My Gloria - mikazuu54

Mulai dari awal
                                    

"Perkenalkan, namaku Fujimura Mamoru. Terima kasih telah mengijinkanku masuk. Mohon bantuannya, Nee-san!"

-----My Gloria-----

Fujimura Mamoru, seorang pemuda berusia delapan belas tahun. Berparas lumayan dengan penampilan sederhana. Natural adalah auranya. Siapa pun yang melihatnya, maka akan berefek pula.

[Name], seorang pemudi berusia dua puluh dua tahun. Berambut sebahu dengan warna coklat di ujung. Pecinta musik dan hidup seorang diri. Tak ada yang tahu mengenai siapa dia di masa lalu. Toko alat musik dan studio musik pribadi adalah hasil kerja kerasnya selama hidup.

"Fujimura-san, mungkin aku akan mengajarimu setelah anak-anak selesai. Bagaimana?" [Name] sedikit ragu, namun itu jalan terbaik untuk Mamoru yang sudah begitu tertinggal.

Mamoru mengangguk setuju, ia menunggu di belakang anak-anak. Memerhatikan permainan anak-anak dengan saksama, begitu pula dengan pengajarnya, [Name].

Selama sesi pembelajaran, anak-anak begitu terampil memainkan instrumen musiknya. Tak terkecuali [Name] yang begitu gemulai memainkan piano sebagai pengiring. Hingga tanpa Mamoru sadari, ia terus mengamati [Name].

Waktu terus bergulir, saatnya anak-anak kembali ke rumah masing-masing. Kini Mamoru berganti posisi setelah sembilan puluh menit menyendiri. [Name] menghampiri Mamoru yang tengah duduk di tengah ruangan.

"Maaf atas kelancanganku, apa Fujimura-san pernah memainkan alat musik sebelumnya?"

"A-ah ... itu ... aku ... belum pernah memainkan apa pun," lirih Mamoru.

"Maukah kau mempelajari piano? Pasalnya aku hanya bisa memainkan piano."

Mamoru menatap [Name] penuh harap, seakonyong-onyong [Name] adalah penyelamat hidupnya. Tak peduli apa yang akan dikatakan [Name] nantinya setelah mengetahui bahwa Mamoru tak berpengalaman. Ia hanya menginginkan keindahan musik.

"Bailkah, Mamoru-san. Silakan duduk di sini." [Name] memersilakan Mamoru berada di hadapan piano.

Di depan rentetan tuts piano, Mamoru mematung. Mengamati setiap bentuk tuts lantas menekan tuts bernada 'do'. [Name] dibuat tercengang oleh Mamoru. Mata [Name] membeliak disusul dengan perasaan reda.

"Fujimura-san, permulaan yang bagus." Senyum mengembang di kedua belah pihak. [Name] berdiri di samping Mamoru mengajarkan tiap tuts yang menghasilkan nada beragam. Mamoru melatih gerakan jemarinya di atas deretan tuts. Hingga akhirnya menghasilkan satu bait nada yang begitu menyentuh.

"Kau jenius, Fujimura-san. Aku tak menyangka Fujimura-san akan memainkan nada itu dengan begitu bagus. Pemahaman Fujimura-san juga begitu cepat. Sungguh luar biasa, Fujimura-san."

Pipi Mamoru sedikit memerah, tangannya ia letakkan pada tengkuk, "A-ah ... tidak, Nee-san. Aku tidak genius seperti yang Nee-san bicarakan."

"Fujimura-san terlalu merendah. Etto, bisakah Fujimura-san melanjutkan irama tadi hingga selesai? Aku yakin Fujimura-san bisa."

"Ba-baik."

Berbarengan dengan sebuah anggukan kecil, Mamoru memainkan nada demi nada yang ia buat. Berdasar pada kecintaannya pada musik, ia berhasil memenuhi permintaan [Name].

"Ini untukmu, Nee-san,"

[Name] memberi tepuk tangan kekaguman. Tanpa disadarinya, buliran air mata jatuh begitu saja menelusur pipinya. Mamoru yang melihat [Name] menangis, dengan sigap menyapu pipi [Name] lembut, "Nee-san, jangan menangis." Mamoru tersenyum lembut pada [Name]. Tangan besarnya ditangkup oleh tangan [Name]. Perasaan aneh menjalar ke hati masing-masing.

Draone: Winter et AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang