Eps 01

75.7K 1.6K 20
                                    

Tok tok tok!!!

"Asya, bangun!!! Kamu bisa telat kesekolah, sekarang udah jam 6:00 sya!!!" Ucap Mitha, mami Nasya yang sedang mengetok pintu kamar Asya.

"Bentar aja mi, Asya masih ngantuk nih" ucap Asya dari dalam kamar.

"Asya, kalau kamu ngga mau bangun sekarang, mami akan suruh papi kamu buat bangunin kamu!!!" ancam mami Asya.

Seketika mata Asya yang masih tertutup tiba-tiba melotot. Tubuhnya kini sudah tidak ada ditempat tidur lagi.

"Ok, ok, mami, Asya mau mandi dulu" teriak Asya.

"Cepat mandinya Asya, papi sama adek kamu udah nunggu dibawah. Kalau udah mandi jangan lupa beresin tempat tidur kamu" perintah mami.

Asya kemudian melangkah kekamar mandi yang letaknya tidak berjauhan dari tempat tidurnya. Asya membuka pintu kamar mandi dan masuk kedalamnya. Setelah ritual mandinya selesai, Asya bergegas memakai seragamnya lalu membersihkan tempat tidurnya sesuai yang diperintahkan mami. Setelah beres, Asya pun menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan.

"Nasya Dewi Purnama!!! Bagaimana kamu ini. Kamu kan anak perempuan papi satu-satunya, kamu juga seorang kakak, harusnya kamu bangun lebih awal agar itu dapat juga menjadi contoh buat adek kamu!!!" ucap Farhan Purnama, papi Asya sambil menunjuk Diaz, adik laki-laki Asya.

Asya yang baru duduk dikursinya itu hanya dapat menunduk. Walau ia ingin menangis karena bentakan papi nya itu, tapi dia tetap harus kelihatan kuat.

"Pi, sudahlah, jangan marahi Asya lagi" bujuk mami Asya.

"Bagaimana nanti jika kamu sudah menjadi istri orang, kamu tidak mungkin akan terus bermalas-malasan seperti itu!!!" bentak papa Asya lagi.

"Istri? Asya belum mau menikah pi, lagi pula kan Asya juga belum lulus SMA" ucap Asya dengan suara pelan.

"Kamu memang belum mau menikah, tapi papi ingin segera kamu menikah!!!" bentak papi Asya lagi.

"Maaf jika Asya menyela pi, tapi ngga mungkin ada yang mau sama Asya karena Asya juga masih terlalu muda untuk menikah. Umur Asya baru 18 pi, itu pun bulan September baru genap 18" sela Asya.

"Hmmm, begini nak, papi dan mami setuju jika kamu menikah setelah lulus SMA, papi dan mami juga udah mendapatkan seseorang yang cocok untukmu" ucap mami Asya sambil menatap Asya.

Mata Asya hanya bisa melotot sambil memandang mami. Rasa tidak percaya akan perkataan mami muncul dibenaknya. Ruangan yang tadinya bising akan suara papi pun menjadi hening.

"Ha!? Menikah!? Dihodohkan!? Kenapa mami sama papi ngga pernah ceritain hal ini sama Diaz?" tanya Diaz memecahkan keheningan diruangan itu.

"Diaz, umur kamu baru 12 tahun, kamu gak boleh mencampuri segala keputusan mami dan papi. Lagi pula ini bukan perjodohan kamu!!!" ucap papi Diaz sambil marah-marah.

Asya hanya bisa terdiam sambil menunduk. Air matanya sudah tak terbendung lagi.

"Hiks... Hiks... Hiks... Pi, Asya janji, Asya akan bangun lebih pagi. Tolong pi, jangan jodohkan Asya. Hiks... Hiks... Asya juga janji, akan menjadi anak yang rajin. Tolong pi, jangan jodohkan Asya, hiks.." ucap Asya sambil terisak.

"Udah kak, jangan nangis, hiks... Diaz juga ikutan nangis nih, hiks..." Diaz pun ikut menangis sambil memeluk kakaknya yang duduk disebelahnya.

"Anggap aja ini hukuman buat kamu, Asya!" kata papi Asya, namun kini suaranya tidak sekeras yang tadi.

"Tapi pi..." suara Asya terdengar terputus-putus.

"Nak, ini sudah menjadi keputusan papi dan mami. Terima saja." ucap mami seraya menenangkan Asya.

Doctor (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang