Afella

9 2 0
                                    

Lampu tamaram menandakan hari sudah malam. Sebenarnya redup mata pun sudah tinggal beberapa watt. Tapi bagaimana lagi, pacarku memintaku menemuinya di Blue City, tepatnya Taman Faktorial.

Setibanya disana, kulihat dia sudah duduk di bangku taman sambil memainkan ponselnya. Dia tau aku telah tiba. Menatapku dengan tatapan tajam, bagai pedang yang baru diasa. Menusuk dari jantung hingga tembus ke punggung. Aku takut menatapnya. Keringat sudah bercucuran di dahi. Dengan keraguan aku mulai melangkah menghampirinya.

Secara tiba-tiba dia memelukku, "Apa yang kamu lakukan kemarin Nada? Kenapa mau-maunya kamu dibully, ditampar hanya untuk membelaku?"

Barisan air telah meluncur dari mataku. Rasanya, sulit untuk berbicara. Aku sangat rindu dia. LDR itu tidak mudah. Setelah 1 tahun tidak bertemu, akhirnya malam ini kami bisa bertatap mata. Tapi dengan keadaan dia marah karena aku yang telah membelanya di depan mama tirinya kemarin malam.

"Aku hanya tidak suka kamu dijelek-jelekkan Haykal. Padahal kamu tidak sejelek apa yang diomongkan mamamu itu." Ucapku serak.

"Terima kasih. Terima kasih sayang. Maafin mamaku yaa." Sahut Haykal sambil mencium keningku berulang kali.

"Tak apa, sama-sama."

"Yaudah lupain masalah ini. Sekarang aku punya hadiah buat kamu."

"Apa?"

"Sebentar, aku ambil dulu di mobil."

Aku membalasnya dengan anggukan. Mengamatinya yang sedikit berlari kecil menyebrang jalan. Kemudian aku mengikutinya. Menunggunya di bawah lampu kota. Saat ia hendak menyebrang menghampiriku, kulihat ada mobil yang melaju dengan kencang. Aku sudah gemetaran. Firasatku tidak enak. Tak lama setelah itu,

Brak!

Mobil itu menabrakku. Supirnya membanting setir ke kiri untuk menghindari Haykal yang sedang menyebrang. Syukurlah, batinku.

Kulihat Haykal berlari kearahku.

"Nadaa, kamu harus kuat Nad. Demi aku." Ucapnya sambil menangis. Kemudian aku merasa, badanku terangkat. Darah terus mengalir dari kepalaku. Ucapan Haykal tadi, adalah ucapan terakhir yang dapat ku dengar.

---

Haykal hanya menatap dengan diam pusaran pemakaman Nada. Ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Takdir memang sudah seperti ini, mau bagaimana lagi? Mungkin Tuhan tidak menghendaki mereka menjalani LDR. Jarak mereka terlalu jauh. Bukan dari benua ke benua yang berbeda. Dari dari keyakinan mereka yang berbeda.

Yang jelas, Haykal tetaplah cinta pertama Nada. Sampai saat ini pun, Haykal juga masih mencintai Nada. Dan kejadian kemarin malam, merupakan akhir cinta mereka di dunia. Lampu kota Blue City sebagai saksinya.

Drabble Love In Blue CityWhere stories live. Discover now