keluar dari kamarnya setelah ia membuka pintu.

            “Kau mau kemana Justin?” Cassandine bangkit dari tempat tidur Justin.

            “Ke kamar bajingan itu!” bentak Justin menutup pintu kamarnya dengan kasar. Cassandine tersentak, ia mendengus kesal. Rasanya ia ingin membunuh Justin sekarang! Tapi tidak, ia tidak bisa membunuh Justin sebelum ia menjadi seorang ratu! Sial.

            Justin melangkahkan kakinya menuju kamar Khazaz yang dekat dengan kamarnya. Ia menuruni tangga, di dekat tangga, di situlah kamar Khazaz berada. Berada di depan pintu kamar Khazaz, ia tidak perlu mengetuk atau berteriak memanggil nama Khazaz, ia segera mendobrak pintu kamar Khazaz dengan kakinya. Terlihat Khazaz sedang berusaha tidur di atas tempat tidurnya. Ketika Khazaz membuka matanya, ia segera bangkit dan memberikan hormat pada Justin.

            “Yang Mulia,”

            “Simpan kata-kata terakhirmu itu di tali yang akan kusiapkan untukmu,” ujar Justin. Ia segera menarik kerah pakaian Khazaz lalu mendorong tubuh Khazaz ke tembok hingga kepala Khazaz terbentur. “Dimana Sherene? Dimana gadisku?” Justin membentak.

            “Yang Mulia, aku sama sekali tidak tahu,” seru Khazaz mengangkat kedua tangannya, ketakutan saat Justin memunculkan pedang itu di hadapannya. Ujung pedang yang runcing itu menempel di bawah dagunya, di dekat lehernya. Khazaz memang mengatakan yang sebenarnya. Awalnya, Patricia ingin mengajak Khazaz tapi ia mengurungkan niatnya, sehingga Khazaz tidak diajak pergi keluar untuk mengantar Sherene pergi. “D-dia pergi dari istana,”

INNOCENT | HERREN JERKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang