1

162 58 28
                                    

Halo...

Semoga pada suka sama cerita gua yaahh♡

Perhatikan baik-baik alur dari ceritanya yahh
Selamat Membaca :D

Hari ini langit malam terlihat cantik sekali. Namun sepertinya tak akan berlangsung lama karena butiran air mulai jatuh dari langit menghunjam permukaan tanah yang kering. Banyak orang-orang yang semula sibuk dengan urusannya,kini malah merapatkan kendaraannya di bahu jalan sambil mengeluarkan sebuah benda dari motornya. Para pengguna mobil pun tak mau kalah, mereka membunyikan klakson mobilnya keras-keras agar tak terlambat untuk segera pulang atau lebih tepatnya mereka tidak ingin mobilnya rusak karena terendam air bah dari sungai. Tak terkecuali aku, aku sudah sejak setengah jam yang lalu berada disini menatap jendela kaca cafe yang menembus wilayah kota. Kejadian ini sama seperti beberapa tahun yang lalu duduk di sebuah cafe dengan hujan di luar sana. Saat dimana kedua gunung tak lagi bersatu,saat dimana sinar matahari tak lagi bersinar dari balik gunung,membuat segalanya menjadi gelap tak bersinar.

**************************************
Flash Back =>

"Aku mau kita putus sekarang " kata Dimas.

"Apa,tapi kenapa?? " kataku.

"Aku udah muak sama kamu, aku capek kamu selalu sibuk dengan kerjaan kamu, apa pernah kamu luangin waktu kamu buat aku huh ??". Kata Dimas. Wajahnya mulai memerah karena dari nada bicaranya ia seperti menahan amarah yang sudah bergejolak di hatinya saat ini.

"Tapi,aku melakukan ini semua buat kamu juga kan. Buat kehidupan kita yang akan mendatang. Kamu gak pikir, aku juga udah coba meluangkan waktu buat kamu dan itu pun gak mungkin setiap hari kan" keluhku.

"Oh,ya. Aku pikir kamu lebih mencintai pekerjaanmu dari pada aku. Dan satu lagi aku gak suka dan aku benci mendengarkan ocehan orangtuamu yang selalu menuntut hal-hal yang belum bisa aku penuhi sekarang, aku lagi ingin bebas, Free." Jawabnya dengan menyipitkan matanya kearahku. Aku kesal dengan perilakunya namun aku mencoba menahannya agar tidak terjadi kegaduhan di cafe ini.

"Kamu, gak lagi cari cari alasan kan Dimas??"

"Buat apa lagi aku cari cari alasan,kenyataan yang ada kan emang gitu kan??"

"Dimas.." panggil ku lirih ucapannya semakin membuatku tercekat karena menahan air mata yang sejak tadi hendak aku keluarkan.

"Udahlah, buat apa sih hubungan kita di pertahankan gak ada gunanya lagi. Mendingan kita putus." Katanya lagi.

Namun, tak berapa lama kemudian terdengar nada dering dari sebuah telefon milik Dimas yang segera diangkatnya.

" Iya, ada apa sayang? Kamu sakit. Ya udah kamu tunggu aku ya aku akan segera datang. Bye". Telefon pun tertutup.

Dimas pun berdiri dan hendak pergi, namun sebelum ia melangkah lebih jauh aku memegang pergelangan tangannya.

"Itu tadi telefon dari siapa Dimas??" Tanyaku ragu.

"Minggir gak,lepasin." Tangannya mengibaskan tanganku namun aku mencoba bertahan untuk menggenggamnya.

"Jawab dulu, pertanyaanku itu siapa Dimas?" Kataku lagi. Air mataku hampir menetes namun coba ku tahan sebisa mungkin.

" Kamu gak malu apa? Kita dilihatin banyak orang. Udahlah aku harus pergi sekarang ok." Jawabnya sambil melangkah keluar cafe. Ia sedikit berlari kecil kearah derasnya hujan dan kemudian berhenti ketika aku memegang tanganya dan memanggil namanya. Ya aku mengejarnya aku merasa seperti tidak dihargai oleh nya oleh karena itu..

"Kamu, sejak kapan kamu bersamanya ?? " tanyaku

"Itu gak penting kita kan udah putus, sekarang aku bebas milih siapa aja. Lagian ngapain si kamu ngikuti aku segala. Pergi sana."

"Tapi gak gini juga kan Dim. Aku,aku udah melakukan apapun buat kamu. Apa lagi si yang kurang. Kamu tahu sikap kamu itu udah keterlaluan aku bener-bener gak nyangka enam tahun kita pacaran ternyata kamu orang yang gak tahu terimakasih." Sindirku.

"Emang kenapa?? Kamu aja yang bodoh yang gak pernah tahu sifat aku. Itu karena apa?? Itu karena kamu lebih mencintai pekerjaan kamu dari pada aku. Ngerti. Mulai sekarang aku gak mau melihat muka kamu yang menyedihkan itu. Bye". Katanya.

Kemudian ia berlari mengejar taksi dan meninggalkanku yang terduduk di bawah air hujan yang turun semakin deras. Saat itu aku sama sekali tidak peduli dengan pandangan orang orang sekitar cafe yang menonton Drama yang berlangsung beberapa menit ini.

Yang aku rasa saat itu adalah rasa sakit yang teramat menyakitkan. Aku merasa seperti orang yang paling menyedihkan bahkan sampai aku mengasihani diriku sendiri itu belum cukup.

Hujan semakin turun begitu derasnya petir yang menyambar semakin menjadi-jadi. Namun aku tetap tak peduli bahkan kalau bisa aku ingin mati sekarang.

Selesai
****************************

Ceritanya belom selesai lohh guys masih ada lagi.

Kalimat "selesai" itu mksdnya flashback-nya udahan. Ngerti kan??

Lanjutan cerita gw berikutnya mempunyai alur maju-mundur gitu maka dari itu simak baik-baik deh alur-nya biar paham mksd dari cerita gw nanti.

Oh iya jangan lupa vote & komennya
Sbelumnya gw ucapin Terimakasih buat kalian semua yang selalu menyimak cerita- cerita gw yang lainnya.

Seperti :

"Malaikat Tanpa Sayap"

"Malaikat Tanpa Sayap"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Thank's semuanya ♡ :D

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CAFE STORYWhere stories live. Discover now