"Saga, tunggu tung awwwww"

"Kenapa? "

Bel sekolah berbunyi...

"Ah gapapa, sana sana pergi udah bel"
Aku mencoba berdiri walaupun sakit dikaki menjadi-jadi.

"Kakimu seper... ? "

"Tidak apa-apa, sudah sana cepat ke kelas! Sekarang waktunya pak Darto si penyihir jahat"
Aku memotong kalimat Saga dengan cepat karena sekarang adalah waktu pak Darto guru kimia mengajar. Pak Darto orangnya sangat disiplin dan dia tidak akan memberi ampun kalau ada murid yang terlambat masuk kelas saat pelajarannya.

"Penyihir jahat?"

"Ahhhh kau cerewet sekali! "
Aku meninggikan suaraku.

"Hey, kenapa aku jadi dimarahi?"
Alis Saga bertautan tanda marah.

"Saga kau ini....Aww sakit sekali"

Sungguh kakiku sangat sakit, rasanya seperti gergaji mengikis tulangku. Aku memperhatikan kening Saga mengkerut. Aku tidak yakin apa yang sedang Saga fikirkan melihat keadaanku. Tiba-tiba Saga mengambil tangan kananku dan meletakkan tanganku di bahu kanannya. Saga merangkulku!. Aku terkejut sekaligus panik. Bagaimana tidak panik, banyak yang melihat. Jujur saja karena Saga itu sangat tinggi, aku kesulitan mengikuti langkah kaki Saga. Ini memalukan sekali. Saga terus merangkulku sampai ke dalam UKS sekolah. Untungnya UKS tidak begitu jauh dari tempat aku jatuh, jadi posisi yang sangat tidak nyaman ini cepat berakhir.

--

"Ga! Kamu gak ke kelas? "

Sekarang aku dan Saga sudah berada di UKS sekolah. Ini sangat canggung.
Aku merasa tidak enak, Saga mulai tadi memejamkan matanya tanpa berbicara sedikitpun. Tapi aku tau kalau dia tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya sambil sesekali menggerakkan kakinya. Aku yakin dia sedang memutar sebuah lagu lewat earphone yang sedang ia pakai.

"Ga! Aku tau kamu gak tidur, jawab dong!"

Tiba-tiba pintu UKS terbuka dan suster sekolah berjalan tergesa-gesa ke arahku.

"Oriona, maaf ibu terlambat. Kenapa kamu bisa terluka seperti ini? "

"Dia jatuh di depan kelas bu, sepertinya kakinya keseleo. Lengan sebelah kanannya luka, dan lukanya lumayan besar"

Belum sempat aku menjelaskan, Saga dengan gesit menjelaskan kejadian yang menimpahku. Dan yang membuatku kaget, aku saja tidak sadar kalau aku punya luka di lengan kananku.

"Mungkin ibu perlu es batu untuk mengompres bengkak di kakinya, tapi saya lihat UKS ini tidak punya es batu. Saya akan ke kantin untuk coba memintanya"

"Ah iya terimakasih, kamu baik sekali."

Lagi-lagi Saga bersikap seperti ini. Bukan seperti Saga yang biasanya. Kenapa dia sangat perhatian?
Meski dia terlihat sangat baku dan sangat irit berbicara, di saat-saat seperti ini dia bisa hangat.
Saat ini dia seperti sinar matahari di sore hari. Ada, tapi tak banyak tingkah.

--

"Iya ma"

"..."

"Ya ampun ma, udahlah. Lean itu memang selalu berlebihan. Tenang aja cuma luka kecil kok di tangan sama kaki keseleo jadinya bengkak, tapi gak parah kok"

"...."

" Iya Ma. Byee"

Yang namanya Lean kalau udah ngabarin mama masalah pasti berlebihan.

Sekarang Aku sudah di LDK ku dan tadi yang mengantarku pulang adalah suster sekolah. Aku diantar menggunakan mobilnya karena biasanya aku harus berjalan dari sekolah ke LDK. Jarak LDK ku ke sekolah hanya 2 menit jalan kaki. Ngomong-ngomong soal Saga, Saga kembali kekelas setelah istirahat jam kedua. Bukan hal yang mudah untuk membujuknya kembali kekelas, aku sampai harus mengancamnya. Menurutku ancamanku sangat kekanakan, Bagaimana tidak kekanakan, aku mengancam akan loncat dari ranjang UKS dan loncat-loncat sampai kakiku patah kalau Saga tidak juga kembali ke kelas saat itu. Dan ancaman ku sukses. Saga segera berdiri dari tempat duduknya yang awalnya dia duduk mematung selama 2 jam sambil memejamkan mata . Walaupun dia tidak merespon, dia bergegas berdiri dan pergi tanpa pamit. Tak apalah yang penting keadaan canggung tadi segera berakhir.

HOARDERTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon