Sialan, orang aneh itu! Sekarang dia mengejarku! Ini gila, ini gila!
Aku terus berlari sambil menenangkan pikiranku. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Dan lihat, sekarang aku sedang dikejar oleh monster-monster itu-yang jumlahnya sekarang bertambah menjadi tiga. Monster itu mengejarku sambil menggeram keras. Mulutnya yang menjijikkan itu-bahkan sangat menjijikkan-cukup membuatku ingin muntah.
Aku mencubit pipiku sendiri. Oke, ini terasa sakit. Tunggu, jadi ini semua nyata? Aku mulai mengucapkan sumpah serapah sambil mengamati keadaan sekelilingku. Beberapa mobil terlihat rusak parah, dengan darah yang berlumuran di kaca depannya. Beberapa rumah terlihat sangat menyeramkan-seperti rumah-rumah di film horor-dengan beberapa jendela yang rusak dan pintu yang terlepas dari engselnya.
Pada awalnya aku tidak akan mengira bahwa hal ini akan terjadi. Siapa pula yang menyangka bahwa Indonesia sekarang penuh dengan orang-orang tak waras yang memakan sesama manusia. Lagi pula keadaan saat ini lebih seperti keadaan dalam film-film fiksi, dimana banyak monster dan mutan-mutan gila yang menguasai bumi ini. Mungkin film yang tepat untuk menggambarkan keadaan yang terjadi saat ini adalah film the walking dead, dimana para zombie yang kelaparan mengejar-ngejar manusia yang belum terinfeksi. Dan sekarang aku menjadi pemeran utamanya.
Aku terus berlari tanpa mempedulikan luka pada kakiku ini. Tetapi lama kelamaan kakiku terasa sangat lemas, bahkan luka di kakiku ini semakin lama semakin terasa sakit dan perih. Keringat membasahi seluruh tubuhku, bahkan t-shirt abu-abu yang kupakai basah kuyup karena terkena cucuran keringat yang keluar dari pori-pori kulitku. Jantungku meloncat-loncat tak karuan, rasanya ingin meledak saja. Jika saja Pak Andreas melihat aksiku saat ini, ia pasti tak akan ragu-ragu untuk memasukkanku dalam tim olimpiade lari.
Bloody hell!
Tiba-tiba salah satu dari mereka mencengkram pergelangan kaki kiriku yang membuat aku jatuh tersungkur di atas aspal jalan. Aku menendang-nendang ke arah mereka, sambil berharap mereka tidak akan menggigitku atau semacamnya. Salah satu dari mereka menggeram sambil membuka mulutnya. Air liur yang menjijikkan itu terlihat membasahi dagunya. Tatapanku beralih pada pakaian yang sedang ia kenakan. Tunggu, seragam ini, aku mengenalnya!
Aku tidak terpaku pada pakaiannya dan langsung menendang rahangnya dengan sekali tendangan. Aku langsung berdiri sementara dua ekor monster itu menghampiri kawannya dan membantunya untuk berdiri. Eh, tunggu dulu! Mereka masih punya perasaan simpati untuk saling menolong sesamanya? Setahuku, makhluk semacam ini tidak punya perasaan apa-apa lagi, kecuali rasa lapar akan daging manusia.
Tentu saja kesempatan ini aku gunakan untuk kabur sekencang-kencangnya. Tanpa harus melihat ke belakang, aku tahu monster gila itu kembali mengejarku. Lama kelamaan suara geraman itu bertambah ramai, bagaikan musik orkestra tanpa seorang dirigen. Aku menolehkan kepalaku ke belakang, dan melihat sebuah pemandangan yang mengerikan. Puluhan-bahkan ratusan monster itu sedang mengejarku!
"Shit!" umpatku sambil mempercepat lariku. Di persimpangan jalan, aku melihat sebuah mobil pick-up merk Ford yang berjalan dengan yang sangat rendah menuju ke arahku. Aku langsung berteriak meminta bantuan pada supir mobil itu agar menolongku atau membawaku pergi dari kejaran monster pemakan daging yang mungkin masih memiliki sedikit kecerdasan. Supir mobil yang awalnya menoleh ke kanan langsung mengarahkan pandangannya ke arahku, tetapi ada sesuatu yang aneh dengannya.
Ternyata supir mobil itu adalah salah satu dari mereka !
Supir mobil itu-alias monster gila itu menggeram ke arahku sambil menambah kecepatannya. Di belakangku, ratusan monster gila sedang mengejarku seolah-olah aku ini adalah seekor tikus dan mereka kucingnya, dan sekarang di depanku ada seorang-atau lebih tepatnya seekor-monster pengendara gila yang akan menabrakku. Aku langsung memutarbalikkan otakku, mencari cara agar aku bisa lepas dari semua kejaran yang melelahkan ini. Aku melihat ke samping kanan dan kiriku sambil memikirkan sesuatu yang masuk akal untuk aku lakukan. Tetapi persetan dengan rencana masuk akal, kini aku hanya butuh sebuah rencana yang instan.
Mobil itu sekarang berjarak kira-kira dua setengah meter di depanku. Saat jaraknya kira-kira hanya satu meter, aku langsung melompat ke bagian depan mobil, lalu berpegangan pada sisi atas atap mobil. Monster pengendara gila ini langsung menggeram dengan buas sambil berusaha meraih tubuhku dengan tangan kanannya. Cih, rencana macam apa yang aku lakukan saat ini? Melompat ke atas mobil? Ini adalah hal ter-idiot yang pernah aku lakukan sepanjang hidupku.
Aku berhasil mencapai bagian belakang dari mobil pick-up ini dan langsung mengambil ancang-ancang untuk melompat. Saat ingin melompat, aku melihat dua buah kapak besar yang tergeletak di sudut bak mobil. Aku langsung menyeimbangkan tubuhku dan mengambil kapak besar ini. Sebuah ide idiot lainnya langsung muncul di kepalaku. Aku akan mengambil alih mobil ini dari pemiliknya yang tidak waras ini.
Aku mengayunkan kapak pada jendela belakang. Dengan satu pukulan, jendela ini berhasil pecah seutuhnya. Sontak sang monster pengendara gila itu membuka mulutnya lebar-lebar dan berusaha untuk menggigitku. Tidak, monster gila, aku tidak ingin menjadi temanmu! Aku langsung mengayunkan kapak itu ke bagian frontal dan membelah kepalanya dengan sekali ayunan.
Monster itu menjerit kesakitan tak berdaya. Kini tubuh, wajah, dan tanganku berlumuran darah kehitaman yang membuatku ingin muntah karena bau anyirnya. Untuk memastikan monster ini sudah mati, aku mengayunkan kapak ke mulutnya untuk jaga-jaga agar dia tidak bisa menggigitku jika masih hidup. Aku menyingkirkan mayatnya ke kursi penumpang, lalu berusaha masuk ke dalam mobil. Namun sialnya, secara tiba-tiba beberapa monster mencengkam tubuhku dan berusaha untuk menarikku dari mobil.
Memang aku sangat bodoh. Saking terlalu asik membunuh supir monster ini, aku tidak sadar bahwa aku sekarang berada di tengah-tengah mereka. Holy shit!
Aku mengayunkan kapakku ke arah mereka sambil berusaha mengambil posisi pada kursi pengendara mobil. Saat aku sudah mendudukkan bokongku di atas kursi penumpang, salah satu dari mereka memecahkan kaca mobil yang berada tepat di sampingku. Dengan rasa panik yang kini menjalar di seluruh tubuhku, aku meninju bagian keningnya sampai ia terjatuh ke belakang. Aku langsung menancap gas dan menabrak beberapa monster di depanku.
Kini jumlah mereka bertambah semakin banyak. Beberapa dari mereka mengerubungi mobil ini, ada yang naik ke bagian bak mobil dan ada juga yang naik ke bagian depan mobil. Aku sangat kesusahan untuk menerobos mereka karena jumlahnya yang sangat banyak. Kini monster-monster ini berhasil menghimpit mobil ini sehingga aku tidak bisa menabrak mereka ataupun keluar dari mobil ini. Monster-monster itu menarik-narik tubuhku dan mencakar permukaan tubuhku.
Beberapa di antara mereka membuka mulutnya, bersiap-siap untuk menjadikanku sebagai santapan siangnya. Ini adalah akhir dari hidupku. Ya, aku, karena kebodohanku sendiri, sekarang aku akan menjadikan tubuhku sebagai makanan mereka. Kenapa tadi aku tidak langsung melompat saja dari mobil ini? Memang, penyesalan selalu datang terlambat.
Tiba-tiba seorang wanita bersenjatakan katana dan seorang laki-laki bersenjatakan tongkat bisbol menerobos kerumunan monster-monster itu dengan senjatanya sambil berteriak ke arahku. Mereka ingin menyelamatkanku. Aku selamat!
***
Halo^^
Mungkin sebagin dari kalian berpikir 'Ah, cerita zombie-zombie melulu, bosen'.
Wait, aku akan bikin monster di cerita ini akan beda dari zombie, walaupun ada beberapa hal yang sama dengan zombie yang biasa muncul di tipi-tipi.
Kritik dan sarannya dibutuhkan sekali, terutama pada cara penulisan dan EYD. Semoga suka!
Sincerely yours,
Mizaki
YOU ARE READING
Don't Look Back
Science FictionOrang-orang yang tak waras--atau katakanlah monster--mulai memangsa orang yang masih waras. Satu buah gigitan yang ditimbulkan oleh monster itu menyebabkan rasa sakit luar biasa, dan pada akhirnya orang yang tergigit akan menjadi seperti mereka. Aku...
