"Apa!?" pekik Wulan kaget. Pasalnya, Dani adalah teman dekatnya.

Wulan segera melihat ke tengah-tengah kerumunan dan nampaklah Dani yang berteriak-teriak mengatakan 'DIMANA DIA!?'

"Dani! Dani!" panggil Wulan. Namun nihil, Dani masih terus berteriak. Ia memberontak saat para guru dan beberapa siswa lelaki memeganginya.

Wulan menatap Dani cemas, berharap Dani bisa sadar dari setan yang merasukinya.

Mata Dani melirik ke arah kerumunan dan memberontak makin keras saat menemukan sosok Wulan. Ia berhasil lepas dari cengkraman para guru dan beberapa siswa lelaki.

Dani mencengkram tangan kiri Wulan kuat dan menyeretnya entah kemana.

"Aw!! Dani! Lepas!" teriak Wulan berusaha melepaskan cengkraman tangan Dani. Namun usahanya sia-sia.

Dani terus menyeret Wulan ke belakang sekolah. Sesampainya di sana, ia langsung mencengkram kedua lengan Wulan dan membawa tubuhnya ke tembok, membuat Wulan meringis karena punggungnya terasa sakit.

"Dani! Apa yang kau lakukan!?" seru Wulan.

"DIAM!!" bentak Dani keras. Suaranya menjadi lebih berat.

Wulan bungkam. Ia takut. Sangat takut.

'Ini... bukan suara Dani...' batin Wulan takut.

Nafas Dani memburu. "Kenapa kau mengganggu keluargaku!?"

"Apa...? Apa maksudmu!?" sentak Wulan.

Wulan tahu bahwa Dani masih kerasukan. Terbukti dari nafasnya yang memburu dan suaranya yang menjadi lebih berat dari biasanya. Seperti suara pria dewasa.

"KAU DAN TEMAN-TEMANMU MENGANGGU KELUARGAKU!! KALIAN MENGACAK-ACAK RUMAHKU!! KALIAN MENGGANGGU RUMAH TANGGAKU!!" teriak Dani marah. Tentu saja bukan dia yang mengatakannya.

"Siapa kau sebenarnya!? Keluar kau dari tubuh Dani!" balas Wulan berteriak juga.

"TIDAK!! AKU TIDAK AKAN KELUAR!! ANDAI SAJA KAU TIDAK DATANG KE RUMAH KOSONG ITU, KELUARGAKU DAN AKU TIDAK AKAN TERGANGGU!!"

Mata Wulan membelalak kaget. Ternyata ia adalah salah satu penunggu rumah kosong yang mereka kunjungi beberapa waktu yang lalu.

"Ja... jadi kau..." ucap Wulan terbata-bata.

"KALIAN TIDAK BISA DIMAAFKAN!!" teriak Dani lagi sambil mencekik leher Wulan kuat.

"Aaaggh!! Maaf... maafkan kami...! Uhuk...! Uhuk...! Aku mohon... uhuk...! Maafkan kami...!" kata Wulan terputus-putus.

"Kau harus mati! Karena kau salah satu dari mereka!" ujar Dani menyeringai.

"Uhuk...! Uhuk...! Lepaaass...! Uhuk...! Uhuk...!" rintih Wulan ketika merasakan cekikan yang dilakukan Dani makin kuat.

Tiba-tiba, ada seseorang dari belakang Dani yang langsung memeluk tubuhnya kuat. Ia menggenggam sebuah tasbih. Mulutnya melantunkan ayat-ayat Al-quran. Ternyata dia adalah Vikri.

Dani berteriak kencang dan melepaskan cengkraman tangannya pada leher Wulan. Tubuh Wulan merosot lemas sambil memegangi lehernya.

Dani pingsan di tempat. Vikri melepaskan pelukannya dan membaringkan tubuh Dani dengan perlahan di tanah. Ia duduk bersimpuh dan menggunakan pahanya untuk memangku kepala Dani.

"Uhuk! Uhuk! Terima kasih Vikri... uhuk!" ucap Wulan pada Vikri.

"Iya. Sama-sama. Untung belum terlambat." balasnya tersenyum.

"Apanya yang belum terlambat hah? Aku sudah tercekik duluan tahu? Uhuk! Uhuk!" protes Wulan.

"Ehehehehe... maksudnya, untung saja kau belum kehabisan nafas. Gitu..." kata Vikri nyengir.

"Dani! Dani! Bangun Dani!" panggil Wulan sambil menepuk-nepuk pipi Dani.

"Dani! Ayo bangun!" Giliran Vikri yang mencoba membangunkan Dani.

"Dani! Dani!" panggil Wulan lagi.

Sepertinya usaha mereka berhasil. Bola mata Dani nampak bergerak-gerak. Perlahan, Dani membuka matanya. Mengerjap sedikit hingga akhirnya mata itu terbuka sempurna. Hal yang pertama dilihatnya adalah wajah Wulan dan Vikri yang terlihat cemas.

"Syukurlah dia sudah bangun." Wulan menghela nafas lega.

"Apa... yang terjadi... padaku... Vikri... Wulan...?" tanya Dani lemas.

"Kau kerasukan Dani." jawab Vikri sambil membantu Dani untuk duduk.

"Benar. Kau bahkan sampai mencekikku." sahut Wulan sambil menunjuk lehernya. Terdapat bekas cengkraman di sana.

Dani menatap leher Wulan. "Maaf... maafkan aku... aku sudah menyakitimu. Padahal kau teman dekatku..."

"Bukan salahmu Dani. Aku tahu kau melakukannya secara tak sadar..." kata Wulan tersenyum lembut.

Dani membalas senyuman Wulan.

"Ayo, kita kembali ke UKS saja. Kau tidak usah bermain bulutangkis dulu ya. Sini kami bantu berdiri." ucap Vikri sambil membantu Dani untuk berdiri. Tubuhnya sangat lemas dan keringat dingin meluncur dari pelipis dan lehernya.

Dani dan Vikri juga mengikuti ekskul bulutangkis sama seperti Wulan, Aulia, dan Dwi.

Vikri meraih tangan kiri Dani dan mengalungkannya di lehernya sendiri. Wulan pun melakukan hal yang sama pada tangan kanan Dani.

"Wulan! Dani! Apa kalian baik-baik saja?" tanya Aulia cemas.

"Kami baik-baik saja Aulia. Sudah, aku mau antar Dani dulu ke UKS. Nanti aku akan kembali. Tunggu ya." jawab Wulan.

"Baiklah."

Wulan dan Vikri juga Dani pun berjalan kembali ke arah UKS.

TBC

Halo Reader's!

Aku bikin sequel Empty House nih...

Tadinya otakku sempat blank waktu mau bikin sequel. Tapi berkat dukungan Aulia, otakku kembali terisi penuh. Hehe.

Kalau ada typo, mohon dimaafkan... *nunduk takut*

Voment please!

Wulan.

Empty House 2Where stories live. Discover now