Dua Sisi Ko(Goro)

1.3K 58 10
                                    

  Midori menyerahkan selusin berkas pada majikannya dengan sigap. Matanya melirik atasannya sekilas. Jarang sekali, pikirnya sambil menarik kursi, Ratu Pengadilan ini tidak biasanya begitu bersemangat.

        ''Telepon dari Ran?'' tanya Midori seraya membuka amplop cokelat tua.

        Eri Kisaki, wanita berpendirian teguh itu tersentak dari imajinasinya. ''Y-ya, dia memintaku ke Haido City untuk makan malam, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.''

Mengelak, Midori tertawa kecil.

         ''Jam delapan nanti aku harus ke rumah klien untuk mendapat bukti utama kasus penipuan, dan itu akan memakan waktu yang cukup lama,'' sambung Eri agak tergesa. Sementara tanganya sibuk menandatangani surat, ekor matanya melirik Midori sekilas. ''Ada apa?''

        ''Oh, tidak!'' Midori gugup, kembali memandang dengan kaku amplop cokelatnya. ''saya hanya berpikir, sebenarnya Anda sangat bersemangat sore ini.''

Eri menarik napas dalam. ''Aku tidak akan sudi menemui laki-laki itu, meskipun Ran berlutut di kakiku.''

        Midori terbelalak, pura-pura kaget. ''Apakah Ran melanjutkan misinya?''

        Eri mengangkat kedua alisnya sambil membolak-balik kertas di hadapannya. ''Anak itu tidak akan mengerti betapa pentingnya perkara ini. Seratus juta yen untuk dana sosial digelapkan oleh oknum pegawai pajak, aku tidak boleh diam begitu saja,'' Wajah cantik Eri tiba-tiba mengeras, ''dan aku tidak akan membuang waktu  hanya untuk melihat wajah pria jelek itu.''

        Midori tersenyum. Seorang pengacara dituntut untuk bisa mendapatkan bukti kebenaran dengan cara paling agresif, yaitu berperan sebagai orang yang sangat keras kepala meskipun orang yang duduk di kursi pesakitan sudah mengatakan  ''tidak'' sebanyak seratus ribu kali. Tetapi sore ini, wanita yang selalu menyanggul rambutnya itu berbohong pada dirinya sendiri.

Aku tidak sekalipun menanyakan tentang Tuan Mouri, tetapi Nyonya Kisaki sudah menyinggungnya dua kali, gumam Midori seraya membereskan berkas.

KRESEK KRESEK

Kedua wanita di dalam ruang kantor pengacara Eri Kisaki itu menoleh bersamaan. Tepat di bawah lemari berisi buku undang-undang, seekor kucing Rusian Blue bermain kejar-kejaran dengan selembar kantong kresek yang sudah habis dirobek-robek oleh kuku tajamnya. Sesekali bersiap menerkam sambil menggoyangkan ekornya, kemudian melompat, memaksa kresek putih itu bergerak, menggigitnya sampai sobek di semua bagian.

        ''Sepertinya Goro-chan ingin bermain sebelum anda pergi,'' kata Midori meringis. ''Anda belum menyapanya sejak tadi.''

     ''Benarkah itu Goro-chan?'' Eri membelalak. ''kemarilah sayang,'' Ia membungkuk sambil mengulurkan tangannya. Tetapi kucing itu tidak menyahut, masih serius dengan buruannya.

       ''Mungkin dia marah,'' ujar Midori terkekeh. ''Anda harus merayunya dengan menu spesial sebelum pergi.''

        Eri memberengut. Setelah menyelesaikan pekerjaannya ia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Goro yang asyik jungkir balik. ''Nah, dapat kau!'' Eri menggendong kucing kesayangannya itu ke arah bilik khusus, ''atas saran Bibi Midori, sore ini Ibu akan memberimu menu spesial,'' Eri meraih satu bungkus tuna halus dan menuangkannya di atas pingan kecil. Mencium aroma khas tersebut, kucing berwarna abu-abu itu merangsek maju, menjilat dengan rakus menu favorit yang sebenarnya dijatah hanya sekali dalam seminggu.

    ''Dasar, sifatnya benar-benar--'' Eri tersentak saat tidak sengaja menatap Midori yang menahan tawa, ''tunggu, ini tidak seperti yang kaubayangkan.''

Kumpulan Fan Fiksi Detective Conan & Magic Kaito Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang