-Chapter 4 (Curiousity & Jealousy)-

Magsimula sa umpisa
                                    

"Really? But, you look so bored" Taeyong tersenyum jahil. Shinbi tersenyum kikuk.

Taeyong tersenyum geli menanggapi. Shinbi tiba-tiba mengeluarkan tissue dari tasnya. Kemudian, tanpa Taeyong duga, Shinbi mengelapkannya pada kening Taeyong yang bercucuran keringat. Taeyong membeku.

Setelah dirasa beres, Shinbi menarik tangannya kembali. Dahinya berkerut saat melihat wajah Taeyong yang tampak syok. "Taeyong, kau kenapa?"

Taeyong tersadar. Ia tersenyum kikuk saat melihat raut heran Shinbi. "Ti-tidak, hanya saja....apa kau tidak takut membuat orang salah paham-maksudku...sikapmu tadi..."

"Oh, soal tissue ini? Kenapa aku harus takut orang salah paham? Ini hanya wujud perhatianku pada temanku. Apa salahnya?" Shinbi menatap Taeyong dengan mata bulatnya yang membesar. Wajahnya kini begitu imut di mata Taeyong. Taeyong berdebar.

Taeyong kembali tersenyum kikuk. "Kau benar. Apa salahnya mengelap keringat temanmu, 'kan?" Shinbi mengangguk mengiyakan. Taeyong mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia jadi tidak nyaman begini?

Shinbi kemudian mengeluarkan netbook dan alat tulis untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Beberapa saat kemudian, mereka sudah tenggelam dalam diskusi-diskusi hangat tentang tugas yang mereka kerjakan. Tidak hanya berdiskusi, mereka terkadang saling bergurau satu sama lain.

Sementara itu, di luar kafe sepasang mata elang sedang mengawasi gerak-gerik mereka berdua. Ialah Oh Sehun yang sejak satu jam lalu berada di dalam Aventador-nya dan terus memperhatikan ke arah meja Shinbi. Pemuda itu tadinya hendak pergi ke kelab seperti biasa. Namun, tanpa disangka ia melihat Shinbi berjalan sendirian di perjalanannya menuju kelab. Karena penasaran dengan tujuan Shinbi pergi, ia pun memutuskan untuk mengikuti gadis itu. Dan ia pun terkejut saat mengetahui bahwa Shinbi pergi ke kafe tempat Taeyong bekerja paruh waktu.

Namun, dari keseluruhan adegan yang ia lihat selama satu jam ini, ada satu adegan yang membuatnya begitu geram. Apa lagi kalau bukan adegan saat Shinbi mengelap keringat Taeyong? Tidak sampai disitu, ekspresi wajah Shinbi seolah menunjukkan bahwa tindakannya itu adalah tindakan yang biasa saja. Sial! Apakah Shinbi tidak tahu kalau sikapnya itu bisa membuat orang lain, bahkan Taeyong sekalipun salah paham? Gadis itu polos atau memang tidak peka, sih?

Sehun mencengkeram kemudinya kuat. Ia benar-benar marah kali ini. Shinbi adalah pacarnya, semua orang di sekolah tahu itu. Bisa-bisanya gadis itu bersikap manis pada Taeyong, tapi tidak padanya. Sehun tahu, dialah yang memaksa Shinbi untuk jadi pacarnya. Sehun juga tahu betapa Shinbi membencinya. Namun, Sehun tetap saja merasa kalau Shinbi telah mengkhianatinya.

Well, sepertinya Sehun harus memberi mereka berdua pelajaran-khususnya Taeyong yang masih berani dekat-dekat dengan Shinbi.

Sehun mengambil ponselnya kemudian mencari kontak seseorang. Setelah menemukannya, ia menekan ikon untuk melakukan panggilan lalu menempelkan ponselnya ke telinga. Setelah beberapa saat, panggilannya tersambung kemudian seseorang di ujung sambungan menjawab, "Halo?".

"Hansol, aku punya tugas untukmu" ujar Sehun sambil tersenyum keji.

*****

Untuk ke sekian kalinya, Shinbi mengecek Rolex kesayangannya. Lima menit lagi, bel tanda masuk akan berbunyi. Namun, Taeyong tidak juga kelihatan batang hidungnya. Aneh, biasanya Taeyong sudah datang sebelum Shinbi datang. Kali ini, justru Shinbi yang datang duluan. Perasaan heran muncul di benaknya.

Harapannya untuk melihat Taeyong masuk ke kelas pun sirna ketika bel sekolah berbunyi nyaring. Shinbi mendesah lesu. Apakah Taeyong terlambat masuk? Atau malah pemuda itu memang tidak masuk hari ini? Terlambat jelas bukan gaya Taeyong. Ia adalah murid teladan di sekolah yang selalu disiplin. Lantas, kalau ia tidak masuk, apa alasannya? Apakah ia sakit? Kenapa tidak mengabari Shinbi?

Shinbi benar-benar khawatir.

Jam pelajaran pertama, kedua, ketiga, Taeyong masih tidak kelihatan. Shinbi semakin yakin kalau Taeyong tidak masuk sekolah. Saat jam istirahat, Shinbi pun mencoba menelepon Taeyong sambil berjalan ke kafetaria. Panggilannya tidak tersambung. Ponsel Taeyong sedang tidak aktif. Shinbi menatap layar ponselnya heran.

"Kenapa ponselnya tidak aktif?" gumamnya heran. Shinbi mencoba menelepon kembali. Kaki-kakinya masih melangkah pelan menuju kafetaria. Lagi-lagi, hanya suara operator wanita yang menyapanya. Shinbi berdecak sambil menatap ponselnya sebal.

Brukk!

"Aw!"

To be continued.....

Haine (I Hate You, Monster) [Telah Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon