Part 1

42K 1.5K 28
                                    

"It's okay, I know you're very busy." Goda Steven membuat pria tadi terkekeh.

"Owhh, I will go to California now. Dan maaf untuk merepotkanmu, aku benar-benar harus meninggalkan putri ku di New York karena ia harus mengikuti ujian sekolah saat ini."

"It's okay, no problem. I will take care of your daughter." Pria itu pun mengulum senyumnya membalas ucapan Steven.

"Ashley, perkenalkan. Dia sahabat dadd, dan kau akan tinggal bersamanya selama kami di California." Steven mulai memperkenalkan putrinya itu pada pria dihadapannya.

"Sean Grift Bennedict" ucap pria itu memperkenalkan diri dengan tangan terulur, Ashley pun menyambut uluran tangan pria itu.

"Ashley Carlien Levine" balas Ashley dengan senyum ramahnya yang membuat pria itu terpesona sejenak melihatnya.

"Well, kami harus segera memasuki pesawat sekarang. Goodbye dear, I hope you always happy and healthy when we gonna California."ucap Steven sambil memeluk dan mencium kening Ashley.

"Hahh.. I will miss you very much mom, dad. Take care of you." Balas Ashley yang dibalas anggukan dan senyuman oleh kedua orang tuanya. Mereka berdua pun mulai memasuki pesawat pribadi mereka, dan melambaikan tangan mereka pada Ashley dan Sean.

"Well, Ashley. Let's go to my penthouse, aku tak ingin kau kelelahan karena terlalu lama berdiri dibandara seperti sekarang ini." Ucap Sean tiba-tiba membuat Ashley mengalihkan tatapannya pada pria disampingnya itu, kemudian ia kembali tersenyum.

"Thanks uncle, you're so kind." Puji Ashley yang dibalas dengan senyuman tipis oleh Sean.

"It's not a problem. Biarkan aku yang membawakan kopermu." Sean pun mengambil alih koper yang ada ditangan Ashley kemudian menarik nya beriringan bersama Ashley menuju basement airport.

-

"Uncle, are you kidding me?" tanya Ashley membuat Sean mengerutkan keningnya bingung. Setaunya, ia tak mengatakan sebuah lelucon pun pada Ashley, mengapa tiba-tiba Ashley bertanya seperti itu?

"What?"

"That's Pierre hotel. Mengapa kau mengajakku kemari?" tanya Ashley lagi, membuat Sean kembali tersenyum. Entahlah, berada disamping Ashley membuatnya sering tersenyum.

"Bagaimana aku bisa mengajakmu pulang ke penthouse ku kalau kita tidak menuju ke Pierre hotel?" ucap Sean membuat Ashley membulatkan matanya.

"Are you serious?" pekik Ashley membuat Sean untuk kesekian kalinya mengulum senyumnya.

"Ya, tentu saja aku serius." Ashley kembali memekik senang.

"Jadi benar? Ahh... aku benar-benar ingin merasakan hidup di penthouse uncle. Daddy dan mommy sama sekali tak mengizinkan ku untuk memiliki sebuah penthouse apartement seperti di Pierre hotel. Menyebalkan bukan?" cerocos Ashley dengan bibirnya yang cemberut.

"Mereka hanya ingin memiliki lebih banyak quality time dengan putrinya di sela-sela bisnis mereka. Jika mereka mengizinkan mu hidup di lain tempat dengan mereka, bukankah itu semakin menyita quality time kalian?" jelas Sean membuat Ashley kembali tersenyum pada pria itu. Pria itu ternyata baik dan cukup menyenangkan baginya.

"Kau benar uncle. Thanks for your advice." Ucap Ashley yang membuat Sean mengacak rambutnya gemas. Baru kali ini ia bisa mudah akrab dengan seseorang yang baru dikenalnya.

"You're welcome dear. Okay, sekarang mari kita menuju ke penthous." Ajak Sean sambil menyeret koper milik Ashley.

-

Sesampainya didepan pintu penthouse milik Sean. Ashley tak henti-hentinya tersenyum, hingga saat pintu didepannya berhasil dibuka oleh Sean, ia pun berdecak kagum.

"Uncle, kurasa pilihanmu benar-benar sempurna." Puji Ashley sambil memperhatikan tatanan dan desain dalam penthouse Sean.

"Really? Why you say that?" tanya Sean masih sambil menyeret koper Ashley.

"Penthouse mu benar-benar membuatku terpesona. Black and white dengan sedikit aksen warna gold, I really love it!" cerocos Ashley dengan semangat membuat Sean mencubit gemas pipinya.

"Kau terpesona pada penthouse nya saja? Tidak denganku?" goda Sean yang dibalas dengan cibiran oleh Ashley, kemudian mereka pun terkekeh.

Mereka berjalan beriringan hingga sampailah mereka pada sebuah pintu bercat putih di lantai dua.

"Welcome to your room. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa menuju kekamarku yang ada disamping kamarmu ini. Atau kau bisa mencariku di ruang kerjaku yang ada diujung barat lantai 2 ini." Jelas Sean sambil membuka pintu bercat putih tersebut.

"Okay, thank's uncle, you're very kind to me." Puji Ashley dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya.

"No prob Ash." Balas Sean.

"Ohh, aku hampir lupa untuk bertanya padamu. Where's your wife?" tanya Ashley polos, membuat Sean terkekeh geli. Melihat Sean yang menertawakannya pun membuat Ashley bingung, apa ada yang lucu dengan pertanyaannya.

"Apa aku terlihat seperti seorang yang sudah beristri hmm? Aku masih single Ashley, jadi jangan tanyakan dimanakah istriku." Ucap Sean membuat Ashley terkekeh.

"Really? I'm sorry for that uncle, kupikir kau sudah menikah seperti dadd." Sean kembali tersenyum mendengar ucapan Ashley.

"Of course not Ash. Daddy mu berusia 38 tahun. Sementara aku berusia 32 tahun. Jadi jangan samakan aku dengan daddy mu."

"Oh, I see. Ahh, kurasa aku harus tidur siang saat ini, see you uncle." Ucap Ashley sambil mendorong pelan Sean untuk keluar dari ruangannya kemudian memberinya sebuah pelukan singkat pada Sean, seperti kebiasaannya pada kedua orangtuanya.

Tanpa diketahui Ashley, kini Sean masih mematung didepan pintu ruangan itu. ia masih merasakan jantungnya yang kini berdetak lebih kencang setelah mendapat pelukan singkat dari gadis kecil itu. suatu perasaan hangat kini menjalar ditubuhnya, membuatnya mengulum senyum tipis dibibirnya.

"What's going on with my heart?" gumam Sean sambil terkekeh saat tangannya menyentuh bagian jantungnya yang berdetak tak beraturan.

Uncle My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang