Sang Pecandu Senja

39 1 1
                                    

Pagi ini langit terlihat cerah, seperti biasa rutinitas Malika dan Ririn adalah pergi bekerja. Malika ngantor dan Ririn mengajar di salah satu Sekolah Dasar yang lumayan dekat tempat Malika bekerja. Karena kendaraan Malika sedang masuk bengkel, ia harus nebeng Ririn untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor Malika harus siap-siap berhadapan dengan tugas-tugasnya, bahkan ia sudah mempersiapkan diri apabila dirinya dihadang dengan pekerjaan kantor hingga malam alias lembur. Tapi tidak masalah, bagi Malika bekerja itu menyenangkan. Selama ia merasa seperti itu, pekerjaan seberat apapun ia akan tetap tenang dan senang menghadapinya.

"Mal. Tolong gantiin saya rapat ya, saya harus ke Bandung sekarang juga, udah urgent banget!! Tolong ya Mal. Itu berkasnya ada di meja saya, nanti kamu tinggal bawa ke ruang rapat. Terus beberapa berkas tolong anter ke Ruangan Pak Rinaldi sama Pak Rico. Pasti kamu udah tau mana berkas untuk mereka ko, ya ya. Saya buru-buru udah ya." tiba-tiba seorang wanita berumur sekitar 30-an mengampiri Malika

"Oh iya siap Mba Gita. Hati-hati ya mba..."

Malika terlihat keluar masuk lift dengan membawa setumpuk berkas di kedua tangannya. Hampir sampai di lantai yang Malika tuju, tiba-tiba lift berhenti. Terlihat seorang laki-laki menggunakan setelan kemeja berwarna biru langit, celana bahan hitam. Malika tercengang dengan orang yang ada dihadapannya itu.

"Malik???" Malika kaget bukan main hingga tak sengaja ia menjatuhkan berkas yang ia bawa, ya... dia adalah Malik. Teman Malika saat SMA dulu, meski tidak pernah sekelas tapi mereka saling kenal.

"Siapa ya? Ko tau nama saya? Bentar saya inget-inget dulu ya" Dia berpikir keras mengingat siapa Malika, sembari membantu Malika merapihkan berkas-berkas yang tak sengaja dia jatuhkan tadi.

"Wajar sih, kalo lo ga ngenalin gue" gumamnya dalam hati, Malika sedikit kecewa Malik tak mengingatnya.

"Ah iya Malika. Anak IPA 3 yaaa." Akhirnya Malik pun ingat

"Iya Malik, Malik apa kabar?" tanya Malika. "Lama banget ingetnya...sedih gue" gumamnya dalam hati

"Alhamdulillah baik. oh ya Ruang Teratai Putih dimana ya? Saya udah buru-buru"

"Oh kebetulan, aku mau kesana. Bareng aja mendingan, gimana?

"Boleh-boleh"

Selama 7 tahun Malika tak pernah bertemu Malik. Usai lulus SMA, kabarnya Malik pindah ke Bandung bersama orang tuanya. Dan semenjak itu, Malik pun sulit untuk dihubungi.

***

Tuhan memang Maha Besar, senja di sore hari begitu indah. Membuat beberapa orang menjadi seorang "Pecandu Senja" tiap kali melihatnya. Angin yang berhembus pun menjadi pelengkapnya. Sebelum pulang dari rutinitas hariannya, Malika selalu menyempatkan diri melihat indahnya senja dari atas gedung tempat ia bekerja.

"Dasar jomblo! Masih aja liat senja sendirian..."

Tiba-tiba terdengar ucapan seseorang, seketika itu Malika membalikkan badan. Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki tengah berdiri di dekat pintu keluar masuk atap gedung. Perlahan laki-laki itu pun menghampirinya. Malika masih terdiam, dengan wajah datarnya ia masih bertanya-tanya dengan orang yang sedang menghampirinya itu.

"Hai Malika...Ini gue...Marvie" ucapnya ramah sembari menyentil dahi Malika

"Auuu!!! Sakit, seriusan ini Marvie?" tanya Malika masih penasaran

"Mau gue sentil lagi tuh dahi..."

"Ngga ngga ngga...udah udah gue percaya, ko bisa sih lo di sini. Bukannya lo di Surabaya ya? Wow, ko kurusan sih!" Malika terlihat excited.

"Parah!!!" ucap Marvie sembari menyentil dahi Malika lagi.

Saat pertama kali Malika masuk perusahaan tempat ia sekarang bekerja, orang yang pertama ia kenal adalah Marvie. Tetapi, belum genap satu tahun, Marvie dipindah tugas ke Surabaya.

"Oh, jadi mama lo sakit. Dan sekarang lagi dirawat di Rumah sakit gitu? Terus lo minta cuti beberapa hari gitu kan?" tanya Malika panjang lebar

"Iya gitu deh Mal, terus lo tau sendiri kan kaka gue sibuk ngurus keluargnya. Eh Mal, lo ga kangen apa sama gue." Tanya Marvie cengar cengir tidak jelas.

"Engga Vie, biasa aja gue mah. Hahaha" Ujar Malika diselingi tawa khasnya

"Padahal gue kangen banget sama lo Mal."

"Hahaha bodo amat Vie" Malika tertawa lagi "Udah ah, mau maghrib nih. gue mau pulang" sambungnya

"Gue anter ya"

"Ga usah, mending lo balik aja Vie kasian mama lo di Rumah Sakit sendirian."

"Bener gamau lo gue anter?"

"Iyeee..."

***

Sesampainya di rumah...

"Baru balik kamu Mal? Udah jam segini juga" tanya Ririn heran

"Iya nih, cape gue Rin" jawab Malika datar

"Lesu amat, ada masalah?"

"Gue ketemu Malik Rin..."

"Malik, Malik temen SMA kamu yang kamu certain dulu itu. Ko bisa sih" Ririn terlihat kaget

"Gatau gue juga, tiba-tiba di kantor ketemu aja. Katanya sih, dia bakal jadi penasehat hukum yang baru"

"Bagus dong, harusnya kamu seneng. Bukannya udah 10 tahun ya kamu ga ketemu dia" Ririn mencoba menggoda Malika

"7 tahun Rin, kelamaan 10 tahun mah. Harusnya sih gue seneng, tapi ko gue malah galau ya Rin. Oh ya Rin satu lagi, gue juga tadi ketemu si Marvie" Malika terlihat tidak bersemangat.

"Terus terus?" tanya Ririn penasaran

"Terus gue cape, pengen mandi makan istirahat."

"hmmm kamu tuh ya,kebiasaan bikin penasaran orang. Yaudah, sana. Ceritanya lanjut besok aja, loyo banget kamu. Oh ya, itu makanan kamu ada di lemari, kalo mau panasin aja"

"Iyeeee, makasi lohhh."

"Oh ya Mal, dapet salam dari Akbar tadi"

Malika hanya tersenyum menanggapi ucapan Ririn.

Malik dan MalikaWhere stories live. Discover now