Kelima

2.5K 212 2
                                    


     Hari ini (namakamu) memutuskan untuk masuk sekolah, tidak perduli dengan kakinya yang lebam. Ia harus masuk sekolah, cukup kemarin ia tertinggal pelajaran.

     Sharolin mendorong kursi roda menuju kamar (namakamu) dan melihat adiknya itu sedang memoles bibirnya dengan lipbalm.

     Senyum sharolin terukir di bibirnya "udah gede ya adeknya kakak" ucapnya.

     (Namakamu) menoleh dan tersenyum pada sharolin "ahh jadi malu" pipi (namakamu) memerah.

     "Ayok sarapan dulu, nanti telat" sharolin berjalan mendekati (namakamu) dan membantunya duduk di kursi roda.

      "Kak, ini kan lantai dua, nanti turunnya gimana ?" Tanya (namakamu) saat keluar dari kamarnya dengan kursi roda yang di dorong sharolin.

     "Kita makan di ruang keluarga sayang" ruang keluarga memang ada di lantai dua. (Namakamu) mengangguk mengerti namun sedetik kemudian ia menggeleng.

     "Eh, tapi kan nanti juga aku berangkat sekolah kebawah dulu kali kak. Mending dibawah sekalian, lagi pula gausah pake kursi roda tau. Lebay banget deh" ucap (namakamu) pada kakanya.

     "udah jangan banyak protes. Tenang aja nanti kamu ke sekolah engga pake kursi roda kok. Tapi kamu tetep ga boleh jalan juga" ucap sharolin seraya memberhentikan kursi rodanya tepat di depan meja di ruang keluarga yang sudah terdapat nasi goreng dan tiga piring di sana.

     "Lah ? Gimana caranya coba ? Aku ga pake kursi roda tapi ga boleh jalan. Maksud kaka aku ngesot gitu ?"

     Langkah kaki terdengar dari arah sebelah kanan (namakamu). Tepat dari arah pintu kamar mandi.

     Mata (namakamu) terbelalak "kak devan ?!" Pekiknya keras.

     Devan tersenyum dan melambaikan tangannya tepat di depan (namakamu) "pagi"

     "awalnya kaka yang mau minta tolong devan kesini. Eh ternyata devan udah kesini sebelum kaka minta tolong. Pacar kamu perhatian ternyata" ucap sharolin jail.

     Mata (namakamu) menatap tajam ke arah sharolin. "Kaka!" Setelahnya (namakamu) menatap devan yang telah duduk di depannya dengan senyuman "maaf ya kak"

      "Maaf buat apa ? Gapapa kali. Emang gue sengaja kok kesini mau ngasih ini" devan menyodorkan sebuah ikat rambut berwarna biru muda pada (namakamu).

Itu.. ikat rambut (namakamu) yang dia pakai kemarin.

"Ahh. Pantesan gue cari-cari gaada. Ternyata--" ucapnya menggantung

      Devan dan sharolin tersenyum. "Dev, gue titip adek gue ya ? Bantuin jalan, kalo perlu gendong aja dia, gapapa kok. Asal jangan macem-macem." Sharolin tersenyum pada devan dan (namakamu).

(Namakamu) menatap kakaknya tidak percaya. What the------

"Iya kak. Nanti gue bantuin kok tenang aja"

             *(namakamu) POV

     Entah apa yang di fikirkan kak olin sampai meminta kak devan untuk menjaga dan membantuku. Terlebih kak olin mengizinkan kak devan untuk menggendongku. Sungguh menyebalkan.

Badboy and StalkerWhere stories live. Discover now