My Gloria - mikazuu54

456 34 0
                                    

My Gloria

Fujimura Mamoru (Alive: Growth)xReader

Song-fict

Fujimura Mamoru belongs to Tsukipro

This story belongs to mikazuu54


30 Desember 2012

Dalam perjalanan pulang, seorang pemuda kira-kira berumur belasan tahun tengah berdiri di depan toko alat musik. Tangannya menyentuh dinginnya kaca toko sambil tersenyum kecil. Tak berapa lama kemudian, pemuda itu pergi. Syal coklat ia lilitkan kembali mengingat suhu lebih dingin waktu ini.

Aku melihatnya, pemuda berambut coklat-keunguan dengan mata sayu dan teduh, serta senyum tulus yang begitu menenangkan. Sudah kali ketujuh pemuda itu singgah ke depan toko alat musikku. Singgah rasa penasaran di benak, apakah dia menginginkan piano yang kupajang selama ini?

Diam-diam aku mengikuti pemuda itu. Rupanya ia berjalan dengan pelan. Sesekali ia melirik ke setiap toko, atau melihat langit yang mulai gelap, atau melihat lampu-lampu kota yang satu persatu dinyalakan. Rasa kagum terlihat jelas di dalam matanya. Spontan sudut bibirku terangkat membentuk senyuman tipis.

"Dia begitu natural."

Setelah puas mengikuti pemuda itu selama lima belas menit, aku kembali ke toko. Melanjutkan tugas berjaga hingga putri malam menuju puncaknya. Kusangka akan bertugas penuh, alih-alih lima orang anak datang dengan membawa instrumen musik masing-masing. Mereka menarikku setelahnya, "[Name] nee-chan, kau sudah berjanji pada kami mengajari kami."

Sekelebat ingatan mampir, malam ini aku harus mengajar anak-anak bermain musik. Segera kututup toko dan bergegas bersama kelima anak tersebut menuju studio musikku. Mereka terlihat girang saat aku bergabung. Cahaya pada mata mereka seperti tak akan redup begitu saja, membuat hati ini menjadi lebih hangat setelahnya.

"[Name] nee-chan, sebelum kami menemuimu, ada seseorang yang ingin ikut dengan kami. Apa kami boleh mengajaknya?" tanya Chiru, anak laki-laki teraktif yang pernah kuajar.

Aku hanya mengangguk sebagai balasan. Lantas Chiru berlari menuju suatu tempat tanpa mengucapkan apa pun. Aku terkekeh geli dibuatnya.

"Sembari menunggu Chiru kembali, kita pemanasan dahulu. Siapkan partitur yang nee-chan beri dua hari lalu!" tuturku seraya berjalan menuju piano. Membukanya perlahan dan mengatur sedemikian rupa agar siap digunakan.

"Sudah siap? Kita awali dengan nada dasar terlebih dahulu."

Pintu studio dibuka dengan keras, "[Name] nee-chan, aku kembali!"

Dunia serasa berhenti sejenak saat aku melihat siapa yang dibawa Chiru. Rupanya orang itu adalah dia, yang aku ikuti dua jam lalu. Senyum yang sama ia berikan padaku, "Selamat malam, Nee-san!"

Aku takdapat berkata apa pun. Terlalu awal bagiku untuk bertemu langsung dengannya.

"[Name] nee-chan, pipi nee-chan merah!" sorak anak-anak. Rasa terkejutku bertambah. Kututup pipiku dengan tangan, sedikit memalingkan wajah agar tak dilihat oleh pemuda itu. Samar terdengar kekehan kecil yang kuyakini milik si pemuda.

"Permisi, kami masuk."

Pemuda itu menutup pintu studio. Ia menggiring Chiru untuk segera bergabung dengan yang lain. Sementara aku berusaha untuk merubah sikap seperti biasa, walaupun sepertinya jantungku selalu berdetak takkeruan setelah pemuda itu tiba.

Draone: Winter et AmourOn viuen les histories. Descobreix ara