HOPE

55.6K 5.1K 627
                                    

Ardela lolos misi bunuh diri.

Ya, bunuh diri, itulah yang ibunya katakan tentang misi HOPE. Mengirim sekelompok remaja untuk mengarungi hutan berbadai salju, sama saja seperti memaksa mereka bunuh diri.

Tidak hanya ibunya yang berpikir demikian. Di luar balai tengah Graha sudah bejubel puluhan orang tua dari berbagai sektor. Dinding besi yang mengitari balai tengah seakan memantulkan teriakan mereka. Mereka marah pada ketujuh dewan Graha yang berdiri dipagari para Penjaga itu.

Orang tua tidak diperbolehkan masuk balai tengah karena mereka berdemo sejak pagi. Meski ibunya Ardela menyebut misi HOPE adalah misi bunuh diri, dia tidak ikut berdemo bersama orang tua lainnya karena dia berdiri di antara para dewan.

Ya, ibunya Ardela adalah anggota dewan Graha.

"Aneh ya," kata laki-laki di belakang Ardela, suara tenornya terdengar familiar. "Aku malah senang lolos misi HOPE. Setidaknya, bisa keluar dari gua besi ini."

"Damar, kita akan mati karena hipotermia atau terseret badai salju," balas Ardela. "Aku tidak bisa senang."

Gadis di sebelah Ardela nyengir, pipi gembil menekan kedua matanya sampai sipit. "Ayolah! Bersemangat sedikit!" teriaknya. "Kita akan jadi manusia pertama yang menginjak padang hijau setelah dua ratus tahun!"

"Ya, kalau padang hijau itu ada."

Ardela tak percaya adanya padang hijau. Di kelas Sejarah dia dengar bahwa 200 tahun lalu badai salju menyapu seluruh permukaan bumi, termasuk Indonesia. Badai membekukan sumber air, merubuhkan bangunan dan menyapu bersih kehidupan di muka bumi. Sejak saat itu sampai sekarang, hanya ada satu musim di dunia ini yaitu musim salju.

Hanya mereka yang sempat masuk ke Graha yang selamat. Graha adalah kota di dalam benteng besi yang dibangun oleh pemerintah untuk menghadapi keadaan esktrim.

Graha terdiri atas delapan gedung berdinding besi dengan luas keseluruhan lahan hampir dua ratus hektar. Setiap gedung mewakili satu sektor. Terdapat delapan sektor, yaitu: Pemerintahan, Pertahanan, Pertanian, Medis, Pendidikan, Pabrik, Mesin dan Seni. Warga setiap sektor bekerja sesuai tugas masing-masing untuk menunjang kehidupan di Graha.

Balai tengah berada tepat di tengah sektor Pemerintahan. Ruangan luas berlantai keramik putih ini biasa digunakan sebagai tempat rapat atau musyawarah besar. Selalu ramai apalagi di momen pengumuman anggota misi HOPE seperti sekarang.

Tak sadar Ardela melamuni layar berisi barisan nama di depannya. "Kalista, kita bahkan enggak di pesawat yang sama."

"Hey, kau sendiri yang bilang kita adalah rasi bintang Orion's Belt." Kalista merangkul Ardela dan Damar. "Tiga bintang yang selalu bersama! Berada di beda pesawat tak akan memisahkan kita."

Ardela tersenyum. Sejak kecil, dia memang yang paling parno di antara mereka bertiga. Dia hendak membalas, namun terdengar dentuman kaca pecah. Ternyata salah satu orang tua memukuli pintu kaca balai tengah dengan pentungan besi. Dia pasti dari sektor pabrik, banyak besi di sana.

Dua Penjaga nampak meminta para dewan untuk mundur sedikit. Sementara Penjaga lainnya mengeluarkan tongkat setrum mereka dan meminta para orang tua untuk tenang.

Di antara selusin Penjaga berseragam serba hitam, Ardela melihat ayahnya. Pria tinggi gagah dengan uban mendominasi rambutnya. Ayahnya tidak mengancam para orang tua dengan tongkat setrum. Dia hanya mengangkat kedua tangan dan meminta mereka tenang.

Mata Ardela berpindah ke wanita yang berdiri tak jauh dari pintu kaca, ia sedang berbisik pada Direktur Argus. Rambut sepunggung wanita itu terlihat kontras dengan coat dan jeans serba putihnya. Dia menoleh ke Ardela lalu melengkungkan senyuman. Terasa lebih banyak rasa takut dibanding kebahagiaan di balik senyuman itu, tapi Ardela tetap membalas dengan senyum terbaiknya. Dia tidak ingin membuat penasihat utama Graha sekaligus ibunya itu semakin pusing.

Di Bawah Nol (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang