Part 5

7.6K 519 27
                                        

Gila rumah Pak Devan gede banget! Parah. Batin Devina.

Devina sudah dipersilahkan masuk oleh Ibu nya Devan. Bunga sudah tidur,tadi Devina sempat menggendongnya sampai kamar. Dan membiarkan Bunga tidur

"Kamu itu sekretaris baru nya Devan?" Tanya Ibu Devan sambil mempersilahkan duduk ke Devina

Devina mengangguk sopan. Sedangkan ibunya Devan sempat meneliti. "Kamu jauh beda sama sekretaris Devan yang dulu. Kamu jauh lebih sopan dari dia. Dan kayaknya Bunga suka banget main sama kamu. Nama kamu siapa?"

"Devina,Bu"

"Ohh Devina" kata Ibu Devan dengan mengangguk angguk

Kring kring

Ponsel Devina berdering kencang di ruang tamu yang seluas ini. Ia mencari ponselnya. "Bentar ya bu. Saya boleh angkat telfon?"

"Iya silahkan"

Devina mengangguk membelakangi Ibunya Devan. Lalu Devina mengangkatnya. "Devina. Kamu dimana? Saya butuh kamu sekarang"

"Ada apa pak? Apakah sangat penting?"

"Cepatlah ke kantor jika tugas yang saya kasih sudah selesai"

Devina menghela nafasnya "tapi pak-- saya lagi ngobrol dengan--"

Tut tut tut

Sambungan terputus. Dan yang memutuskan adalah Raven. "Siapa Devina? Devan ya?"

Devina mengangguk

"Baliklah,ibu berterima kasih ya sama kamu. Sudah mengajak Bunga jalan jalan"

Devina terkekeh "sudah bu tidak usah berterima kasih,ini juga suruhan pak Devan. Baiklah aku balik ke kantor dulu ya bu"

Ibunya Devan hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Devina akhirnya berbalik lalu ia meninggalkan perkarangan rumah Devan dengan mobilnya Devan itu.

***

"Ada apa pak?" Kata Devina sambil ngos ngosan masuk ke ruangan Devan

Devina melihat jam tangan yang ada di sudah melewati angka 3. Ia pergi cukup lama

"Mengapa kau ini lama sekali? Saya cuman menugaskan kamu jemput anak saya. Tidak lebih"

Devina cukup kaget mendengarnya. Seharusnya Devan berterimakasih oleh Devina karena anaknya sudah diajak jalan jalan. Tetapi mengapa sekarang harus marah?

"Mengapa harus diam? Kau ini punya mulutkan?"

Devina masih terdiam. Selanjutnya ia berbicara "saya gatau harus bilang apa kali ini. Apakah bapak tau? Anak bapak butuh kasih sayang yang lebih. Mengapa bapak bisa bisanya begitu dengan anak kecil? Anak bapak masih dibilang kecil. Tapi bapak-- argh sekarang terserah bapak. Maafkan saya sudah lancang. Saya kira bapak mau berterima kasih karena anak bapak saya ajak jalan jalan. Ternyata perkiraan saya sangat sangat salah"

"Kau tak usah berbicara begitu. Saya sudah tau. Kau tak usah menceramahi saya. Percuma. Saya sangat sibuk. Sekarang,saya minta kamu keluar"

"Tanpa bapak minta, saya akan keluar. Sayangilah dia sebelum tiada pak. Jangan nyesel diakhir. Baik,saya permisi"

***

Salah kah gue bersikap gitu sama dia? Wajarkan? Batin Devan dalam hati sambil menundukan kepalanya

Masa bodo deh gue kurang ajar sama bos sendiri. Gue patut ngebela anak kecil. Masa masih kecil udah broken home? Batin Devina dalam hati

Devina melangkahkan kakinya ke ruangan temannya itu. "Ki" kata Devina sambil duduk didepan mejanya. Dan menaruh bawaan yang pesenan McDnya itu

"Ada apaan?"

"Lo tau ga? Anaknya pak Devan lucu banget! Gemes gue"

Kiara yang sedang mengerjakan sesuatu langsung melihat ke arah Devina. "Wait. Pak Devan bawa Bunga kesini?"

"Mana sempet. Boro boro jemput. Udah tau Pak Devan kan emang sibuk banget ki"

"Terus?"

"Tadi gue yang suruh jemput anaknya. Dan yaapp! Asliii deh lucu banget. Gue yakin istrinya pak Devan cantik banget"

Kiara terlonjak kaget "demi apa lo jemput? Ya kalo istrinya pak Devan emang cantik banget! Parah deh"

"Lo tau dari mana?"

"Gue gasengaja liat potonya. Dan bener deh cantik banget"

Devina mengangguk angguk. "Wih,apa nih?" Tanya Kiara sambil melihat isinya

"Gue beli tadi"

"Wih,tumben. Beli dimana?"

"McD tadi,sekalian nemenin Bunga main"

Kiara menoleh melihat Adrianna. "Lo betah main sama Bunga?"

Devina semapat bingung "maksud lo?"

"Ya maksud gue. Disekian banyak sekretaris pak Devan itu, kayaknya cuman lo doang yang demen main sama Bunga"

"Emang kenapa? Bunga itu lucu banget! Gemes gue juga. Maka itu gue demen main sama dia"

"Yakin banget gue,ya cuman lo doang yang demen sama anaknya. Dulu sekretaris pak Devan juga pernah sempet disuruh jemput juga karna supirnya pulkam. Yang ada dijailin mulu sama anaknya tau. Maka dari itu gue nanya ke lo. Lo betah sama dia?"

Devina berfikir sejenak,lalu ia mengangguk "iya gue betah sama dia. Emang kenapa? Lagian anaknya menurut gue, not bad lah"

Kiara hanya mengangguk angguk sambil terkekeh "berarti anaknya juga demen main sama lo"

Sedangkan Devina hanya memutar bola matanya malas

"Tunggu,muka lo kenapa ditekuk banget sih? Kayak sensian gitu"

Devina yang melamun sejak tadi,segera tersadar "ha? Gue? Gapapa kok"

× × × × × ×

Tbc

Hai! Gue update 2 part yeay. Sebenernya yg kemarin gue unpub soalnya ya gitu.. typonya banyak ngehehe. Maafin gue ya?

Vote kuyla y x ga kuy

Devanno & DevianaWhere stories live. Discover now