Rude

6.1K 331 16
                                    


"Kau tau, nilai GPAmu kali ini cukup buruk. Lihat teman-temanmu yang lain, beberapa diantaranya sudah ada yang lulus. Dan kau? Masih perlu mengambil mata kuliah ini lagi," seorang pria paruh baya sibuk membolak-balikkan paper di depan seorang pemuda, yang sedari tadi juga memiliki kesibukannya sendiri memainkan sebuah rubik di tangannya.

Satu kali lagi dan.... "Yes!" teriak pemuda tersebut tanpa memikirkan situasi dan kondisi yang mengikatnya saat itu.

"Kenapa kau?"

"Ah, tidak, sonsaengnim. Aku hanya senang akan bertemu denganmu lagi di mata kuliah consumer behavior, bukan kah itu menyenangkan?"

"Sebagai dosen yang sekaligus merangkap sebagai pembimbing akademikmu, saya akan jauh lebih senang melihatmu cepat lulus dibandingkan melihatmu kembali di kelasku! Lee sonsaeng juga mengadukan hal tersebut padaku, kau tau kan?"

"Saranghae, prof! Terimakasih sudah membelaku," pemuda itu kini mengambil tasnya dan memapahnya di bahu, "Sudah tidak ada lagi, kan, Park sonsaeng? Aku pergi dulu!"

"Yaaa! dasar tidak sopan!" pria paruh baya tersebut kemudian mengambil beberapa kertas di dalam lacinya sembari mengeluh, "dasar anak muda zaman sekarang"

Ia kemudian membuka beberapa lembar catatan pendampingannya dan mengamati beberapa hal, "Anak itu... Yook Sungjae. Membandingkan prestasi yang dimilikinya saat ini dengan prestasinya pada tahun pertama hingga keduanya di kampus ini, bukanlah hal yang menyenangkan. Dulu ia menjadi kebanggaan mahasiswa angkatannya dan, ah, sayang sekali sekarang dia menyianyiakan potensinya tersebut."

Pria itu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti sebelum bertemu dengan mahasiswanya beberapa waktu yang lalu.

---

"Heiiiiiii ma friend!!!!! Whassup!!!" seorang pemuda berambut pirang menepuk pundak pemuda lainnya yang sedang duduk menikmati makan siangnya.

"Minwoo-ya, jangan coba-coba menjadi keren. Kau tak cocok!" balas pemuda yang kini tengah mencampurkan lauknya, dengan sedikit sarkastik.

"Ya, Yook! Kau tau, penampilan ini sedang hitz! Kau saja yang tak keren!" omel pemuda yang dipanggil Minwoo itu. Ia kemudian mengambil segelas jus yang ada di depannya dan menghabiskannya dengan sekali tegukan.

"Yak! Itu minumanku.." ia menepuk dengan keras kepala Minwoo, "keren itu bukan dipaksakan, tapi alami! Liat aku. Walaupun dengan jaket jeans seperti ini, aku tetap terlihat keren, kan?"

"Jaket itu kampungan, tau! Dan kau tidak keren!" protes Minwoo tak mengindahkan bualan temannya itu, sambil mengusap-usap kepalanya yang tak berdosa.

"Just admit it, bastard! Kau tahu kan followersku cukup banyak."

"Apa gunanya followers banyak kalau ternyata kau anti sosial di dunia nyata? Ah, kau selalu menang, Yook!" balasnya kali ini entah mengiyakan atau sudah jenuh memperdebatkan hal yang tak penting itu, "kau sudah buat outline?"

"Aku tak ada waktu, mungkin setelah malas-malasan di semester ini?" jawab Sungjae asal.

"Hei. Kau mau jadi mahasiswa abadi? Sampai kapan kau mencari-cari alasan untuk menunda kelulusanmu?"

"Aku memang tidak punya rencana untuk segera menyelesaikan kuliahku. Kau tau, kan?

"Tapi masa depanmu sangat cerah, Sungjae-ya. Lulus dari sini kau bisa langsung bekerja di perusahaan ayahmu. Kau pun cerdas, semua orang tahu!"

"Bisakah aku menyelesaikan makanku dengan tenang, dan tidak membahas hal itu lagi denganmu?" Sungjae melirik tajam ke arah Minwoo, raut wajahnya kini tampak sangat tidak senang.

"Oke. Oke. Maafkan aku. Calm, bro, just calm... Alright?"

Sungjae menghentikan kegiatan mengunyahnya dan mengambil air mineral dari tasnya. Setelah meneguk sebotol air itu, ia pun mengembalikan piring bekas makannya yang tak habis, ke tempat yang telah disediakan oleh kantin. Ia melambai ke arah tempat duduknya tadi, sebelum pada akhirnya ia pergi meninggalkan Minwoo di kantin itu.

---

Pagi ini pemuda yang berbadan tinggi dengan kemeja denimnya berjalan menuju kelas, setelah mengecek jadwal kuliahnya hari ini di portal akademik.

Sepanjang jalan, beberapa orang yang mengenalnya, menyapa pemuda itu. Namun, pemuda tersebut hanya membalas sapaan mereka dengan senyum tipis, pertanda tak ada niat baginya meneruskan pembicaraan dengan orang-orang tersebut.

Pemuda itu kini memasuki kelasnya yang sudah setengah penuh oleh wajah-wajah baru yang juga mengambil mata kuliah yang sama dengan dirinya.

Ah.. semester baru. Wajah baru lagi. Sudah masuk tahun keempat aku berada di kampus ini. Teman angkatanku sudah ada beberapa yang lulus, hanya tersisa beberapa mahasiswa yang memang sibuk karena memiliki pekerjaan sampingan, mahasiswa yang sibuk berorganisasi seperti Minwoo, dan aku yang hanya hobi bermalas-malasan.... Ah sudahlah. Batin pemuda itu.

Pemuda itu kemudian duduk di kursi pojok dekat dengan Air Conditioner, yang tepatnya berada di baris tengah kelas tersebut. Ia langsung membenamkan kepalanya di antara lipatan tangannya dan berusaha tertidur. Namun, kali ini ia kembali asik berbincang dengan dirinya sendiri.

Semester lalu aku dengan sengaja mengulang mata kuliah Research Method, dan sekarang aku berhasil menggagalkan mata kuliah Consumer Behaviorku agar dapat menikmati masa kuliahku dengan santai.. Sesungguhnya bisa saja aku melulusinya bahkan lulus dengan predikat cumlaude. Tapi... Aku hanya tidak ingin.

"Hai, selamat pagi semua." sapaan Park-sonsaengnim di depan kelas meleburkan kegiatan self-talk Sungjae dan membuat seluruh kelas ikut fokus.

"Selamat pagi, sonsaengnim," balas beberapa mahasiswa di dalam kelas. Pemuda itu kini menegakkan duduknya, dan mengambil sesuatu dari dalam tas.

Bukan, ia bukan mengambil buku catatan kuliahnya. Ia hanya mengambil ponsel, selembar kertas dan juga pensil. Ia senang menghabiskan waktunya untuk membuat doodle sambil memeriksa beberapa notifikasi dari ponselnya.

Sungjae begitu asik menggambar dengan pensilnya, hingga tak sadar mulai mengabaikan penjelasan Park-sonsaengnim di depan kelas dan juga tatapan seseorang di sudut kelas itu.

2 new chat.

---

A/N :
Silakan tinggalkan komen dan mari berteman~

Fresh like an Apple • C O M P L E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang