"Gue tau lo cinta sama dia, gue tau itu! Tapi lo sadar dong, hidup lo masih panjang! Jangan buat diri lo jadi pecundang kayak gini!"

"Gue nggak bisa."

"Lo bisa, Li!"

"Kenapa lo yakin banget gue bisa berubah? Nggak ada satu orang pun yang bisa rubah gue saat ini jadi Ali yang dulu! Kecuali Prilly!" ucap Ali datar.

Geri lagi-lagi menghembuskan nafasnya, sebegitu pentingkah Prilly di hidupnya Ali? Sampai-sampai Prilly bisa merubah sosok Ali hingga 180 derajat seperti ini. Cinta Ali memang sangat besar untuk Prilly begitupun dengan sebaliknya. Tapi Ali yakin, hanya raga Prilly saja yang meninggalkannya tidak dengan hatinya yang masih setia bersamanya.

Perasaan Prilly untuk Ali tak akan pernah pergi bersamanya untuk meninggalkan Ali.

"Terserah lo! Lo masih mau kayak gini terus? Lo nggak capek? Gue aja capek yang lihat lo kayak gini mulu. Lo nggak bosen tiap hari gonta-ganti pacar mulu? Mainin hati perempuan mulu? Inget, Li! Karma masih berlaku."

Ali tersenyum evil. "Gue nggak akan berubah! Gue akan berubah kecuali Prilly yang minta!" ucap Ali ia lalu pergi meninggalkan Geri seorang diri di depan Club.

"Dasar mabuk lo, Li!" ucap Geri jengkel.

***

Ali melangkahkan kakinya menuju sebuah Rumah yang akhir-akhir ini selalu ia tempati, rasa pusing di kepalanya kini semakin menjadi. Di ketuknya pintu kayu itu dengan tak sabaran.

Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok perempuan tinggi bermata hitam pekat dan sedikit sipit itu. Perempuan itu dengan terkejut langsung membantu Ali masuk ke dalam Rumahnya.

"Ali kamu kenapa? Kamu mabuk lagi?!" ucap Felly, kekasih Ali. Ali menghiraukan ucapan Felly, bibirnya terus bergumam nama seseorang yang selalu ada di hatinya.

"Prill, aku mohon, kamu kembali." lirih Ali pelan, sedangkan Felly yang berada di samping Ali menatap Ali dengan pandangan yang sangat sulit untuk di artikan. Hatinya sakit ketika ia mengetahui jika Ali masih sangat mencintai perempuan di masa lalunya itu.

"Cinta kamu masih besar ya sama dia? Bahkan udah tiga tahun dia pergi kamu masih setia disini. Beruntung banget lo Prilly bisa jadi satu-satunya perempuan yang ada di hati, Ali."

Ali duduk di kursi ruang tengah Rumah Felly, Rumah ini memang tak ada siapa-siapa kecuali Felly, supir, dan pembantunya. Felly menghela nafasnya dalam, ia lalu ikut duduk di samping Ali.

"Ali..." lirih Felly pelan, tangannya terulur untuk mengusap rambut Ali yang kini sudah mulai panjang. Di tatapnya lekat wajah Ali dengan matanya. Begitu sempurnanya Ali dimana Felly, ia mencintai Ali sejak ia pertama kali melihat Ali di Club malam beberapa bulan yang lalu.

Felly tak tahu apa masa lalu Ali, dan siapa orang di masa lalu Ali. Ia hanya mengetahui jika perempuan itu bernama Prilly, selalu ia coba menanyakan hal tentang Prilly pada Ali dan di saat itu pula Ali memarahinya dan pergi meninggalkannya.

"Aku cinta kamu, Li. Sampai kapanpun, aku nggak akan pernah ngelepasin kamu."

***

"Ali, kamu darimana aja?" tanya Lia sambil menghampiri Putra tunggalnya itu. Ali hanya menatap Mamanya tanpa minat.

Lia tahu, bahkan sangat tahu bagaimana perasaan anaknya saat ini. Cukup sudah penderitaan Ali selama 3 Tahun ini. Lia tahu jika Ali sangat mencintai Prilly.

Lia mendekat kearah Ali lalu ia menghirup aroma tubuh Ali yang sangat tercium bau Alkohol yang sangat menyengat. Ali hanya mengangkat bahunya acuh.

"Kamu mabuk lagi?" ucap Lia menatap Ali tak percaya, Ali hanya menatap Mamanya lalu mengangguk.

"Udah ya, Ma. Ali mau tidur ngantuk." ucap Ali lalu kakinya melangkah kearah tangga, di bukanya pintu kayu cokelat itu lalu ia segera masuk dan duduk di tepi tempat tidur.

Pandangannya tertuju pada seluruh dinding kamarnya yang penuh dengan foto-foto Prilly dan juga dirinya, senyuman terukir di bibir Ali. Rindu itu kembali hadir, andai saja Rindu itu ada obatnya. Mungkin rindu tak menyakitkan ini.

"Apa kabar, Sayang? Kamu nggak rindu aku ya? Padahal aku rindu kamu, aku mau tidur nih kamu dateng ke mimpi aku ya?" ucap Ali sambil mengusap lukisan Prilly.

"Udah tiga tahun aku sendirian disini tanpa kamu, rasanya aku ingin pergi ikut kamu. Hati aku masih tetap milik kamu, kamu adalah perempuan terhebat yang pernah aku kenal selain Mama, i love you, Sayang." lirih Ali lalu ia mencium lukisan itu, ia lalu tersenyum.

Kakinya seolah tertarik untuk melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya, di bukanya pintu balkon dan ia langsung melihat suasana komplek Rumahnya. Angin pagi seolah-olah menusuk-nusuk kulit Ali yang kini hanya memakai kaos oblong berwarna putih, mata elangnya menoleh kearah samping Rumahnya.

Setahu Ali, Rumah yang bersebelahan dengan Rumahnya itu sudah lama tak di tempati pemiliknya. Dan sekarang? Rumah itu seperti ada pemiliknya. Apa pemiliknya menempati kembali Rumah itu?

"Apaan sih? Berisik banget! Pagi-pagi udah teriak-teriak nggak jelas gitu." ucap Ali jengkel, ia lalu membuka sepatunya dan langsung melemparkannya kearah pintu balkon tetangganya.

"BERISIK WOY!" teriak Ali lantang, ia tak perduli. Ali tak suka jika ada orang yang mengganggu ketenangannya.

Tapi tiba-tiba Ali yang tengah asik bermain games di ponselnya ia di kejutkan oleh lemparan sepatu dirinya yang mengenai pintu balkon kamarnya. Ali yang sudah gerampun kini menoleh kearah samping dimana orang yang sudah mengganggu ketenangannya itu berada.

Tapi seketika tubuh Ali menjadi kaku, lidahnya kelu tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Matanya terus menatap sosok perempuan di hadapannya, apa ini benar-benar nyata?

"Prilly?" gumam Ali pelan.

"Lah? Malah diem lo! Apaan sih lo pakai lemparin sepatu lo itu ke gue? Gue juga punya kali sepatu kayak gitu! Gausah pamer!" ucap perempuan itu dengan kesal.

Mata hazel itu, sama seperti mata hazel milik Prilly. Ali yakin itu, jika perempuan itu adalah Prilly. Wajahnya mirip Prilly, ia tak mungkin salah lihat. Hanya saja penampilannya yang berbeda. Perempuan di hadapannya ini seperti tomboy sedangkan Prilly cenderung feminim.

"Kamu Prilly-kan?" tanya Ali menatap perempuan di depannya itu dengan lekat, ia meneliti setiap inci wajah perempuan itu. Apa benar itu Prilly?

"Aneh lo! Gue PRISIL. P R I S I L, bukan PRILLY."

***

Udah ah segini dulu ya hehe, yang udah pada ga sabar sama cerita HL, nih udh di lanjuttt sama akuu 😝

Btw ini guee ya sahlaa 😜 oh iya kasih gewees ya buat hapenya si aya yang kecebur got sampe metong gabisa idup lagi 😂 dia mah ada ada aja da orgnya, oh iya besok guee UAS guys 😢 ga akan ada yang mau nyemangatin gue gitu? 😭

Ini juga di sempet-sempetin ngetik soalnya pen ngelanjut 😂 maafin kalo gaje, aku tau kalo chap ini gajelazzz bettt 😂 tapi nikmatin ae ya babyyy 😚 okee deh sekian dan terima kasih❤

Jangan lupa tinggalin vote dan comment ya :)
Maaf kalo ada typo 😝

Hai, Luka!Where stories live. Discover now