Candy Memories

128 10 22
                                    

Dedicated to Writers_C

Pagi yang cerah telah tiba. Matahari perlahan tapi pasti mulai menampakkan dirinya dari balik bukit kota Renville yang damai. Terdengar suara burung-burung kecil berkicau riang di halaman rumahku.

"Erica, apa kau sudah bangun?" panggil ibu dari halaman. Aku membuka jendela kamarku dan melambaikan tangan padanya seraya tersenyum.

Kamarku adalah ruangan yang paling dekat dengan halaman. Bahkan ada pintu yang menghubungkan kamarku dan halaman belakang. Dekat sekali, kan?

"Tentu saja! Bisakah kita membeli permen kesukaanku sekarang?"

"Hahahaha, kenapa kau bisa bangun pagi hanya ketika aku menjanjikanmu permen?" tanya ibu sambil membersihkan tempat makanan burung yang telah kosong.

Aku hanya bisa tersenyum sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal saat mendengar pertanyaan ibu yang sudah sering ia lontarkan di momen seperti ini.

"Mandi dan sarapan dulu ya sayang. Setelah itu baru kita pergi ke toko permen"

"Yeaayy...! Aku akan siap dalam dua puluh menit!" tanpa menunggu respon ibu, aku segera berlari ke dapur

***

Tak butuh waktu lama untuk sampai di toko permen langgananku, karena kami memakai mobil.


Setelah mobil ibu terparkir dengan sempurna di halaman "Candy Shop", aku langsung turun dan memasuki toko tersebut. Disusul ibu dari belakang, setelah ia mengunci mobil.

 Disusul ibu dari belakang, setelah ia mengunci mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Selamat pagi Nona Fallen. Ingin mencoba permen baru kami?" sapa pria berumur 20 tahun dengan wajah berseri. Aku mengangguk, lalu berjalan mendekat ke arahnya.

Kebiasaan di toko ini memanggil pelanggan dengan sebutan 'tuan' atau 'nona', lalu disambung dengan marga alias nama keluarga pelanggan tersebut.

"Kapan kau kembali dari Jepang, tuan Smith?" tanyaku semangat. Aku tertular kebiasaan di toko ini. Mungkin karena aku sering kesini.

"Oh jangan panggil aku tuan. Itu terdengar agak tua. Aku masih mahasiswa loh"

"Kau mencari Ryan, kan?" lanjutnya. Pertanyaan itu sukses membuatku tersipu malu.

"Kemarilah. Aku akan memperlihatkan permen baru yang kami buat. Kuharap kau menyukainya"

"Baiklah tuan eh kak Alvaro"

"Hahaha kalau begitu aku juga tidak akan memanggilmu dengan kata 'nona'. Jadi kita impas, Ericka"

Sesampainya di counter permen baru, kak Alvaro mengambil sebungkus permen yang sepertinya tidak pernah kulihat sebelumnya. Permen itu berbentuk bintang warna biru campur ungu. Aku bisa melihatnya karena bungkusnya berwarna bening

Candy Memories (One Shoot)Where stories live. Discover now