Brown Eyes - Chapter 11

Comincia dall'inizio
                                    

UHUK! Ray hampir tertawa jika tidak ingat ia sedang berada di rumah sakit.

Tapi akhirnya Finnian yang terlepas tertawa geli sendiri. 'Adik yang kurang ajar.'

Finnian masih memastikan ingatanya. Tapi benarkah dia yang menjenguk Ciarán? Untuk apa ia menjenguk Ci?

Eh ...? tiba-tiba ia menyadari sesuatu, dengan pertemuannya dengan Sarah di bawah tadi.

Ada kekasihnya yang menemaninya ia ingat Sarah mengatakan itu tadi. Berarti? Ups... Dipercepat langkahnya menuju kamar Kakaknya.

"Ci ...., aku melihat Karen masuk lift tadi ...," ucapnya langsung saat masuk ke dalam kamar. Sementara Ray langsung mendapat pelukan hangat dan Ibunya.

Ciarán membalasnya dengan dingin. Finnian bisa membacanya.

"Apakah sama dengan apa yang kuperkirakan ...?"

Ciarán masih tidak menjawab, tapi adiknya sudah dapat mengartikannya, dan mengangguk mengerti

"Waktu yang tidak tepat..."

Ciarán hanya menghela nafas pasrah, dan tersenyum pada Ray, sahabat kental dan juga kekasih Adiknya.

"Hey, Ray..., terima kasih sudah datang..."

"Ci ..., bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Lumayan, dan akan menjalani hari yang membosankan.." Ciarán tersenyum tipis.

Ray hanya terkekeh, "Minta temani Finn, dia bisa menjadi pelipur kebosananmu..."

Ciarán harus tersenyum geli, sementara yang punya nama hanya mendelik.

"Untuk apa dia datang?" Finnian mengalihkannya

"Siapa?"

"Si pirang..."

Ciarán terkatup.

"Dia dengan suaminya ...?" selidik Finnian.

Ciarán menggeleng. "Sudah bercerai ..."

"Heh !!? Finnian terkaget, "Oh ya ...?"

Sahutan yang juga membuat Ibunya terkatup.

Ciarán mengangguk datar. "Tolong jangan ada yang berpikir macam-macam..." sergahnya gusar.

Finnian tercenung sesaat, kemudian diambilnya ponsel dari saku celananya. Ia menekan sesuatu dan memberikannya pada Kakaknya.

Ciarán berkerut kening tak mengerti, tapi diterimanya ponsel Adiknya. Sebuah nama terlihat di layar. Ciarán terdiam, menengok Adiknya. Sejak kapan dia menyimpan nomornya?

"Telepon dia ....," usul Finnian seperti yang dapat membaca isi kepala Kakaknya.

"Untuk apa?"

"Menjelaskan semuanya ..."

Sesaat Ciarán ragu. Diliriknya ibunya yang tersenyum menunggu. Dihelanya nafas dan ditekannya tombol itu.

*

Sarah tak juga dapat menghentikan isaknya. Perjalanan kembali ke Kerry yang hanya 2 jam dengan kereta, terasa lama dan menyiksa. Ia sendiri tak mengerti kenapa dia menangis? Sudah jatuh cintakah dia pada dokter muda itu? Atau apakah karena dia sudah ada yang memiliki?

Well, itu artinya dia tidak menyukaimu. Lihat saja perempuan yang menjadi kekasihnya itu; pirang, cantik, pinter, dokter spesialis, sangatlah bukan tandingannya. Jadi untuk apa ia mengharapkannya, dan untuk apa dia menangis?? Membuang tenaga dan air mata saja! Ayolah..., seistimewa itukah dia?? Dia bukan siapa-siapa..., jadi jangan berharap apa-apa. Berhenti bermimpi. LUPAKAN DIA!

Diliriknya ponselnya. Berharap ia berbunyi dan sebuah nama yang ia kenal dan ia tunggu muncul di sana. Atau mungkin ia yang akan meneleponnya. Tapi untuk apa ? dan tidak akan gunanya, hanya akan memperburuk keadaan.

Ditariknya nafas dalam-dalam, merutuki diri. Baru sekali ini ia merasakan seperti ini. Tiba-tiba ia merasa bodoh, sangat bodoh. Sarah tersenyum sendiri. Disekanya air matanya, dan geleng geleng sendiri. Betapa bodohnya dia, dan ia tidak ingin bertambah bodoh lagi.

Dipasangkannya headphone ke telinganya, dan membiarkan suara Michael Bubble masuk menghiburnya.

*

Finnian terkatup saat melihat Kakaknya menekan tombol close dan mengembalikan ponselnya padanya, tanpa berucap. Kediaman Ciarán sudah berarti banyak. Finnian hanya menghela nafas dan mengangguk. Terkadang ia harus menerima Kakaknya sulit untuk jujur pada hatinya sendiri.

"Mhmm, ada yang lapar...!?" Maureen berseru dengan tersenyum canggung, mengagetkan semuanya, mencairkan ketegangan yang terasa di kamar ini.

TBC

Mohon maaf, postingan Brown Eyes di sini, hanya sampai Chapter 11. Untuk kelanjutan ceritanya, sudah ada dalam bentuk buku cetak  299 halaman, yang dapat dipesan langsung padaku.

Untuk pemesanan bisa langsung menghubungiku melalui No WA :  08986764284. 

Terima kasih :)

Dan terima kasih banyak sudah membaca, menyukai dan memvote cerita ini. I really appreciate it :)

Regards

Keavy :)



Brown EyesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora