Part 3: Beach!

81 8 3
                                    

"Dani, itu apa?" tanya Dwi ketika melihat Dani menggenggam sebuah botol krim.

"Ini? Ini sunblock..." jawab Dani santai sambil memasukkan sebuah sunblock ke dalam tasnya.

"Dasar... paling nggak mau hitam kamu." cibir Wulan.

Dani nyengir.

"Sudah siap belum?" tanya Aulia yang masuk ke kamar Wulan sambil membawa 5 kotak bekal.

"Sudah!"

"Ini bekal untuk kita. Mamamu yang buat." kata Aulia sambil memberikan sekotak bekal untuk Wulan.

"Thanks Aulia."

Setelah semuanya beres, mereka menaiki mobil keluarga Wulan. Tapi mereka hanya di antar oleh ayah Wulan. Ayah Wulan akan langsung pulang karena ada meeting. Jadi sebentar mereka akan naik taksi.

.
.
.
.
.

"Yuhuuu!! Pantaiiii!!" teriak Dani sambil merentangkan tangannya.

Sedangkan kelima temannya memandangnya dengan senyum geli.

"Sudah, ayo kita ganti baju!" ajak Aulia. "Kami pergi ganti baju dulu ya!

Vikri dan Dani mengangguk. Mereka berdua hanya perlu melepaskan baju yang mereka pakai dan menyisakan celana renang.

Beberapa saat kemudian...

Mereka semus selesai berganti baju. Dari kejauhan, mereka melihat 3 orang anak perempuan yang sedang bermain perang air di pinggir pantai. Wait! Bukannya itu...

"Nandaaaaaaaaa!!! Indaaaaaaaaaahh!! Fatimaaaaaaaaaaahh!!" teriak Wulan sambil berlari menghampiri mereka bertiga diikuti dengan 4 orang yang ada.

Nanda, Indah, dan Fatimah yang mendengar ada suara teriakan pun menjeda kegiatan mereka dan ikut memekik senang ketika bertemu secara tak sengaja dengan teman-teman dan sahabat-sahabatnya.

Mereka bermain bersama juga berenang bersama.

Namun, saat mereka berenang, tiba-tiba...

"Aaaaa! Tolong! Tolong!" teriak Fatimah.

Mendengar ada suara teriakan, Wulan, Nanda, Indah, Aulia, Dwi, Dani, dan Vikri segera berenang menuju ke arah Fatimah.

Sedikit lagi Fatimah akan tenggelam. Untung saja Indah dengan cepat menarik tubuh Fatimah dan berenang menuju tepi pantai di bantu oleh yang lain.

"Fatimah, kamu nggak papa?" tanya Nanda.

Fatimah melirik kakinya. Terdapat bekas cengkraman di kedua pergelangan kakinya.

"Astaga! Ini kenapa bisa?" tanya Indah.

"Entahlah! Tapi tadi aku merasa ada yang menarik kakiku..." jawab Fatimah.

"Jangan-jangan... ada hantu air?" kata Vikri.

"Ngawur." ujar Dani sambil menepuk pipi Vikri.

"Apa jangan-jangan..." gumam Wulan. Ia menoleh kesana kemari.

Dan ia terkejut ketika melihat seorang perempuan bergaun putih berlumur darah, rambut acak-acakan, wajah hancur, dan tangan kanannya memegang sebuah pisau.

"Hantu Ruang Musik!" teriak Wulan sambil menunjuk ke arah perempuan itu.

Semuanya menoleh serempak ke arah jari Wulan yang menunjuk ke arah hantu tersebut. Dan betapa terkejutnya mereka melihat hantu yang menyeramkan tersebut.

"HAH!?"

.
.
.
.
.

Wulan, Dani, Dwi, Nanda, Indah, Aulia, dan Vikri sedang menikmati bekal mereka sambil membicarakan tentang Hantu Ruang Musik tersebut.

"Aku rasa dia yang mencengkram kakimu Fatimah! Kau tadi bilang ada yang menarikmu 'kan?" kata Wulan sambil menyuapkan sesendok nasi dengan sayuran ke dalam mulutnya.

"Mungkin... soalnya kita juga yang memasuki ruang musik tersebut..." balas Fatimah.

"Aku juga pernah mengalami kejadian di rumahku." kata Dwi.

Flashback

Dwi kini sedang mendengarkan musik di dalam kamarnya. Dan ia sangat terkejut ketika melihat seorang pria dewasa berada di dalam kamarnya.

"Aaaaaaaa!!!" teriak Dwi ketakutan.

"Kau... teman-temanmu... harus datang... ke rumah... kosong... itu..."

"U...untuk apa aku dan teman-temanku harus ke sana?" tanya Dwi.

"Kau harus menemui kami... untuk... meminta... maaf..."

Pria dewasa yang ternyata adalah hantu penunggu rumah kosong itu pun menghilang...

Flashback end

"Jadi karena itu dia mengganggu kita?" tanya Indah.

"Aku rasa..." balas Wulan.

Tiba-tiba, Vikri terlihat sedang menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara perlahan. Seperti sedang merilekskan leher yang sedang pegal.

"Vikri, kau kenapa?" tanya Dani.

Vikri tidak menjawab. Melainkan ia berhenti dari kegiatannya dan menundukkan kepalanya.

"Vikri? Jangan buat kami takut!" seru Indah.

Tiba-tiba, Vikri berdiri dan menghampiri Wulan.

'Kenapa harus aku lagiiiiiiii...?????' batin Wulan kesal karena ia tahu kalau Vikri kerasukan.

"Kau..." gumam Vikri pelan sambil mengunci kedua tangan Wulan. Bola mata Vikri berubah menjadi warna merah. Semerah darah.

Vikri segera menyeret Wulan ke arah pantai.

"VIKRIIIIII!!" teriak Wulan ketakutan.

Keenam orang yang lain langsung berlari mengejar Wulan dan Vikri.

"Ayo mati bersama..." ujar Vikri berbisik. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Wulan. Jarak wajah mereka hanya berjarak 5 cm.

Wulan ketakutan. Perlahan, ia mulai menangis.

Dani langsung menarik Wulan sekuat tenaga. Sedangkan Nanda, Indah, Fatimah, Aulia dan Dwi menahan tubuh Vikri yang memberontak.

"Lepas!!" teriak Vikri marah.

Dani langsung mengeluarkan sebuah tasbih yang dibawanya. Ia memberikan tasbih itu secara paksa ke tangan Vikri dan melantunkan ayat-ayat Al-quran.

Vikri berteriak kencang. Tak lama kemudian, ia jatuh pingsan.

.
.
.
.
.

"Haaah... kurasa kita memang harus ke rumah kosong itu lagi..." keluh Wulan memijit dahinya.

"Dan kalian berdua juga harus ikut." sambung Indah.

"Apa!?" pekik Dani.

"Harus. Ikut!" tegas Wulan.

Dani menghela nafas.

"Kalian juga harus membantu kami dong!" timpal Nanda.

"Iya deh iyaaa..."

TBC

Pendek!

Maaf soalnya Author lagi sakit maag...

Voment please...

Wulan.

Empty House 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang