Bagian 1 - The Past

669 37 6
                                    

Suasana gelap yang begitu tenang. Delvia melangkah menyusuri lorong yang ditemani lampu temaram.

Langkahnya terhenti saat mendengar alunan bunyi yang indah dari alat musik seruling.

Ia begitu penasaran, siapa yang tengah meniup alat musik itu menjadi nada lagu yang menenangkan.

'Liu jiue' nada lagu yang sulit, dimainkan dengan begitu anggunnya. Delvia mengikuti alunan nada tersebut , ragu namun rasa penasaran yang besar membuatnya terus melangkah.

Kediaman istana Qing

Kediaman istana Qing sedang dilanda duka, satu-satunya putri calon penerus istana Qing terbujur kaku di altar istana.

Seorang penyihir terhebat pada masa itu didatangkan guna membangkitkan putri Yanmei.

"Putriku Yanmei, kumohon bukalah matamu..."kata ayahanda putri Yanmei.

"Apakah benar nona bisa hidup kembali?" tanya salah satu dayang pribadi putri Yanmei.

"Entahlah, katanya belum ada yang mencoba upacara ghaib ini..." jawab salah satu dayang putri.

" Orang mati bisa hidup lagi, mengerikan. Kurasa itu tidak mungkin, tapi tuan dan nyonya tak rela kehilangan putrinya."

"Sssht...kita tonton saja."

Tak berapa lama kemudian, keajaiban terjadi, rambut hitam putri Yanmei perlahan berubah menjadi kuning keemasan, kulitnya yang tadinya pucat mayat berubah menjadi putih kemerah-merahan.

Semua orang takjub sekaligus ngeri melihat hal itu.

"Mataku tidak rabun kan, istriku?" ucap ayahanda Yanmei dengan menggosok kedua matanya dengan tangan.

"Waaa...orang meninggal hidup lagi, menakutkan sekali!!!" jerit dayang putri Yanmei ketakutan.

"I...ini tidak mungkin, orang meninggal bisa hidup lagi, tenangkan dirimu...aku kemari hanya untuk tipu-tipu demi uang...
A...astaga!!! Mayat hidup itu sungguhan bangun dari ranjang altar."

Batin sang penyihir dalam hatinya, tubuhnya tak kalah bergetar hebat karena ketakutan.

Srriiiing.....

Mata putri Yanmei terbuka lebar dan perlahan bangkit dari altar. Para dayang ketakutan, namun tertahan. Ayahanda dan ibunda sang putri langsung berlari mendekat, mendekap putri mereka satu-satunya.

Semua orang yang hadir disana terpesona oleh mata biru sang putri, rambut kuning keemasannya membingkai indah wajah cantiknya.

"Syukurlah putriku Yanmei, kau tersadar...lain kali kalau kamu tidak puas dengan pelayanan dayang, jangan mempermainkan nyawamu sendiri,nak" ucap ibunda putri menangis haru, memeluk putri satu-satunya.

" Ilmu ghaibmu sungguh luar biasa, penyihir. Harus dengan apa aku membayar mahal ini?" kata ayahanda putri Yanmei tersenyum puas dengan hasil kerja penyihir tersebut.

"Tuan, jangan menyanjung hamba berlebihan...sesungguhnya hamba sendiri tidak tahu bagaimana ini terjadi, mungkin keajaiban" penyihir itu tersipu malu sambil menahan tubuhnya agar tidak bergetar ketakutan.

"Sungguh luar biasa, kehebatanmu dan kau masih bisa merendahkan diri, sungguh diriku sangat takjub." ayah Yanmei terkekeh kecil, memandang penyihir lembut penuh rasa bahagia di matanya.

"Tuan putri..sini, hamba bantu..." ucap Ushi, dayang pribadi putri Yanmei.

"What? Mommy...? Mommy where are you? I want mommy..." ucap Delvia yang dalam kesadaran penuh, ia berdiri. Menatap sekelilingnya asing, dia dikelilingi orang-orang berbahasa mandarin. Menyesal dalam batinnya mengapa dulu dia tidak mempelajari bahasa mandarin dengan tekun, kini dia tidak memahami apa yang dikatakan oleh orang sekelilingnya.

"Hah? Anakku...kau berbicara apa? Tuan penyihir, Dia! Coba kau jelaskan!" kata ayah Yanmei panik, ia menarik kerah penyihir dengan sedikit emosi.

"Ampun, Tuan jangan murka...Tuan putri sempat ke surga, jangan heran beliau fasih berbahasa Dewa-Dewi..."

"Aku ingat itu artinya 'anakku', jadi aku sekarang ini anaknya? Bahasa mereka sama seperti bahasa Ayah...jadi ini di China. Tidak mungkin! Tadi pesawat jelas sudah meledak...Ibu...ini dimana? Kenapa aku bisa berada disini? Ibu...aku tidak mau...jangan tinggalkan Delvia"

Delvia mulai panik dia berlarian kesana kemari, kemudian terduduk lemas.

"Mommy! Where are you? I am here !! Don't scare me..." tangisan Delvia meledak-ledak, dia mengusap air matanya yang mulai berjatuhan.

"Anakku...?"

" I'm not your child... I want my mommy..."

"Nak...kami adalah ayah dan ibumu, jangan takut."

"Sorry... I'm not your child. I want to go home...i want to go home~ I'm Delvia...i'm not your child."

"Nak...jangan takut, ada ibu disini...ibu akan melindungimu, akhirnya kamu kembali kesisi kami, jangan nakal lagi, meski sekesal apapun...jangan bermain-main dengan nyawamu sendiri" tutur ibundanya sangat lembut, dia kembali mendekap putri kesayangannya.

"Ibu...?"

"Kamu masih punya ayah dan ibu...jika kamu cedera parah atau pergi dari sisi kami, kami akan sedih sekali..." ibunda Yanmei tak sengaja meneteskan air matanya.

"Don't cry... Don't cry... Don't..."
Kepala Delvia terangkat, melihat ibundanya menangis, ia mengusap air matanya.

"Yanmei, menyuruh ibu jangan menangis? Baiklah, ibu tidak akan menangis lagi, Yanmei juga tidak boleh menangis..."

"Ibu dan ayah ini...tampaknya mereka orang baik..." Delvia mulai tersenyum, dia merasakan ada sesuatu ditangannya, iya itu adalah biji bunga blue leadwort yang ia genggam erat-erat saat pesawat meledak. Delvia mulai mengingat perkataan anak kecil itu, 'di mana ada sinar mentari...bunga itu akan mekar dengan indahnya',
"Syukurlah,dia masih ada disini...aku berjanji tidak akan menangis lagi"

"Ibu...dimanapun ibu berada...jangan mencemaskanku, Delvia akan bertahan hidup dengan tegar, bunga blue leadwort...beri aku semangat."

Dengan memandang langit, Delvia mulai menetapkan tekadnya untuk bertahan hidup di dunia yang dia pijaki sekarang, bersama dengan bunga Blue Leadwort dalam genggaman tangannya.

Deep Blue SeaWhere stories live. Discover now