Prolog

17.7K 1.5K 56
                                    

Ketika mendengar serentetan kalimat dari pamannya, pria yang tadinya berdiri tegap di altar dengan senyum merekah lebar itu berlari menyusuri lorong-lorong yang terasa panjang dan menghimpit. Jantungnya berdegup kencang dan napasnya terengah tak karuan, senyumnya tak lagi ada, berganti dengan raut khawatir dan ketakutan.

Seluruh tekanan itu semakin terasa ketika tubuh tegap itu akhirnya sampai pada satu ruangan yang dikerumuni banyak orang dengan bisikan-bisikan ganjil yang mengganggu telinganya.

Pria tersebut menyibak kerumunan manusia di hadapannya yang secara ajaib, memberi celah tanpa ia harus berbicara. Mungkin tahu, bahwa ia adalah pria malang yang hari ini—mungkin—harus kehilangan mempelai wanitanya.

Ia kian mendekat dan tercekat tatkala kedua bola matanya berhasil menangkap sosok perempuan yang harusnya kini berdiri di altar dengannya. Sosok itu berdiri di pinggir jendela yang terbuka lebar dengan kaki telanjang, rambut berantakan dan netra yang menatap kosong ke depan.

"Seo Young!"

Gadis berperawakan ramping dengan rambut gelombang berwarna semerah darah itu menoleh, tersenyum getir, membiarkan air mata mengaliri pipinya. Sang pria tak kuasa menahan perih dalam batinnya ketika melihat gadisnya seolah mengucapkan "selamat tinggal" melalui kedua netra beningnya.

"Hentikan, kembali padaku."

Seo Young menggeleng, menyeka air matanya sebelum akhirnya melompat dari lantai 12.

Pria itu melemas, ia terduduk. Pandangannya teralih pada sepasang sepatu hak tinggi warna putih yang harusnya dipakai oleh gadisnya untuk berjalan di altar, bukannya terjun dengan kaki telanjang dan meninggalkan dirinya.

Seharusnya, Lee Seo Young sudah menikah dengannya.

tbc.

(Not) ReachableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang