Part 2

158 12 2
                                    

Hari ini adalah hari pertama bagi Raka masuk sekolah pagi. Raka Vernando Saputra siswa kelas XI IPS 2 di SMA Bakti Wardana. "Raka." itu nama panggilanya di sekolah. Kenapa hari ini adalah hari pertama Raka masuk pagi? Karena dia sering terlambat. Ups, bukan sering lagi. Namun, selalu terlambat dan selalu memenuhi catatan siswa terlambat di jurnal guru piket.

Raka masuk ke gedung sekolah. Karena kantor kepala sekolah dan ruang guru berada di depan, maka terpaksa Raka akan melewatinya, dan bertemu dengan guru piket yang selalu datang jam setengah enam dan berjaga di depan kantor kepala sekolah.

Guru itu mengawasi murid- murid yang datang dan terlalu sewot, menurut Raka. Yah, guru perempuan setengah baya itu akan memarahi muridnya kalau memakai jacket saat masuk ke sekolah, memarahi murid yang tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap, dan yang bajunya keluar dan tidak rapi.

Raka bisa melihat guru itu sedang memarahi seorang siswa yang memakai jacket. Dan mungkin setelah ini Raka yang akan menjadi korban omelan guru piket itu. Raka segera merapikan seragamnya yang keluar dan tidak rapi. Ada yang penasaran bagaimana cara Raka merapikan seragamnya?
Bukanya memasukan bajunya ke dalam celana, Raka hanya melipat bajunya ke dalam agar terlihat seolah- olah dimasukan ke celana dan agar terlihat sedikit rapi, kreatif kan? Untuk atributnya yang tidak lengkap seperti dasi. Raka tidak memerlukan  sabuk karena kolong sabuknya tidak akan di periksa karena tertutup baju, Raka memilih jalan pintas yang singkat. Di mencegat seorang siswa yang atributnya lengkap.

  "Pinjem dasi lo!" katanya pada seorang siswa di belakangnya.

  "Jangan! Nanti gue kena omel bu Desi."tolak siswa itu sambil merengek. Sepertinya siswa itu takut pada Raka.

  "Udah nanti gue balikin! Pelit banget lo! Ngajak ribut lo!" paksaan dan ancaman itu berhasil membuat siswa itu takut dan pucat. Karena tidak ingin dapat masalah serius dengan Raka, siswa itu segera melepas dasinya dan memberikanya pada Raka.

  "Awas lo kalo ngomong!" ancam Raka seraya memakai dasinya.

Hebatnya Raka melakukan itu tanpa diketahui oleh guru piket itu yang ternyata bernama bu Desi. Raka berjalan mendekati bu Desi dengan tenang dan santai seperti tidak melakukan kejahatan apapun. Dengan sopan Raka mencium tangan bu Desi.

  "Tumben kamu sudah datang?" tanya bu Desi dengan medok jawa pertanyaan itu lebih cocok disebut sindiran bagi Raka.

  "Gimana sih bu? Saya telat dimarahin, dateng pagi disindirin." protes Raka
 
  "Ya wis. Ibu cuma tanya tadi. Bagus. Kalau begitu pertahankan." jelas bu Desi dengan senyum datar. Di pikiranya sekarang adalah,

  "Paling cuma kebetulan." mungkin itu gumamnya.

  "Iya donk bu. Saya kan anak rajin dan baik-baik." kata Raka bangga dan penuh percaya diri.

  "Ya sudah. Cepat masuk!" perintah bu Desi.

  "Siap bu!" seru Raka seraya berlalu.

Saat Raka sudah meninggalkan tempat itu dia sempat mendengar omelan bu Desi sedang memarahi seseorang. Dan saat Raka menengok ke belakang Raka melihat siswa yang tadi di cegatnya dan sempat dipalak olehnya, sedang dimarahi oleh bu Desi.

  "Maaf bu, saya... anu bu..mm" siswa itu ingin mengatakan yang sebenarnya tapi Raka memelototinya dari jauh. Bahkan menunjukan kepalan tanganya pada siswa itu. Membuat wajah siswa itu makin pucat.

  "Ana, anu. Ayo ngomong sing jelas!!" titah bu Desi dengan pelotan tajam.

  "Sa,..saya lupa bu. Dasi saya ketinggalan." alasan siswa itu terbata-bata dan gemetar. Yang dirasakan siswa itu seperti keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya, kurang lebih seperti itu filosofinya.

A Beautiful Love BettingWhere stories live. Discover now