-hana-

37 2 2
                                    

Malam itu hujan turun sangat deras, jalanan sepi dan jauh dari halte dimana Raisa biasa menunggu. Kala itu dia harus pulang terlambat karena lembur semua pekerjaan yang menumpuk dan deadline yang harus dia selesaikan malam itu juga. Dengan membawa payungnya dia mulai berjalan selangkah demi selangkah sambil mengindari genangan air yang ada disekitar jalanan tuk menuju halte.

Tampak dari kejauhan halte tersebut benar-benar sepi tanpa ada yang menunggu datangnya bus. Raisa Range nama lengkapnya, dia baru saja lulus dan baru bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang periklanan. Sebuah bidang yang tak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.

Setibanya di halte dia menunggu bus yang akan mengantarnya kesebuah kota kecil di Boston. Tiba-tiba sesosok lelaki jauh berlari datang menghampirinya dengan sempoyongan penuh dengan darah dan luka lebam di sekujur wajahnya.

"Tolong saya, tolong saya" teriak lelaki itu mendekatinya sebelum akhirnya dia pingsan.

Raisa pun dengan rasa takut mengambil telpon genggam miliknya untuk menelpon ambulance untuk menyelamatkan lelaki itu. Tak jauh rupanya letak rumah sakit yang dia telpon dari halte tersebut.

Ambulance pun datang dan turunlah beberapa perawat yang bergegas mengangkat lelaki itu

"anda yang menelpon kami? Anda saudara dari lelaki ini? Bisa ikut saya kerumah sakit?" pertanyaan dari salah satu perawat dengan nada yang cepat.

Mereka pun bergegas untuk membawa lelaki yang tak beridentitas itu. Raisa pun ikut dalam ambulance tersebut tanpa mejawab satu katapun dari pertanyaan yang ditanyakan perawat tersebut.

Sesampainya di rumah sakit, Raisa diberi banyak pertanyaan tentang lelaki yang baru ditemuinya tersebut.

"tenang pasien dalam posisi stabil dan dia hanya pingsan."

"apakah anda mengenal dia?"

"sebenarnya apa yang terjadi padanya." Tanya dokter pada Raisa.

"bukan, saya tak mengenalnya dokter. Saya bukan siapa-siapanya. Dia saya temukan di halte dan dia hanya meminta tolong saya sebelum akhirnya dia pingsan." Jawab Raisa dengan nada sedikit panic.

"oh, jadi lelaki itu hanya seorang yang hanya meminta tolong kepada anda? Lanjut dokter.

"iya dokter, saya tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada saya. Bisa dokter jelaskan pada saya papa yang terjadi pada dia sebenarnya." Tanya Raisa dengan penuh rasa takut.

Tiba-tiba lelaki itu berteriak sangat keras yang membuat seluruh penghuni yang berada di UGD beranjak pergi mendatangi ruang dimana lelaki itu berbaring. Raisa pun ikut pergi menghampiri lelaki itu.

"hei kamu, siapa yang menyuruhmu membawa saya ketempat ini?" tunjuk lelaki kepada Raisa dengan nada keras.

"tenang pak, tenang. Anda mengeluarkan banyak darah dari luka anda tadi. Anda lebih baik tidak banyak bergerak dahulu." ujar seorang perawat yang mendatangi dan menahan tubuh lelaki itu yang terbangun dari tempat tidurnya.

Selangkah lebih kebelakang Raisa pun lakukan, sekarang raisa ketakutan. Benar-benar ketakutan, trauma yang dia derita terjadi kembali di saat itu. Raisa pun hysteria dengan tiba-tiba setelah dia berbalik dari sebuah tirai UGD.

"Tenang, anda harus tenang. Apa yang terjadi?" Tanya dokter sambil merangkul dan meghampirinya.

"apakah anda memiliki traumatic terhadap apa yang dilakukan lelaki itu? Saya bisa lihat dari wajah anda yang ketakutan ini. Saya harap anda dapat tenang dan anda dapat bercerita pada saya." Lanjut dokter.

Raisa masih terbata dengan sisa-sisa hysteria yang dia alami, dia memulai bercerita apa yang terjadi pada dirinya. Raisa seorang anak yatim yang tinggal sendiri oleh ibunya semenjak SMA. Ibunya seorang wanita malam yang setiap harinya membuat bahagia para lelaki kurang kasih sayang. Setiap pagi buta dia melihat ibunya pulang dengan wajah yang lebam terkadang berdarah. Tekadang juga malam hari dia mendengar jeritan keras dan kasar dari lelaki yang meniduri ibunya dari dalam kamarnya. Itu yang membuat dia trauma dengan nada tinggi dan bekas-bekas yang di derita oleh lelaki itu.

"Anda dapat pergi sekarang, biar pihak rumah sakit yang akan mengurus dia. Anda dapat tenang dan melupakan apa yang anda alami hari ini." Ujar dokter muda nan tampan yang berjaga pada malam itu.

"iya dokter, terimakasih atas sarannya, tapi biarkan saya melihat kondisi lelaki itu dulu sebentar sebelum saya pergi meninggalkan dia dari rumah sakit ini." Jawab Raisa dan meninggalkan bangku dimana dia duduk bersama dokter tersebut.

Setelah sesampainya di ruangan Andrew berada

"siapa yang menyuruh ku membawa kesini? Biarkan aku mati terdapar di temoat itu, aku sudah lelah dengan semua ini." Ujar lelaki itu melihat Raisa jalan dan membuka tirai.

"hai, aku Raisa Range. Aku tak tau apa yang harus kuperbuat bila kau hanya berkata tolong kepadaku. Yang hanya aku pikirkan kamu membutuhkan pertolongan medis dengan semua luka-luka yang kau alami seperti ini." Jawab Raisa dengan membutuhkan banyak keberanian.

"aku Andrew Huston. Kau tak perlu lakukan ini padaku, kau tak perlu selamatkan ku dari semua yang telah terjadi di halte itu. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih karena anda menggagalkan kematian saya." Jawab dengan memalingkan muka kearah Raisa.

Percakapan yang singkat, akhirnya membuat mau saling mengenal dan berbicara satu sama lain hingga akhirnya Raisa tertidur disebuah kursi disebelah tempat tidur si Andrew dan Andrew juga ikut terlelap, hingga alarm milik Raisa berbunyi menunjukan pukul 07.00, dimana dia harus berangkat bekerja kembali. Raisa pun terbangun.

Raisa bergegas pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya. Untuk bergegas pergi ke kantor. Karena dia anak magang, dia tidak boleh terlambat datang ke kantor. Setibanya di ruangan Andrew. Raisa melihat Andrew sudah berpakaian rapi siap beranjak dari Rumah sakit itu juga.

"apa yang kamu lakukan? kamu belum sembuh total." Tanya raisa dengan terkejutnya.

"aku harus pergi dari sini sebelum suruhan ayahku datang menjemputku dan mengajak ku kembali kerumah. Aku tak akan pernah lakukan itu. Apakah aku bole menginap di rumah mu untu sementara? Aku akan membayar seperti orang lain yang menyewa sebuah kamar dan rumah. Aku mampu membayar itu semua kepadamu." Jawab Andrew dengan rasa percaya diri.

"tidak, tidak akan ku perbolehkan. Rumah ku pun jauh dari tempat ini. Kau harus kembali dan meninggalkan aku. Rumahku bukan tempat penampungan. Mengerti?" Sahut Raisa dan pergi meninggalkan Andrew.

Raisa pergi meninggalkan Andrew. Tetapi ternyata Andrew mengikuti dari jauh kemana Raisa pergi. Hingga akhirnya Raisa masuk kesebuah bangunan yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya. Andrew hanya dapat terdiam dari jauh saat Raisa memasuki tempat itu. Raisa bekerja dia Elenora Advertising and Prodution. Yang tak lain tak bukan itu anak perusahaan milik keluarga Andrew.

-bagaimana ceritanya? Tunggu kelanjutannya ya. Jangan lupa comment dan vote ya-

Remember'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang