BHARATAYUDA DUA - TAWUR (BISMA GUGUR)

1.9K 42 1
                                    

Kematian senopati Pandawa, Resi Seta membuat Kurawa semakin gemede (besar kepala). Malam itu di pesanggrahan Bulupitu yang menjadi kamp pasukan Astina, digelar pesta kemenangan.

Prabu Duryudana tertawa terbahak-bahak. Adiknya, Dursasana dan Kartamarma terus berjingkrak-jingkrak sejak pulang dari Kuru Setra petang tadi. Seluruh punggawa Kurawa dan para sekutunya berkumpul untuk bersenang-senang.

"Kakek Bisma, Guru Durna, lihatlah kemenangan kita hari ini. Wangsit dari para dewata bahwa Bharatayuda ini milik Pandawa hanyalah omong kosong!" Ucap Prabu Duryudana.

"Tidak salah jika sejak awal aku memasang kakek Bisma sebagai Panglima Perang Kurawa. Tak ada satupun cecunguk Pandawa yang mampu menandingi kedigdayaan Dewabrata!" Lanjut sang raja Astina.

"Kemenangan kita sudah didepan mata! .. Hahaha!" Timpal Dursasana sambil terpingkal-pingkal.

"Jangan terlalu berpuas diri dulu, cucuku." Jawab Bisma.

"Kekuatan Pandawa berada pada dua kesatria utamanya. Werkudara dan Janaka. Selama kita belum bisa mengalahkan mereka, jangan menganggap Kurawa sudah menang." Lanjut sang Panglima Perang.

"Kalian boleh mengklaim diri telah memenangi Bharatayuda ini jika kedua kesatria Pandawa itu sudah kita singkirkan!" Tutup Bisma.

Malam semakin larut. Suara lolongan anjing liar dan burung malam terdengar meraung-raung dari Kuru Setra. Ladang tempat saling bantai sesama saudara. Kawanan binatang itu pasti sedang berpesta pora disana. Mengais sisa-sisa potongan bangkai manusia dan tumpahan darahnya.

*****

Sementara di pesanggrahan Randuwatangan, kamp pasukan Pandawa juga sedang terjadi pertemuan para punggawa. Setelah upacara kremasi Resi Seta, mereka membahas strategi perang esok pagi.

"Yayi Wara Srikandi, besok adalah giliranmu untuk menggantikan peran Resi Seta." Tutur Prabu Sri Bethara Kresna.

"Duh kakang Prabu, apakah aku tidak salah dengar?" Srikandi balik bertanya.

Prabu Kresna tersenyum, "Hari kematian Bisma telah tiba!"

"Para kesatria lelaki Pandawa satu per satu tumbang oleh kakek Bisma. Bagaimana dengan aku yang hanya seorang wanita?" Lanjut istri Janaka itu.

"Ketahuilah adik-adikku, Dewabrata dianugerahi karomah tidak bisa mati kecuali oleh tangan wanita kinasihnya, Dewi Amba. Tetapi di dunia ini tidak ada yang kekal. Semua akan kembali ke Sang Pencipta!" Prabu Kresna bertutur.

"Meski Dewi Amba telah langgeng di alam Sunyaruri, ia bersumpah akan datang menjemput Dewabrata pada hari kematiannya nanti." Lanjut titisan Dewa Wisnu itu.

"Nah, esok hari kakek kalian tidak akan bisa lagi menghindar dari takdir kematiannya!" Tutup Prabu Kresna.

Semua yang hadir terdiam. Belum memahami apa hubungan ucapan sang penasehat perang Pandawa itu dengan sarannya menyuruh Wara Srikandi maju sebagai pengganti Resa Seta.

"Jika kakang Prabu Kresna berkehendak seperti itu, aku siap mati sebagai patriot Pandawa!" Jawab Srikandi.

*****

Matahari mengintip di ufuk timur.

Genderang perang pun telah menderu-deru lagi. Menyingkap sisa kesunyian malam di Kuru Setra. Panji-panji kedua pasukan kembali berkibar di dua arah berlawanan.

Bisma semakin percaya diri dengan kemenangannya atas Resi Seta. Cundrik Kyai Cucuk Dandang, pusaka kedewataan pemberian ibunya Dewi Ganggawati menjadi penyebabnya pula.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang