Cholangiocarcinoma

3K 235 3
                                    

Pagi ini Shera bangun kesiangan, ia kembali tidur setelah melaksanakan sholat Subuh. Tubuhnya ternyata belum beradaptasi secara sempurna terhadap perbedaan waktu antara Indonesia dan Irlandia. Untungnya di sini ia memiliki bunda yang selalu dapat diandalkannya. Bunda mengingatkannya tentang janjinya bersama Kinan. Shera segera bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Arya malah sudah kembali dari jalan-jalan keliling kompleks ditemani Pak Udin, petugas security di rumah keluarga Hadi, saat Shera keluar dari kamarnya.

"Pagi, Shera!" Sapaan Arya mengejutkan Shera yang masih menguap di depan kamarnya.

"Eh, selamat pagi, Arya!" balas Shera, malu karena ketahuan baru bangun tidur dengan wajah yang masih lusuh. Sementara lawan bicaranya, meski sama-sama lusuh karena keringat yang membasahi tubuh dan pakaian trainingnya, terlihat segar. "Kamu habis olahraga?" tanya Shera berbasa-basi melanjutkan obrolan.

"Hanya jogging keliling kompleks bersama Pak Udin. Tadinya aku ingin mengajak Pak Rama atau kamu, tapi Pak Rama harus bersiap-siap pergi ke kantor, sementara kamu sepertinya masih kelelahan akibat perjalanan kemarin," jelas Arya panjang.

"Hehhehe... iya, Ar, rasanya masih capek banget. Mungkin sekarang aku masih tidur kalau saja Bunda enggak bangunin aku. Anyway, apa kamu mau ikut menemui Wahyu sama aku dan Kinan? Atau kamu udah punya rencana lain? Kalau kamu mau jalan-jalan pun enggak apa-apa, nanti aku carikan guide untuk menemanimu."

"Aku akan ikut sama kamu. Jalan-jalan bisa ditunda. Urusanmu jauh lebih penting."

"Baiklah kalau begitu. Kita mandi dan siap-siap dulu, yuk. Sebentar lagi Kinan datang menjemput."

###

Kinan, Shera dan Arya berkendara bersama ratusan kendaraan lainnya yang memadati jalan-jalan di ibukota. Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi saat mereka keluar dari rumah keluarga Hadi, namun kemacetan di beberapa titik kota Jakarta masih saja mengular.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, akhirnya Kinan menghentikan mobilnya di pelataran parkir RS. Dharmais.

"Ki, kita ngapain ke sini? Lo bilang kita mau ketemu Wahyu," tanya Shera tak mampu menyembunyikan keheranannya.

"Tenang Sher, nanti lo juga tahu. Mending kita masuk dulu sekarang, yuk," ajak Kinan.

Arya dan Shera berjalan beriringan mengikuti Kinan yang berada selangkah di depan mereka. Shera hanya dapat bertanya-tanya dalam hati, kemana gerangan Kinan akan membawanya. Setahu Shera, Kinan memang aktif sebagai volunteer YPKAI, Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia, sebuah yayasan yang membantu anak-anak penderita kanker. Mungkin Kinan hanya akan mampir memeriksa pekerjaannya sebentar, duga Shera.

Namun dugaan itu sepertinya salah. Kinan terus saja berjalan tanpa kata. Tiba-tiba hati Shera diliputi ketakutan, tanpa sadar ia menggenggam erat tangan Arya yang sejak tadi menggandengnya. Genggaman yang begitu kuat, hingga Arya menyadari ada sesuatu yang sedang dicemaskan Shera.

"Ada apa?" tanya Arya pelan, lebih mirip sebuah bisikan.

Shera menggeleng, lebih untuk mengenyahkan pikiran buruknya sendiri daripada menjawab pertanyaan Arya.

"Enggak apa-apa. Aku hanya bingung, kenapa Kinan mengajak kita ke rumah sakit ini."

Kinan mengajak mereka sampai ke lantai 5 dan berhenti di depan sebuah kamar bertuliskan RIRA – Ruang Isolasi Radioaktif – yaitu sebuah ruangan khusus untuk menjaga pasien setelah terapi radiasi agar zat radioaktifnya tidak memancar pada orang lain. Kinan menunjuk celah kaca di pintu kamar dan menyuruh Shera untuk melihat ke dalam. Sejenak Shera ragu-ragu, namun ia tetap mengikuti perintah Kinan.

ALL YOU NEED TO KNOW (TAMAT)Where stories live. Discover now