The Beginning

5.8K 291 7
                                    

"Aku tak membutuhkan seorang anak perempuan"

Sebuah pernyataan yang menyakitkan hati bagi seorang ibu yang baru saja berbahagia melihat anaknya lahir. Apalagi pernyataan itu keluar dari seseorang yang ia cintai. Rasa sakit pasca melahirkan tak begitu semenyakitkan hatinya.

Dengan tatapan kosong ia pandangi lelaki yang telah menikahinya selama 7 tahun itu. Ia tak tahu harus bagaimana merespon pernyataan itu. Tetapi mulutnya bergerak tanpa perintahnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Dia tahu, sangat tahu apa yang akan menjadi jawaban suaminya. Ia takut, sangat takut untuk mendengarnya. Tetapi ia butuh kepastian itu. Walau hatinya berteriak bahwa ia tak kan sanggup, tapi ia harus.

"Kita bisa membuangnya"

Ia tahu, tapi masih terasa sakit. Hatinya seakan teriris pisau. Terus teriris hingga menjadi bagian kecil. Sangat kecil. Tapi tidak ada darah, hanya rasa nyeri yang sangat terasa begitu nyata.

Perempuan itu terdiam. Ia tersenyum, sebuah senyum yang belum pernah ia perlihatkan pada suaminya. Sebuah senyum yang sarat akan sakit. Dan lelehan air mata menemani terbentuknya senyum tersebut.

"Bagaimana jika aku membuatnya menjadi seperti yang kau inginkan A NA TA"

Terlihat suaminya tersenyum meremehkan. Ia berubah siaga ketika melihat suaminya berjalan perlahan mendekati boks bayi berisi anaknya. Tanpa memperdulikan rasa sakit di bagian bawahnya ia berdiri. Ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalangi suaminya.

"Kau bahkan tak dapat melakukan apapun saat ini Kushina" sang suami tak menyadari bahwa istrinya saat ini telah berdiri di belakangnya dengan tatapan yang menyeramkan.

Baru saja ia akan menggendong sang buah hati, tangannya telah lebih dulu di tepis. Ketika ia menolehkan kepalanya sepasang mata merah menatapnya tajam. Dengan terburu-buru bayi tersebut segera dibawa oleh sang istri menuju tempat tidurnya.

"Kushina, mengertilah"

"Pergi"

Sang suami terkejut mendengar suara dingin istrinya. Boleh dikatakan ini adalah pertengkaran pertama mereka.

"Kushina"

"PER GI"

Menghela napas lelah, sang suami memilih pergi meninggalkan kamar istrinya. Sedang sang istri tetap pada posisi siaganya sampai ia melihat suami tercintanya menutup pintu kamarnya.
.

.

.
Seorang pria berambut pirang menatap taman di depannya. Tangannya menyatu meremas satu sama lain. Saking kuatnya hingga tangan putih tersebut memerah. Tatapannya tajam ke depan. Wajahnya memerah.

Ia sedang marah. Sangat sangat marah. Saat ini istrinya baru saja melahirkan seorang anak perempuan cantik. Bukan! Ia tak marah kepada istrinya yang memberikan ia putri yang cantik. Ia marah kepada putrinya, kenapa ia harus terlahir menjadi seorang perempuan.

"Namikaze Minato?" Ia menoleh ketika ia mendengar namanya di panggil.

Ia tak tahu apa yang terjadi. Yang ia ingat ia sedang berada di sebuah taman merutuki kesialannya. Lalu seorang pria tak dikenal datang dan setelah itu ia tak ingat. Yang ia tahu sekarang ia sedang mengemudi dengan kecepatan tinggi. Belum ia sadar sepenuhnya, tiba-tiba saja dunianya seperti berputar atau memang ia sedang berputar. Ah ia tak tahu dan semuanya terasa ringan setelahnya.
.

.

.
Kushina menatap pemandangan di luar kamarnya dengan pandangan datar. Ia saat ini sedang menggenggam sebuah ponsel pintar yang terlihat mati. Sesekali ia lirik bayinya yang ia letakkan dalam box bayi tak jauh dari ranjangnya.

WomanWhere stories live. Discover now