Tiba-tiba,suara dering ponsel. Terdengar dari kuping Devina. Devina segera mencarinya. Ia mengambil didalam tasnya. Ia melihat caller idnya.
Pak Devan batin Devina dalam hati. Ia mengambil nafas dalam dalam. Lalu ia mengangkatnya
"HALO?! DEVINA KAMU KEMANA AJA?! KATANYA UDAH KAMU JEMPUT SI BUNGA? TAPI KATA IBU SAYA,BUNGA BELUM PULANG. KAMU DIMANA SEKARANG? KAMU JANGAN COBA COBA CULIK ANAK SAYA YA. SAYA TAU KAMU SUKA ANAK KECIL" Kata Devan sambil dengan nada paniknya.
Adrianna terkekeh pelan. Pak Devan,pak Devan. Malah anak bapak kali yang demen ama saya. "Bapak. Ngomong itu pelan pelan. Bisa bisanya bapak ngomong dalam satu tarikan nafas gitu" kata Devina basa basi
"Dimana kamu? Mana Bunga?" Tanya Devan dengan nada datar dan jelas
"Anak bapak kepengen eskrim. Jadi saya antarkan dia untuk beli eskrim. Hitung hitung saya kenalan gitu sama anak bapak. Oh ya-- anak bapak ada kok. Tenang aja saya gabakal culik. Dia lagi main perosotan tuh" Kata Devina dengan nada tenang
Devan bernafas lega "Syukur"
"Ih bapak malah sukurin gitu sih"
"Terserah kamu,saya cape ngomong sama kamu. Kamu pintar tapi kenapa kamu lemot sekali?"
Devina terkekeh "eum-- bapak ada apa nelfon saya?"
"Tidak. Saya hanya ingin tahu keberadaan anak saya. Tak lebih"
"Baiklah. Saya akan tutup telfonny--"
Devan mendecak pelan dari balik telfon dan langsung memotong ucapan devina "tunggu. Kau kenapa buru buru sekali? Saya ingin berbicara dengannya. Barang kali--"
Devina memutar bola matanya malas. Ia sekarang yang memotong ucapannya. "Astaga! Apa bapak tak percaya dengan saya? Oh astaga. Saya kira bapak percaya. Jika bapak tak percaya sama saya. Mengapa saya dijadikan sekretaris oleh bapak?"
Ternyata. Gak anaknya. Ataupun bapaknya. Gak gampang mempercayai orang siapapun itu. Huft batin Devina dalam hati
Devan gelagapan bingung ingin menjawab seperti apa. Menurutnya Devina ini lagi baper. Entah kenapa, sampai sampai Devan membatin begini 'devina lagi kenapa? Mengapa dia sangat baper? Oh tidak'
"Begini begini. Saya hanya ingin memastikan saja kalau anak saya sama kamu. Mengapa kamu jadi membawa bawa ke urusan kantor gitu sih? Ini bukan masalah kantor"
"Baiklah jika bapak tak percaya" Kata Devina ketus. Lalu ia menjauhkan telfonnya dan memanggil Bunga untuk menjawab. "Ya,halo ayah?"
Devan bernafas lega saat ia mendengar suaranya. Sedangkan Devina hanya memutar bola matanya malas. Ia sungguh kesal dengan bosnya itu
"Kenapa ayah?"
"Enggak. Ayah cuman khawatir saja sama kamu"
Bunga terkekeh pelan,menonjolkan pipinya itu "ayahh,kan aku disini sama tante Devina. Jadi ayah tenang aja. Tante Devina juga baikk banget tau yah. Dia jajanin aku eskrim di McD tau yah"
"Oh ya? Yasudah kalo begitu. Ayah kembali kerja ya? Dah bunga" kata Devan
Saat Bunga ingin menjawab. Sambungan diputus oleh Devan. Bunga hanya terdiam
"Bunga?" Panggil Devina
"Ya tante?"
Devina meneliti,ada apa dengan raut wajah bunga yang beda dari sebelumnya. Ia melihat ponselnya. Dan. sekarang ia tahu mengapa raut wajah nya yang berbeda
Ayah macam apa dia? Bisa bisanya. Pak Devan bertingkah begitu dengan anaknya yang masih dibilang kecil. Ia butuh kasih sayang? Mengapa Pak Devan begitu? Ya kalo sibuk memang itu faktanya. Tapi setidaknya luangkan dikit waktu untuk anaknya. Apalagi Bunga hanya memiliki Ayah, tidak ada ibu. Kasihan Bunga. Batin Devina sambil melihat raut wajahnya.
"Bunga? Pulang yuk. Nanti dicariin oma kamu? Yuk"
Bunga menggeleng pelan "Bunga gamau tante. Dirumah sepi. Aku bosen"
"Kan ada oma,sayang?"
Bunga tetap menggeleng "tidak mau. Bunga tidak mau. Bunga gamau pulang tante. Oma gabisa diajak main. Aku ingin bermain dengan ayah. Tapi--Ayah selalu gak bisa"
Devina tertegun mendengarnya "Baiklah,sekarang. Bunga mau ngapain?"
"Bunga mau main"
"Main apa Bunga? Mending Bunga bobok dirumah"
Bunga menggeleng "Bunga gamau bobok, tante"
Devina mengusap wajahnya kasar. Dan menghela nafasnya panjang "Bunga harus tidur. Apa Bunga punya dongeng?"
"Banyak. Tapi,jarang dibaca tante"
Devina mengangguk "baiklah. Tante yang akan membacanya,ya? Nanti kamu tidur. Sekarang,kita pulang?"
"Benar?! Baiklah,ayo kita pulang tante"
Devina tersenyum senanng. Lalu membawa bawaanya yang ia pesan tadi sambil berjalan ke parkiran. Setelah sampai mobil mereka masuk.
Lalu Devina mengambil ponselnya,lalu membuka lokasi rumah Devan yang Devan kirim tadi. Selanjutnya mereka jalan, meninggalkan McD
"Ah kenapa jakarta itu selalu macet" kata Devina sambil mendengus,lalu ia beralih menoleh Bunga yang duduk dengan tenang di sebelah kursinya. Ia tertidur sambil menggunakan sealtbealtnya dengan tenang
"anaknya cakep,bapaknya cakep. Gue yakin pesti ibunya juga cakep. Istrinya pak Devan kemana dah. Kasian Bunga,pesti dia butuh kasih sayang"
Setelah sudah tidak macat,Devina menjalankan mobilnya lagi. Saat sudah sampai di depan rumahnya Devan. Tiba tiba pagar sudah di buka oleh salah satu satpam disitu. Devina segera memasuki mobilnya tanpa membuka kaca
× × × × × × × × × × ×
Tbc
Sorry banyak typo guys, keep vote sama comment. Thanks for 1k readers padahal cerita bau ehehe.
YOU ARE READING
Devanno & Deviana
RomanceDevan berdeham "Oh,jadi nama kamu itu Deviana Adrianna, betul?" Yang bernama Deviana itu pun hanya mengangguk,seraya "betul pak" "Baiklah,mulai besok kamu jadi sekretaris saya" kata orang yang menjadi CEO di perusahaan Mcnoell yang jelas jelas pemi...
Part 4
Start from the beginning
