Part 2

1.2K 151 4
                                    

Tidak lekas masuk kamar, ia menatap lagi foto agung itu. Ada 4 orang. Matanya langsung menghujam pada posisi kedua dari sebelah kirinya.
"Beliau adalah Jung Yonghwa Sajang-nim, Agashi! Pewaris kesatu." jelas Choi Won Young Kyongri-nim seperti paham isi kepala Shinhye.
"Direktur Utama? Dia? Semuda itu?" pekiknya terkejut.
"Usianya 27 tahun."
"Aku 26, Ajhussi. Posisi tertinggiku Kepala Bagian, itupun baru promosi." Park Shinhye menjelaskan bersemu kesal.
"Dirut Jung putra tunggal mendiang putra pertama nenek Anda."
"Di sebelah kanannya siapa, Ajhussi?" Shinhye  menatap wajah tampan lainnya di foto itu.
"Lee Jonghyun Isa-nim, beliau putra dari putri kedua Ibu Presdir."
"Apa dia playboy?" bibir Shinhye tersenyum nakal.
"Setahu saya tidak, Agashi."
"Mengesankan."
"Umurnya?"
"26 tahun."
"Sama denganku... Yang berikutnya sebelah kiri tengah?"
"Lee Jungshin Isa-nim, beliau putra dari putri ketiga Ibu Presdir."
"Umur berapa dia?"
"25 tahun, Agashi."
"Donghseng? Apa dia jago olah raga, Ajhussi?"
"Jungshin Isa-nim berminat pada musik dan seni lukis."
"Wah...! Satu lagi?"
"Beliau Kang Minhyuk Isa-nim."
"Biar kutebak Ajhussi, putra dari putri bungsu Nenek."
"Deh."
"Umurnya?"
"25 tahun juga."
"Apa dia jago masak?"
"Tepat, Agashi."
"Siapa diantara mereka yang jago olah raga?"
"Lee Jonghyun Isa-nim pemegang sabuk hitam Judo."
"Wajah cantik ini...? Aku jadi ingin sparring fathner dengannya, Ajhussi. Dan dia apa keahliannya?" Shinhye menunjuk wajah Yonghwa dan menatapnya lekat. Seperti ada magnet pada sorot matanya itu membuat Shinhye ingin terus menatapnya.
"Tuan menyukai Polo, Golf dan Bowling. Selain pandai pula bermain piano."
Park Shinhye menghembuskan napas. Luar biasa! Ternyata ada nasib sangat beruntung itu. Tampan, kaya raya, kompeten... perpaduan yang dahsyat. Dan dirinya, dirinya adalah cucu dari anak haram Halabeoji dengan seorang pelayan. Cucu haram.
🌷

Ruang makan yang luas, meja makan panjang, kursinya berderet berpasangan, sarung kursi senada dengan taplak dan alas makan. Nenek duduk di kursi paling ujung. Kursi utama. Shinhye disuruh duduk di samping kirinya, tak lama 1 dari 4 pangeran itu datang. Seperti akan melakukan peragaan dengan busana resmi, jas abu hasil rancangan rumah mode terkenal, sepatu pantovel hitam mengkilat, tatanan rambut disisir basah ke belakang. Sorot matanya masa bodoh, di tangan kirinya tersampir coat berwarna merah gelap dan di tangan kanan tas kerja yang tak kalah elegan.
"Halmeoni.... anyong!" sapanya kepada Nenek, lalu menarik kursi di urutan kedua sebelah kanan Nenek.
"Anyong, uri Hyuk-ah! Tidurmu nyenyak?"
"Ne, Halmeoni!"
"Kenalkan, ini Shinhye. Yang pernah Halmeoni ceritakan itu..." Nenek menunjuk Shinhye.
"Ne." Cuma itu tanggapan pria imut nan judes itu, padahal Shinhye sudah berdiri untuk menyalaminya. Akhirnya Shinhye membungkuk memberi hormat sambil menyebut namanya.

Pangeran kedua muncul ketika Shinhye baru meletakan pantatnya lagi di kursi. Suara langkah kakinya di tangga, membuat leher Park Shinhye melilit ke arahnya. Tinggi menjulang ketika baru punggungnya yang ia lihat. Pakaian senada yang dikenakannya. Jas berwarna biru laut, di lehernya melilit skraf corak abstrak, rambut gondrongnya terikat rapi. Perpaduan antara maskulin dan bohemian. Menawan sekali. Tanpa mengenakan kaos kaki untuk menyelaraskan sepatunya yang sedikit casual... dia variant lain yang tak kalah mempesona.

Sorot matanya sama, tidak peduli dan masa bodoh. Dia menarik kursi persis di samping Shinhye membuat gadis itu memasang wajah terkejut sekaligus terpesona. Norak sekali.
"Selamat pagi, Halmeoni!" sapanya kepada Nenek datar, tanpa raut terkejut sedikitpun mendapati orang baru di meja makannya.
"Pagi, Sayang. Apa kakimu sudah sembuh?"
"Ya, semalam Han Ajhumma sudah menempelkan ramuan obat, dan lumayan sekarang tidak terasa sakit."
"Syukurlah. Ini Shinhye, Jungshin-ah. Yang pernah Halmeoni ceritakan itu..."
Mendengar namanya diperkenalkan, Park Shinhye sekali lagi menganggukan kepala dengan tangan yang siap terulur, tapi ditariknya lagi menyadari pangeran kedua ini pun indifferent menerima kehadirannya.
"Ne, aku sudah lihat." jawabannya sama pula seperti pangeran pertama, terdengar dingin.

Seseorang terdengar lagi menuruni tangga, Shinhye malas menengoknya lagi sebab pasti diapun tak mempedulikannya juga. Tapi menunggu sosoknya yang terasa lambat memasuki ruang makan, tanpa sadar kepalanya menoleh pula ke arah tangga.

Sesosok berwajah bak malaikat menuruni tangga dengan gantengnya, agak berbeda dengan yang 2 tadi, wajah ini wajah tersenyum. Langkahnya tergesa menghampiri meja makan dengan senyum kecil yang tersungging di bibirnya menghiasi rupa menawannya itu. Rambutnya sedikit berantakan, bahkan jasnya belum dikenakan. Namun tak mengurangi sedikitpun tampilan gemilangnya. Stelan jas warna coklat tua kontras sekali dengan kulit tubuhnya yang pucat. Rambutnya yang juga kecoklatan menjadi terlihat serasi.

"Selamat pagi, Halmeoni! Kupikir sarapannya sudah mulai, ternyata hyung juga belum turun." ocehnya lebih panjang dari yang 2 sebelumnya.
"Ne, Jonghyun-ah. Tidurmu pasti larut tadi malam." duga Nenek penuh pengertian.
"Betul, Halmeoni. Karena ada yang harus diselesaikan."
"O ya, ini Shinhye yang pernah Halmeoni ceritakan itu." untuk ke-3 kalinya Nenek memperkenalkan Park Shinhye, dan luar biasa, senyum itu seketika menghilang berubah dengan pandangan mata yang amat sinis.

Seperti tadi Shinhye hanya menganggukan kepala dan bersuara amat pelan.
"Anyong..." Tak berguna memperkenalkan diri karena nampaknya mereka sudah pada mengetahui.
Tanpa terdengar jawaban apapun, bahkan tanpa menyahuti ucapan Nenek, dia menarik kursi di sebelah Minhyuk. Sebelumnya ia seperti mencari-cari tempat. Ommo.... pasti kursi yang diduduki Park Shinhye tempat duduknya. Shinhye jadi semakin menunduk.

Agak lama menunggu pangeran ke-4 turun, pelayan sudah selesai menata menu sarapan. Dia seperti pemeran utama di dalam pertunjukan theater. Paling belakang dan amat ditunggu. Park Shinhye mengutuk dalam hati : Sungguh tak sopan! Membiarkan Nenek menunggu lama. Cih...! Padahal sosok nenek baginya sangat kramat, jangankan dibiarkan menunggu, kalau mungkin makanpun akan disuapinya.

Namun ketika kemudian sosoknya muncul, Shinhye ternganga... sosok yang maskulin, cool dan kharismatik. Seperti melihat adegan TV yang dibuat slow motion. Matanya tak berkedip mengikuti langkah pangeran ke-4. Inilah putra mahkota! Pewaris utama CN Group. Dengan stelan jas berwarna biru tua, dia memang tampak sangat menonjol dari 3 yang lain. Dengan tatanan rambut sedikit awut-awutan namun tetap bergaya, dia luar biasa menawan. Langkahnya berwibawa, sorot matanya angkuh dan sedikit kejam namun menggoda. Dia type pemuda yang mampu membuat gadis merasa dihina sekaligus disanjung pada saat yang sama. Tipikal penguasa era Dinasty Joesoen. Berkuasa, kejam dan mempesona.

Sebelum tiba di ruang makan, asisten pribadinya segera menyongsong. Mengambil coat dan tas yang ditentengnya, dengan gestur sangat hormat. Membungkuk dengan takjim. Tanpa suara sang putra mahkota berbelok ke ruang makan. Shinhye cepat berpaling, pura-pura tidak melihat. Langkahnya elegan seperti angsa jantan, tegap dan yakin. Kursi yang ditujunya sebelah kanan Nenek atau tepat di hadapannya. Park Shinhye menahan napas.

TBC...

A Rose Among The 4 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang