CHAPTER 10: RISE OF A HERO

182 11 2
                                    

"Tunggu, aku belum siap!" seruku. "Dan mengapa aku harus mengenakan kostum aneh ini?"

"Jangan sebut itu aneh!" seru pemuda itu dengan nada marah, "Itu adalah seragam para prajurit planet kami, yang akan mengorbankan jiwa raga mereka dengan berani demi melindungi rakyat kami."

"Tapi kalian bahkan belum menjawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kalian?"

"Kau akan mengetahuinya kelak, Sancaka." kata pemuda itu, "Aku yakin suatu saat nanti takdir akan mempertemukan kita kembali."

"Hei, itu bukan jawaban yang memuaskan!" tuntutku.

"Sekarang pikirkan dimana kau ingin berada!"

"Apa maksudmu?"

"Kau ingin menyelamatkan gadis itu kan? Pikirkan saja dia!"

Pria itu lalu mendorongku dengan keras. Saat aku terjatuh, tiba-tiba aku merasakan sengatan listrik yang amat kuat ... namun aku lalu menyadari, aku bukannya tersambar listrik lagi, melainkan tubuhku yang berubah menjadi listrik.

Tiba-tiba aku berada di dalam sebuah kandang.

"Siapa kau?" seorang pria berjas putih menoleh.

"Aku ... " ucapku ragu, "Aku adalah Gundala!"

***

"Apa Ayah pikir ia benar-benar sudah siap?" pemuda itu menoleh. Namun yang ia lihat adalah interferensi pada hologram ayahnya, yang membuat wajah ayahnya tampak compang-camping.

"Mere ... ka ... akan da ... tang ... "

Bahkan suaranya terdengar rusak, seperti kaset yang mulai terurai.

"Cepat ... lah ...pergi ...tugas ...mu ...di si ...ni ...sudah ...sele ...sai..."

"Ayah ..." bisiknya pelan.

"A ...ku ha ...rap...kau bi...sa ce...pat pu...lang...."

"Ayah...merin...dukan...mu..."

Langit makin menggelegar. Ia tahu kini saatnya untuk pergi jauh dari tempat itu sebelum mereka datang. Ia menahan wajah sendunya sebelum hologram itu akhirnya pudar dan padam.

Ia tak ingin ayahnya melihatnya menangis.

***

"Kau?" ucapku terkejut.

Aku ingat kenapa aku bisa ada di sini.

Aku ingat pemuda misterius dan ayahnya yang memberikanku kekuatan.

Namun pria yang kini berdiri di depanku.

Aku masih tak mengingat namanya.

Rekanku yang memakai jas lab. Pemuda yang tak pernah kuingat namanya itu.

Dialah sang Sentinel.

Tentu saja aku tak pernah mengingatnya! Aku akhirnya mengerti!

"Kau tak pernah bekerja di lab itu. Kau penyusup!"

Aku menoleh dengan geram ke arah Maya, "Kau membantunya. Kau menghipnotis seisi lab agar mereka percaya bahwa ia bekerja di sana sebagai mahasiswa. Itu cara kalian mencuri serum anti petir!"

"Serum ini sangat penting. Sebab hanya dengan inilah aku bisa mendapatkan kerja sama dari Sentinel."

"Itu adalah milikku." kata Sentinel. Kini aku justru mendengar nada permusuhan darinya bagi Ghazul. "Sekarang berikan kepadaku!"

GUNDALA: SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang