DUA

139 12 17
                                    

Aku sedang ada di kamar, sebentar lagi akan pergi tidur. Sebelum tidur biasanya akan ada seseorang yang menelfonku.

Drrrttt drrrtttt drrrtttt

Tepat sekali

"ya Ward, ada apa?" kataku saat mengangkat telfon. "apa kau sudah ingin tidur?" tanyanya.

"hmmmm"

"oke, silahkan tidur. Selamat malam. Jangan lupa memimpikan aku." Kata Ward sebelum menutup panggilannya.

Pede sekali anak itu.

Ya, setiap malam Ward pasti akan menelfonku. Ward selalu ada alasan untuk menelfonku di malam hari. Selalu ada alasan di setiap malam. Aku juga bingung bagaimana dia bisa secerdik itu. Biasanya dia akan menanyakan keadaanku, apa kesanku terhadap hari ini, ataupun hanya sekedar menelfonku untuk bicara pada Gaby. Padahal dia bisa menelfon Gaby secara langsung.

Yang lebih anehnya lagi, Ward pernah menelfonku jam tiga malam dengan alasan"aku tidak bisa tidur karena belum mendengar omelanmu hari ini" langsung saja aku memarahinya.

Orang gila mana yang tidak marah apabila tidurnya diganggu oleh sebuah telfon dengan alasan konyol seperti itu.

Dan dengan entengnya dia menjawab "oke, sekarang aku bisa tidur dan bermimpi indah. Terimakasih Nora." Lalu panggilannya langsung diputus. Anehkan?

Aku rasa beberapa bulan belakangan ini kepala Ward sudah terbentur. Sebelumnya Ward biasa saja kepadaku, tapi beberapa bulan belakangan dia jadi sangat perhatian. Memang dari awal Ward sudah perhatian padaku, tapi sekarang dia SANGAT- SANGAT SUPER PERHATIAN. Kalian pasti mual kalau aku sebutkan contoh tindakannya yang SANGAT- SANGAT SUPER PERHATIAN.

Tapi apa yang Ward lakukan tidak membuat aku risih. Aku suka dengan sikap perhatiannya.

Ward akan tampak sangat menggemaskan ketika dia sedang kawatir padaku. Hal itu dapat membuat kesedihanku berkurang. Aku suka Ward yang dulu ataupun yang sekarang. Mereka membuat diriku nyaman. Jadi, itulah alasan mengapa aku selalu membiarkan Ward menelfonku malam hari.
......

"kau sudah dengar beritanya? Katanya penculikkan kali ini adalah seorang gadis seumuran kita" aku mendengar salah satu gadis berbicara pada temannya.

Saat ini aku sedang berlibur kerumah nenek di... entah lah aku lupa di daerah mana sekarang aku berada. Tapi intinya, saat ini aku sedang berada di kereta menuju stasiun terdekat dimana nenekku tinggal

Aku malas mendenngar gosip yang beredar di kereta ini, jadi aku memilih menghabiskan waktu di kereta dengan membaca novel.

Ketika sampai pada stasiun tersebut, aku langsung berjalan ke tempat dimana nenek menunggu.

"Camiel" aku mendengar sedikit panggilan dari nenekku, dekat pintu keluar.

Melihat nenekku yang sudah lama tidak aku temui membuat aku langsung berlari sambil merentangkan tanganku.

Bagaimana dengan barangku? Tenang, semua yang aku bawa saat ini hanyalah sebuah ransel yang berisi sebuah novel dan dompet.

"berapa lama kita tidak bertemu Camiel?" tanya nenek saat kami berpelukkan.

"jangan berlebihan orang tua, terakhir kali kita bertemu di acara pernikahan mamah dan paman Sivan satu minggu yang lalu"

Ibuku baru melangsungkan pernikahan dengan paman Sivan satu minggu yang lalu. Sebelumnnya ibu sudah menjanda semenjak tiga tahun yang lalu. Ayahku meninggal karena kecelakaan mobil.

"aww" aku meringis karena pinggangku dicubit oleh nenek.

"jangan panggil aku orang tua, dasar kau anak muda yang tak tau diuntung. Masih baik aku mau menerimamu tinggal dirumahku" kata nenek dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang