Ruby memejamkan mata ketika wajah pria itu semakin dekat dan dirasakannya bibir pria itu mengecup keningnya, lalu beralih ke kedua kelopak matanya yang tertutup, berlanjut ke pipi dan bibirnya yang terkatup.

“buka bibirmu” bisiknya dan Ruby pun membuka sedikit mulutnya, memberikan akses kepada pria itu untuk mengeksplorasi mulai dari membelai bibir bawah wanita itu dengan lidahnya lalu menghisapnya.

“ambil napas” Aidan mengingatkan lalu melanjutkan cumbuannya di bibir wanita itu.

“jangan menghindariku dan balas ciuman-ku” katanya lagi saat lidah Ruby menghindar dari belitan lidahnya

“tapi rasanya begitu aneh dan…liat” kata Ruby pelan tapi tetap berusaha membalas ciuman pria itu dengan ragu-ragu pada awalnya lalu lebih percaya diri.

“bagus. Ya…begitu” kata Aidan di sela-sela ciumannya

Ruby semakin terhanyut dengan ciuman pria itu dan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat hingga terasa menyesakkan juga terdapat getaran kecil yang merambat di tubuhnya.

“s…sudah” kata Ruby menyudahi ciumannya dengan meletakkan telapak tangannya di dahi pria itu dan mendorongnya menjauh hingga mata mereka bertatapan dan dilihatnya mata Aidan yang berkabut balas menatapnya.

 “belum” geramnya dan mencium wanita itu dengan keras dan dengan hasrat menggebu-gebu yang sedari tadi ditahannya akibat ciuman Ruby yang begitu polos dan tidak berpengalaman.

“ummmmhhhp….” Refleks Ruby menangkup wajah pria itu dengan kedua tangannya.

Dalam ciuman itu Ruby yang awalnya memberontak mulai pasrah dengan serangan-serangan lidah pria itu di bibirnya hingga ciuman pria itu pun melembut tidak lagi keras tetapi memiliki efek yang sama intens-nya.

“bagus teknik berciumanmu sudah meningkat” kata Aidan setelah menyudahi ciuman mereka. Ia berdiri setelah memindahkan wanita itu dari pangkuannya “kita akan lanjutkan pelajarannya besok” saat pria itu sudah di depan pintu Aidan berhenti “dan nanti supirku akan mengantarmu pulang. Aku tahu kau tidak membawa mobil hari ini.”

Ruby masih duduk di sofa setelah pria itu pergi merasa terlalu shock dengan apa yang terjadi tadi “tenanglah…tenanglah jantung…ini hanya latihan…” katanya mengelus dadanya yang berdebar kencang.

***

Keesokan harinya saat Ruby baru ingin menutup toko, hp-nya berbunyi iapun membaca di layar hp-nya tertera nama Aidan yang nomornya sudah ia save di hp.

“halo”

“kita akan melanjutkan pelajaran kita hari ini. Kau ada di tokomu?” kata suara yang mulai akrab di telinganya itu

“iya aku masih ada di toko”

“bagus. 10 menit lagi aku akan sampai, tunggu aku” lalu “dan jangan tunggu di luar tunggulah di dalam. Sudah hampir malam, berbahaya.” Kata pria itu dengan perhatian

“hmm…oke” ucap Ruby canggung Karena tidak biasa mendapat perhatian yang diberikan orang lain.

Sambil menunggu Aidan datang Ruby menyempatkan diri mengecek lagi seluruh café, memastikan semua sudah dimatikan.

“kau tidak mengunci pintu” tuduh Aidan yang sudah berada di dapur tempat Ruby sedang mengecek gas.

Ruby terlonjak kaget “kau sudah datang” lalu ia melihat pakaian pria itu yang masih memakai pakaian kantoran “kau langsung dari kantor?”

“iya, sekalian saja aku jemput dan kau harus ingat lain kali kuncilah pintu saat kau di dalam” katanya lagi, mengomeli Ruby

Melengos Ruby memutar matanya “oke oke tuan tukang perintah.”

“ayo”

“mau ke mana?” Tanya Ruby mengambil kunci dan tas kemudian mengunci pintu toko.

“ikut saja. Kau akan tahu nanti”

Sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil hening hanya terisi oleh lagu-lagu yang diputar di radio dan Aidan pun akhirnya berhenti, ia keluar dan membukakan pintu untuk Ruby

“kamu gak apa-apa kan?” ucap Ruby dengan punggung tangannya di dahi pria itu

“aku gak sakit.” Dengan kesal Aidan menepis tangan wanita itu “ini bagian dari pelajaran. Kau harus terbiasa dengan perhatian yang diberikan seorang pria padamu.”

“oooh…” kata Ruby walaupun ada sebersit rasa kecewa karena itu hanya latihan.

Tunggu! Inget Ruby yang kamu suka itu Evan! Dan kamu melakukan ini demi dia, Ruby mengingatkan dirinya sendiri.

“Rub…Ruby” panggilnya

“apa?”

Aidan memberikan isyarat ke arah pintu mobil yang dibukakannya “oh” katanya lagi lalu keluar

“apartemen? Apartemenmu?” melihat pria itu mengangguk sekali Ruby melanjutkan “untuk apa kita ke sini?”

“nonton” hanya itu jawaban Aidan

“nonton? Kan bisa di bioskop ngapain di apartemen? Lagian kita mau nonton film apa?” ia menatap pria itu dengan curiga

“nanti kau akan tahu”

Mereka masuk ke dalam lift dan Aidan menekan angka tiga puluh tempat di mana apartemennya berada dan setelah lift sampai di lantai yang dituju Aidan langsung menuju pintu apartemennya.

“silakan masuk” katanya mempersilakan wanita untuk masuk.

Ruby melihat-lihat tempat tinggal pria itu dan ia harus mengakui bahwa interior apartemen itu sangat bagus, interiornya berdesain minimalis tetapi sangat nyaman dan juga warna yang digunakan sangat maskulin seolah mencerminkan si pemilik.

“interiornya sangat indah dan terasa nyaman”

“terima kasih. Ini berkat wanita yang paling kusayangi kedua setelah ibuku yang mengaturnya.” Kata Aidan tersenyum sayang seolah teringat seseorang yang dicintainya.

Entah kenapa melihat dan mendengar kata-kata pria itu membuat sesuatu di dada Ruby sakit tapi ia mengabaikannya dan tidak ingin menelaah perasaan tersebut.

“jadi kita mau nonton apa sih sampe harus ke apartemen kamu segala”

Dengan tatapan yang sulit diartikan pria itu hanya berkata “lihat saja nanti.”

Aidan pun mempersilahkannya duduk dan berjalan mengambilkan minum setelah menawarinya “keberatan kalau lampunya kumatikan?” tanyanya yang sudah kembali dengan dua gelas minuman.

“tidak, tidak apa-apa” kata Ruby yang masih bingung hubungan acara menonton dengan kelanjutan sesi mereka.

“kita mau nonton apa?” Tanya Ruby yang entah keberapa kali.

“lihat saja. Ini film yang menarik” Aidan tersenyum sedikit jahil dan duduk di samping Ruby. Sepertinya pria itu juga sudah memasukkan film ke DVD karena ia langsung menekan tombol play dari remote di sampingnya.

Lessons In LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora