"Siap Tuan! Permisi" Satpam itu meninggalkan Devan, Ve dan Andelo.

Kini ketiganya sudah berada di kamar Shania, Devan memeriksa keadaan Shania kembali. Dilihatnya Oxymeter yang menjepit jari tengah Shania terlihat jelas dialat tersebut detak jantung Shania kembali normal, lalu Devan mulai menempelkan punggung tangannya di kening Shania.

"Gimana Pi?" Tanya Andelo.

"Udah mendingan kok. Masih demam, tapi gak separah tadi malem" Jawab Devan

Terlihat suster yang akan merawat Shania."Permisi dokter Devan..."

"Suster Sonya. Silahkan masuk..."

"Saya mau anda merawat putri saya sebaik mungkin, jangan sampai telat memberinya obat" Titah Devan tegas.

"Siap dokter, saya akan merawat putri Dokter dengan baik" Devan mengangguk.

Devan berjalan menghampiri Ve yang terduduk ditepian kasur Shania.

"Mi. Papi berangkat dulu, Papi sudah siapkan supir untuk mengantar Mami ke rumah sakit nanti" Devan mencium lembut kening Ve dan mulai mencium kedua Pipi, disusul ciuman singkat dibibir Ve. "Aku mencintaimu Ve"

Bisik pelan dari Devan tepat di dekat teling Ve, Ve? Ve tersenyum lebar.

Devan mendekat kearah Shania "Cepat sadarlah, Papi dan Mami kangen sama kamu sayang" Bisik Devan tepat disamping telinga Shania, yang lalu mencium kening Shania cukup lama.

Devan beranjak dari kasur Shania, dan meninggalkan kamar Shania, terlihat Ve yang mulai menyentuh kening Shania terasa masih panas suhu tubuhnya, suster Sonya? Ia menyiapkan air hangat untuk membasuh tubuh Shania.

"Sus biar saya saja yang membasuh tubuh Shania, suster dan Andelo bisa keluar dari kamar Shania" Pinta Ve.

"Oiya suster tolong periksa keadaan keponakan saya saja, kamarnya ada dilantai tiga" Suster Sonya mengangguk

.

.

.

Sudah hampir satu jam Ve berada di kamar Shania seorang diri. Ve masih setia berada disamping Shania yang masih belum siuman. Ia belai-belai rambut hitam pekat dan halus milik Shania, terlihat Andelo masuk kamar Shania.

"Gimana Ndrew keadaan Celine?" Tegur Ve.

"Celine udah gapapa kok Mi" Jawab Andelo.

"Nanti siang tante sendy kesini" Jelas Ve.

"Terus om Deno?"

"Om Deno sedang dinas" Ve fokus kembali pada putri kesayangannya.

Andelo berjalan mendekati kasur Shania berada, dan duduk ditepi ranjang. Ia genggam tangan Shania, mengelus tangan halus Shania dengan ibu jarinya. Andelo mulai berbincang-bincang tentang kampusnya kepada Mami sampai akhirnya Andelo merasakan gerakan dari tangan Shania.

"Mi tangan Shania..." Ucap Andelo pelan.

Masih ada pegerakan pelan dari jari tangan Shania, mata Shania juga mulai mengerjap pelan. "Eghh..." Guman kecil dari mulut Shania.

"Dek..." Lirih Ve yang mulai membelai halus rambut Shania.

Tangan Shania mulai bergerak memegang kepalanya yang terasa pusing sampai akhirnya penglihatan Shania kembali normal.

"Mami?!" Shania kaget ia bisa berada di kamarnya dan melihat Mami dan kakaknya berada disampingnya.

"Iya ini Mami sayang" Ucap Ve mengelus pipi lembut Shania.

"Kok aku bisa disini?" Shania memutar bola matanya.

"Kamu tadi malem pingsan. Kamu juga sih main hujan-hujanannya kelamaan, besok-besok enggak boleh gini lagi" Kata Ve.

"Reyhan... iya tadi malem aku lihat Reyhan Mi di rumah pohon" Shania mulai berhalusinasi.

Ve tersenyum samar. "Dengerin Mami. Reyhan sudah tenang di surga, kamu enggak boleh seperti kemarin lagi kasihan Reyhan kan kalo lihat kamu seperti ini dia jadi tidak tenang"

"Tapi Mi..."

Ve menggeleng pelan. "Shuutt... Percayalah Tuhan lebih sayang Reyhan, sekarang kamu berdoa yang terbaik untuk Reyhan" Seculas senyum dari Ve.

Dari sudut mata Shania terlihat air bening keluar setitik demi setitik."Loh kok nangis, masa putri mami yang kuat ini nangis sih. Jelek tau!" Ve mulai menghapus air mata Shania dengan ibu jarinya.

"Tau nih adek kokoh Ilo masa nangis sih, Jelek tau!" Sindir Andelo.

"Mami siapin bubur sama susu buat kamu ya, biar kak Andelo yang jaga kamu" Pinta Ve yang mulai beranjak.

"Mi... Aghh..." Keluh Shania saat ia ingin menggerkan tubuhnya.

"Sayang!" Mata Ve terbelalak kaget dan mulai menghampiri Shania.

"Apa yang sakit dek?" Tanya Ve yang mulai sedikit panik.

"Kepala Shania pusing Mi, kaki Shania juga sakit" Keluh Shania dengan suara seraknya.

"Yaudah kamu istirahat aja, enggak boleh banyak gerak. Mami mau ambil obat kamu"

"Andrew kamu jaga adik kamu!" Ve mulai meninggalkan kamar Shania.

"Nih dek minum dulu" Andelo mulai mengambil segelas air putih yang berada diatas nakas, lalu ia tegukkan ke mulut Shania.

"Istirahat aja jangan banyak gerak, badan kamu masih panas gini sok-sokan kuat" Tegur Andelo.








TBC

Septi :)

What Can I Do For Someone?Where stories live. Discover now