8. Sinar Yang Gugur (Spesial Raffa)

Depuis le début
                                    

Ia masuk ke dalam mobil bersama... Tian!? Apa? Kenapa... kenapa... Tissa pergi bersama Tian?

Aku segera masuk ke dalam mobilku, mengikuti mereka dari belakang. Ya Tuhan, aku tidak salah lihat kan? Tadi benar-benar istriku. Kenapa dia melakukan itu?

Tak lama, mereka sampai di alun-alun selatan. Aku mengikuti mereka yang berjalan santai tanpa mengetahui kehadiranku. Rasanya hatiku tak tenang. Walaupun aku belum mencintainya, aku tak bisa biasa-biasa saja melihat istriku jalan bersama pria lain.

Mereka menghentikan langkah di depan beringin. Menyender berdua disana. Aku bersembunyi di dinding berlawan dari mereka.

"Tissa, aku tidak menyangka kamu sudah menikah."

"Iya."

"Kamu... benar-benar sudah menikah. Ah, aku tidak menyangka sekali."

"Kenapa? Apa masalah untukmu?"

Aku semakin menajamkan pendengaranku. Sepertinya mereka membahas sesuatu yang penting pada hubungan mereka berdua.

"Tissa... aku menyesal. Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku sayang kamu. Selama 3 tahun aku berpacaran dengan orang lain tapi aku tidak bisa menjalani hubungan dengan benar, aku selalu terpikir dengan masa lalu kita. Tissa, kumohon kembalilah."

Apa? Dia serius? Ini gila. Pria brengsek. Padahal jelas Tissa sudah menikah denganku. Apa maksud kembali yang ia bicarakan. Cih, pria tidak tahu diri. Rasanya emosi sudah naik ke ubun-ubunku. Tapi aku harus tetap tenang, mendengar sampai pembicaraan mereka selesai.

"Jangan konyol, Tian. Aku sudah menikah dan kamu tahu bahwa hubungan kita gagal dulu kan? Sadarlah, kita tidak bisa bersama."

"Aku sadar, Sa. Tapi aku sayang kamu. Saat kita berpisah, aku menyesal sudah melakukan kesalahan. Ini semua salahku. Tolong maafkan aku. Aku ingin kita bersana kembali."

"Aku..."

"Kamu tidak mencintainya, kan? Pernikahan ini bukan mau kalian kan? Aku kenal kamu Tissa. Kumohon, ceraikan dia."

Brengsek! Apa mau pria ini sebenarnya. Aku sungguh tak bisa bersabar lagi. Aku segera keluar dari persembunyianku. Melangkah cepat ke arah mereka. Tapi... apa ini? Apa yang ku lihat ini? Hah... apa...?

Mereka... berdua berciuman... di depanku? Duniaku seakan berputar, kepalaku pusing, perutku mual.

Bugh.

"Lepaskan! Jangan sentuh aku. Pergi!"

"Tissa, aku minta maaf."

Aku mengepal tanganku. Pandanganku membuyar. Tissa melihatku dengan pandangan yang sulit ku artikan. Panik, cemas, takut. Dadaku berdebar hingga rasanya sakit.

"Mas... Raffa. Mas ada disini..."

Tian menatapku terkejut. Dia sedikit menjauhkan diri dari Tissa. Alun-alun mulai ramai karena hari yang semakin gelap. Aku menatap langit dengan nanar.

Aku membalikkan badan. "Tissa, kalau kamu mencintainya, itu hak kamu untuk kembali padanya. Kita bahkan menikah dengan terpaksa. Maafkan aku."

Hatiku hancur, membuatku bahkan tak bisa berjalan dengan benar. Ini benar-benar sakit. Istriku... mencintai pria lain. Apa yang harus ku lakukan. Ucapanku barusan sangat berbanding terbalik dengan isi hatiku yang sebenarnya. Aku tidak ingin kehilangan Tissa.

-

Aku duduk termenung di pinggiran ranjang. Di tanganku sudah ada baju-bajuku. Mungkin aku akan tidur di kamar lain. Pintu kamar terbuka, menandakan Tissa sudah pulang. Entah apa yang ia lakukan dengan pria brengsek itu tapi aku tidak peduli. Hatiku sedang kacau sekarang.

"Mas."

"Aku akan tidur di kamar lain. Selamat malam."

Aku menutup pintu dan bersender. Hah, apa yang akan terjadi pada hubungan kami? Pernikahan ini baru masuk bulan ke 3 dan kami sudah dapat masalah begini. Kenapa pria itu harus hadir lagi di kehidupan Tissa? Sudahlah, mungkin ini memang cobaan di awal pernikahan kami. Tidak apa-apa, aku yakin kami bisa melaluinya.

Masuk ke kamar, aku berniat mandi. Pandanganku beralih ke atas nakas. Bunga yang sore tadi ku beli untuknya sia-sia saja. Padahal aku ingin memberinya agar kami tidak dalam kecanggungan lagi, tapi aku malah mendapatkan yang lebih sakit dari kemarin. Aku mengambil bunga mawar merah muda itu, membuangnya ke tempat sampah di sebelah nakas.

Aku kacau sekali. Entah apa yang terjadi pada hatiku saat ini. Aku merasa sesuatu yang aneh. Cemburu, marah, sakit hati. 3 bulan pernikahan kami, baru kali ini aku merasakannya. Sesuatu yang berbeda. Selama ini terjadi dan baru sekarang ku sadari. Benarkah perasaan itu yang sedang kurasakan, aku masih belum yakin.

-

Kalau semua part tembus 200+ vote, bakal publish part 10. Ditunggu readers ^^

After The WeddingOù les histoires vivent. Découvrez maintenant