Chapter 2 : Bossy

Start from the beginning
                                    

"Kin, kantin nggak?" tawar Calista sambil beranjak dari tempatnya duduk. Aku mengangguk namun tangan Romeo tiba-tiba mencekalku.

"Lo ke kantin duluan aja, Kinar ada urusan sama gue." ucap Romeo.

Aku terkejut, dan makin terkejut lagi ketika Calista mengangguk dan berjalan meninggalkanku.

Iya sih wajar saja kalau Calista langsung tunduk dengan perintah Romeo. Selain karena Romeo selalu bicara dengan nada ketus, sinis dan penuh otoriter, Romeo juga punya kekuasaan di sekolah. Bokapnya tak lain dan tak bukan adalah donatur terbesar di sekolah. Dari seluruh anak-anak SMA Pelita, mungkin cuma aku yang dulunya tidak tunduk sama sekali dengan cowok satu ini. Kalau sekarang mah, jangan ditanya, aku yang paling tak berdaya.

Aku menyentak tangannya yang masih menempel pada lenganku hingga terbebas. Lalu dengan gerakan cepat aku mengambil kotak makan tupperware di bawah laciku dan memberikannya pada Romeo.

"Makan nih, gue mau ke kantin."

"Lo disini aja, temenin gue makan." kata Romeo tanpa dosa.

"Gila, gue juga butuh makan, bukan lo aja. Emang lo mau gendong gue ke UKS kalau tiba-tiba gue pingsan karena kelaperan?" tanyaku retoris.

"Mau." Jawabnya singkat sambil membuka tutup tupperware di hadapannya. Dia mengulum senyum simpul ketika aroma nasi goreng menguar di udara.

Aku memandang Romeo tak habis pikir. Gila! Nih anak gila! Ya Tuhan, dosa apa yang pernah aku lakukan sampai bisa berurusan dengan devil berbentuk Romeo ini?!

"Nih!" Romeo menyodorkan kotak makan tersebut kepadaku, dia mengambil sendok dan menaruhnya di telapak tanganku. "Lo dulu yang makan!"

"Hah? Nggak mau ah."

"Kenapa? Lo kasih racun ya makanya nggak mau makan masakan sendiri?" tuduhnya sambil menyipitkan mata.

"Se'udzon aja. Kalaupun gue mau, harusnya gue kasih racun dari dulu, dibekal-bekal yang lo minta masakin sebelum-sebelumnya."

"So, lo makan ini dulu sekarang."

"Nggak ah, kalau gue makan nantinya lo kekurangan terus besok minta masakin lagi! kan gue sendiri yang repot."

"Repot ya bawain gue bekal tiap pagi?"

"Iyalah."

"Seneng banget bisa ngerepotin lo."

Kan apa kataku, Romeo ini otaknya memang sudah agak geser.

"Cepetan makan! Gue juga mau makan, laper nih."

Mendengar nada otoriternya, dengan berat hati aku menyuapkan nasi goreng buatanku sendiri ke dalam mulutku. Harus kuakui, masakanku memang rasanya tidak buruk-buruk amat, tapi tentu saja rasanya tidak bisa disamakan dengan nasi goreng Solaria.

Setelah dua sendok menyantapnya aku menggeser nasi goreng tersebut ke mejanya. Romeo tiba-tiba memanggil Wahyu, salah satu teman sekelasku yang kebetulan berada di kelas.

"Beliin gue aqua dua botol, ini ambil kembaliannya. Cepet!" kata Romeo penuh perintah. Wahyu mengambil uang tersebut, matanya berbinar melihat uang lima puluh ribu di tangannya. Romeo memang anak orang kaya, makanya dia dengan mudah bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.

"Yakin udah? Nggak pingsan karena kelaperan nantinya?" tanya Romeo padaku.

Aku memberengut lalu mengangguk. Dua suap cukup untuk mengganjal perutku, lagian aku sebenarnya sedang tidak terlalu lapar.

Lalu Romeo mulai memakan nasi goreng itu dengan lahap. Sepertinya dia memang menikmati masakanku itu. Semoga saja besok dia tidak memintaku untuk membawakannya lagi dan dengan kurang ajarnya membangunkanku pagi buta.

Resist Your CharmsWhere stories live. Discover now