1. Carissa

58.1K 1.4K 14
                                    

Sudah sedari tadi gadis manis ini duduk sambil bersiul melantunkan sebuah instrumental lagu sembari mempersiapkan barang-barang yang ia butuhkan saat menjadi mahasiswa magang nanti. Ia terkekeh geli. Baru kemarin rasanya ia lulus SMA, sekarang sudah main magang saja.

 TING !

 Dengan cepat, gadis manis itu langsung berlari menuju dapur. Memindahkan roti dari loyang ke nampan untuk di rapikan tepi-tepinya. Setelah rapi, ia memasukkan roti itu ke dalam kardus untuk di antar ke pelanggannya.

 Sudah dua tahun ini ia membuka usaha kecil-kecilan untuk menambah uang saku yang diberikan orang tuanya. Dan hasilnya cukup memuaskan, banyak teman-teman kampusnya yang suka dengan roti buatannya. Bahkan, saat acara-acara tertentu ia mendapat pesanan dari ibu teman-temannya.

 "Udah jadi, Riss ?" Tanya seorang gadis bernama Tania yang tengah berjalan ke arahnya sembari menyibak rambut pendeknya. "Aku yang nganter aja ya ? Lagian kan kamu kuliah pagi."

 "Titip beliin sayuran ke pasar yah."

 "Yeee, udah ngerti aku nggak bakat ke pasar masih aja disuruhin."Tania hanya cemberut kemudian mengambil kunci sepeda motor bebek miliknya. "Iya siniin deh uangnya."

  "Nih sayuran yang mesti dibeli. Terus ini uangnya." Ujarnya sambil menyerahkan sekotak roti hangat yang sudah dibungkusnya, catatan kecil beserta dengan uangnya. "Ati-ati ya, Tania cuyungs."

 "Tauk !" Balasnya cemberut kemudian mengambil alih roti beraroma menggoda itu dari tangan sahabatnya. "Assalamualaikum."

 "Waalaikumsalam."

 Gadis ini tersenyum senang. Sudah Sembilan tahun ini ia bersahabat baik dengan Tania. Ya, walaupun terkadang ada perdebatan kecil dan menghasilkan perseteruan sesaat, tapi Tania mampu membuatnya belajar untuk menyeimbangi sifat sahabatnya yang satu itu. Dan saling menyeimbangi satu sama lain itulah yang mampu membawa persahabatannya sampai detik ini.

 TIN !

 Suara klakson yang begitu nyaring membuatnya sadar bahwa Alvan sudah menjemputnya untuk segera pergi ke kampus. Sama seperti Tania, Alvan adalah teman sekelasnya sejak duduk di bangku SMP dan parahnya sampai sekarang ia masih sering dapat jadwal kelas sama dengan Alvan.

 "Ngelamun mulu ! Kangen ya sama aku ?"

 "Hii ! Amit-amit deh ! Aku ganti dulu ya."

 "Nggak usah ganti juga nggak papa kok Riss. Lumayan buat pemandangan."

 "Kampret ! Dasar singkek sialan !"

 *=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

"Baik, untuk keperluan internship silakan dipersiapkan mengingat internship kalian akan berlangsung selama dua bulan kedepan." Ujar seorang dosen muda yang cukup membuat teman-teman laki-lakinya menatapnya tanpa kedip.  Rissa menoleh ke belakangnya kemudian terkekeh karena ekspresi teman-temannya. Begitu ajaib !

Kemudian kepalanya menoleh ke kiri, mendapati Alvan yang juga tengah menatapnya. "Kenapa ?" Bisiknya. Rissa hanya mengarahkan ibu jarinya ke belakangnya. Membuat Alvan terkekeh geli.

 "Jika ada kesulitan, silakan hubungi saya.  Ini daftar kelompok untuk internship kalian berserta tempat yang akan kalian tempati. Sekian dan selamat siang."

 "Siang, Bu !"

Dengan gerakan cepat Alvan yang memang memiliki tangan dan kali panjang, mengambil kertas berisi daftar kelompok internship dengan dua kali gerak.

"Sama siapa, Van ?" Tanya Rissa saat cowokcakep berparas oriental itu duduk di posisi semulanya.

"Kayaknya kamu emang jodohku deh, Riss. Kita satu kelompok lagi nih ! Di Semarang !" Ujar Alvan tiba-tiba dengan ekspresi ajaibnya. Membuatnya bergidik ngeri. Bukan karena Alvan jelek atau buruk penampilan. Alvan terbilang tampan malah. Namun, tingkat percaya dirinya ituloh yang membuatnya harus benar-benar kebal dengan ekspresi-ekspresi Alvan yang begitu ajaib di hadapannya.

Lovey DoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang