Begin with GO-JEK

Start from the beginning
                                        

"Halo, Pak? Masih lama? Saya udah buru-buru nih, harus cepet-cepet ke kantor! Bisa lebih cepet dikit nggak sih? Nyebelin banget!"

Kinal terpaku mendengar suara omelan seorang wanita dari seberang ponselnya. Andai tidak dengan intonasi marah yang nyaris merusak telinganya itu, mungkin Kinal akan sangat memuji betapa lembutnya suara wanita yang memarahinya melalu telepon itu.

Kinal hanya berandai-andai soal itu karena saat ini ia sudah jelas-jelas dibuat kesal oleh satu-satunya pelanggan yang dengan seenaknya memarahinya dan memanggilnya dengan sebutan yang asal-asalan, "PAK".

Tak mau ambil pusing, Kinal memilih untuk menancap gasnya karena ia tau sebentar lagi akan menghadapi seorang pelanggan galak yang memarahinya seenaknya.

***

Kinal sampai di depan sebuah gedung apartemen yang tampak cukup mewah, memberi gambaran bahwa pelanggannya adalah orang berada. Sudah dibayangkannya bahwa wanita itu adalah seorang businesswoman dengan tampang ketus, lipstick merah tebal bersama alis yang dilukis, make up formal di wajah yang besar dan sedikit kasar, tas kulit mahal yang dikalungkan di lengan kanan, rambut curly dicat kemerahan, kemeja mahal dengan dua kancing terlepas yang dimasukkan ke dalam rok span sebatas lutut, heels setinggi hampir sepuluh sentimeter. Dan tentu saja, wajah galak ala wanita berusia kepala empat yang ditinggal cerai oleh suaminya.

"Pffftt!"

Kinal tak bisa menahan tawanya sendiri saat membayangkan betapa galaknya pelanggannya kali ini. Ia cengar-cengir sendiri saat sampai di depan pintu keluar gedung apartemen. Setidaknya itu menjadi hiburannya atas kekesalannya sendiri pada wanita yang sejak tadi bayangannya terus berputar di kepalanya.

Selisih sedikit waktu setelah Kinal cengar-cengir tak jelas, seorang wanita berpakaian formal berjalan keluar dari dekat gerbang gedung apartemen. Wanita itu menengok kanan-kiri seperti mencari sesuatu, ia melihat ponselnya dan mengangguk setelah membaca pesan yang masuk ke ponselnya.

Kinal reflek membuka bibirnya karena terpana saat melihat wanita cantik yang berjalan sambil menjinjing sebuah tas kulit bermerk dan smartphone mahal di tangannya itu mendekat ke arahnya.

"Jangan jangan..."

Kinal hampir saja dibuat mati kutu saat menyadari bahwa pelanggan yang telah mengomelinya tadi adalah seorang wanita muda berparas rupawan dengan rambut halus panjang sedikit kecoklatan, tampak layaknya pengusaha muda yang sangat tangkas dan cekatan meski wajahnya menunjukkan kelembutan yang anggun dan cantik.

"Pak, bisa cepet sedikit nggak? Saya buru-buru, dari tadi nungguin bapak! Udah pesen ke gojek lain malah ditolak, jadi terpaksa saya telfonin bapak buat cepetan jemput saya!"

"Buset, mukanya Roro Jonggrang tapi mulut udah kayak Mak Lampir! Cerewet amat! Mana panggil-panggil Bapak lagi!" batin Kinal melihat alis wanita cantik di hadapannya yang menaut karena marah.

Tak terima dipanggil "BAPAK" oleh pelanggannya, Kinal langsung melepas helmnya dan masker hijau yang menutupi sebagian wajahnya. Gadis itu sedikit mengacak dan membelah untaian rambut hitamnyanya yang sepanjang bahu.

Bukannya terkejut melihat Kinal yang sedang menunjukkan identitasnya aslinya, wanita cerewet itu justru merengut melihat Kinal.

"Oh, situ cewek?" ucapnya ketus, dan singkat.

"Lo pikir?!" begitu batin Kinal, tentu saja tak diungkapkannya dengan jelas, hanya mendengus kecil karena reaksi wanita cantik di hadapannya yang begitu ketus.

Kinal hanya mengangguk dan membenarkan ikat rambutnya yang nyaris terlepas. Ia kembali memasang masker dan helmnya dengan benar, juga berusaha menghilangkan ribuan kekesalan akibat wanita yang sama sekali tak dikenalnya itu.

Explose ExpressionWhere stories live. Discover now