"Dek."Lirih Devan dari arah belakang, dengan cepat tangan Shania menghapus air matanya.

Shania menoleh ke belakang, kemudian tersenyum tipis kearah Papinya."Iya Pi?"

Bisa-bisanya kamu tersenyum kepada Papi, padahal Papi tau hati kamu sangat rapuh saat ini. Batin Devan.

Devan berjalan mendekati Shania, lalu ia duduk disamping Shania.

Pandangan Devan menatap lekat wajah samping putrinya."Maafin Papi ya?" Shania mengangguk pelan.

"Sakit ya tamparannya Papi?" Shania menggeleng.

"Dek lihat Papi" Devan mulai menggenggam erat tangan putrinya.

Perlahan kepala Shania bergerak perlahan memberanikan diri untuk menatap sang Papinya, Devan sangat tersentak kaget saat melihat pipi kiri Shania sedikit memerah.

"Pipi kamu sampai merah gini kamu bialng nggak sakit?" Shania masih menjawab dengan gelengan.

"Maafin Papi ya? Papi menyesal... Papi sayang sama kamu dek" Jelas Devan.

Shania tersenyum lalu sedikit gelengan dari Shania."Papi enggak salah kok"

"Dek Papi mau kamu jujur, jangan selalu menutup diri. Bicaralah kepada Papi, bilang saja kalo memang kamu tidak suka dengan pengawasan Papi bilang! Jangan pernah takut, Papi tidak akan memaksamu lagi"

Shania menarik nafas panjang."Shania nggak suka Pi. Itu terlalu berlebihan, dengan Papi menyuruh pak Agus jadi pengawas Shania. Shania bisa jaga diri Pi, Papi enggak usah takut karna Shania selalu baik-baik saja..."

Devan memotong perkataan Shania."Tapi saat ini putri papi sedang tidak baik-baik saja. Benarkan?"

Dengan cepat Shania memeluk erat tubuh kekar Papinya, tangisnya pecah tiba-tiba. Shania sudah tidak bisa menahan lagi, kekesalan dalam hatinya keluar sudah.

Entah sudah berapa kali Shania menangis, tapi saat ini hatinya benar-benar sangat rapuh

"Menangislah, keluarkan semua Dek sampai hati kamu bisa tenang kembali, Papi selalau ada disamping kamu, Papi akan menemanimu sayang" Devan mengelus rambut hitam Shania, terlihat bahu Shania bergetar di pelukkan Papinya.

"Papi kangen Shania yang dulu" Devan berbisik pelan.

****

Malam pun tiba. Angin semilir menerpa gorden balkon kamar Shania yang terbuka lebar, ya! Saat ini Shania sedang menikmati angin malam di balkon dengan novel yang setia berada digenggamannya.

Dari balkon kamar Boby juga terbuka lebar tanpa Shania ketahui, diam-diam Boby memperhatikan Shania dari balkon kamarnya.

Ibu jari tangan Boby bergerak di touchscreen dengan balok-balok huruf di Iphone miliknya, lalu tak lama kemudian ia touch sent.

Ting

Tertera di Iphone milik Shania tertulis nama Boby, tapi Shania masih sibuk dengan kegiatan membaca novelnya.

Ting

Shania masih tidak berkutik dengan kegiatannya, ia sama sekali tidak memperdulikan chat masuk di Iphonenya tersebut.

Ya memang hari ini Shania merasa malas untuk bermain dengan gadget miliknya, bahkan panggilan masuk dari Papinya tadi sore saja dihiraukannya.

Boby pun berinisiatif untuk menelpon Shania. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali pun terlihat Shania tidak menoleh sedikit pun kearah handphonenya.

Ayo dong Shania angkat... Batin Boby.

Sama sakali tidak ada pergerakan dari Shania, hanya jari-jarinya yang membolak-balikan selembar demi selembar halaman novel.

Jujur Shan. Aku kangen kamu, aku kangen bareng-bareng lagi sama kamu, main ke panti bareng sama kamu. Gumam Boby dalam hati . *Duh cup cup cup, kok author kasian ya sama si Boby*

Masuklah seorang laki-laki tampan berbadan sedikit kekar di kamar Shania yang tidak lain tidak bukan adalah Andelo sang kakak, Andelo berjalan menuju balkon kamar Shania.

"Dek makan malam dulu yuk?" Ajak sang Kakak, yang langsung dapat anggukan dari Shania.

Terlihat Shania mulai membereskan semua barang-barangnya yang berada diatas meja dan segera masuk ke dalam kamarnya, ketika Shania ingin menutup pintu balkon kamarnya pandangan mata Shania dan Boby saling bertemu beberapa detik saja dengan cepat Shania segera menutup pintu balkon yang terbuat dari kaca dan hanya ditutupi oleh gorden tebal.

Saat ini Shania sudah berada di meja makan bersama Papi, Mami dan Kakaknya. Papi dan Kakaknya terlihat sedang bercanda ria yang disertai oleh tawa mereka berdua, berniat untuk membuat Shania ikut tertawa tapi nyatanya tidak untuk Shania yang fokus dengan makanan yang ada dihadapnya.

Hingga akhirnya keduanya menghentikan leluconnya.

Kokoh kangen kamu Dek, kangen tertawa bareng saat-saat seperti ini. Gumam Andelo dalam hati.

"Dek nanti Mami tidur bareng kamu ya?" Shania melihat wajah cantik sang Mami sekilas, lalu disertai dengan anggukan darinya.

****

Di kamar Shania. Terlihat Maminya dan Shania sudah terbaring di kasur besar milik Shania, mereka saling berhadapan. Tangan kiri Ve tiba-tiba terangkat menyentuh lembut pipi halus milik putrinya yang sudah tertidur pulas, dipeluklah tubuh sang putri kesayangannya dengan pelan.

Mami kangen sama kamu Shan. Ucap Ve dalam hati.

.
.
.
.
.
.
TBC

Don't forget! Baca yang "Crazy Love" Ya! Boleh klik bintangnya juga! Hehe





Salam
Septiana Ayu

What Can I Do For Someone?Where stories live. Discover now