Special Mini Chapter 2: Malam bersama Akabane Karma

Start bij het begin
                                    

"Bukan itu maksudku," Suaranya begitu lirih. Menatap manik mataku intens.

Brugh!

Bugh!

"Akabane! Apa yang k—"

Akabane Karma, pemilik manik emas dan rambut merah gelapnya dengan gegabah menutup juga mengunci pintu kamarnya. Membenturkan tubuhku didinding dingin kamarnya dengan kedua tangannya yang berada disamping kiri-kanan kepalaku.

Kejadian yang sama saat aku kali pertamanya berada di kelas E.

K-kabe-don...*

Matanya menatap mataku intens dengan begitu tajamnya.

"K-kau... anak manja,"

Telunjuknya mengelus pipiku yang membuatku bergidik ngeri. Tunggu, apa ini penyiksaan? Tapi perkataan 'anak manja' yang ditekankan olehnya, mengingatkanku dengan kakak-ku. Lagi.

"Jangan bertingkah seperti itu... Jangan buat aku semakin..."

Kepalanya menunduk. Deru nafasnya tidak teratur, cenderung seperti terengah-engah. Aku menepis lengannya si Karma itu lalu menjauh beberapa langkah dari dirinya.

"Ada apa denganmu? Kau sakit?" Pertanyaan bodoh. Aku tahu.

Karma mendengak, menatapku lekat-lekat. Aku semakin menjauh sedikit demi sedikit hingga tubuhku terbentur pintu. Jika dia 'menggila' aku bisa langsung kabur, 'kan?

Tatapannya berubah, menjadi tatapan bodoh.

"Haha! Kau panik ya, [Name]? Wajahmu terlihat bodoh sekali lo, aku sungguhan!" Tawa Karma meledak, memecah keheningan. Atmosfer ruangan ini langsung berbeda. Udara seperti kembali berhembus.

Dan aku menatap manik matanya lekat-lekat. Mimik wajahku berubah menjadi marah.

...

(( Author POV ))

Karma mengusap air mata disudut ekor matanya. Kini ia berhenti tertawa dan menatap lawan bicara didepannya, [Name]. Wajah [Name] menunjukkan kalau ia murka. Jelas sekali terbaca kalau gadis didepannya marah.

"Hoi, kau marah?"

"Menurutmu?"

Jawaban gadis itu ditekankan, membuat Karma sedikit bergidik.

"Baiklah, aku minta maaf. Cuma bercanda saja kok," Karma menatap balik manik mata [Name] lekat-lekat.

"Walau aku tak tahu salahku,"

Celetukan laki-laki itu membuat [Name] semakin menjadi-jadi. Matanya tidak lagi sayup-sayup, kini meruncing, kian tajam menatap laki-laki didepannya. Sedang, Karma sendiri hanya berkacak pinggang, dengan raut wajah 'menggoda' miliknya.

"Brengsek," [Name] bergumam. Membuka knop pintu secara perlahan-lahan. Gadis itu berdiri diambang pintu yang terbuka. Membelakangi Karma. Cukup lama [Name] mematung disana. Sampai akhirnya langkah panjangnya keluar dengan gontai.

Gumaman 'brengsek' dari bibir [Name] membuat Karma cukup memikirkannya. Berkali-kali laki-laki itu berfikir, apa dia memang sebrengsek itu? Haruskah dia minta maaf?

Mungkin Karma memang harus minta maaf.

Hingga akhirnya kakinya melangkah menemui gadis itu, [Name].

...

(( Akabane Karma POV ))

Sial. Aku jadi tidak tenang karna gadis itu. Jujur saja tadi itu sebenarnya aku hampir mengatakan kalau aku menyukainya. Untung saja, aku langsung berfikir jernih lalu membuat sebuah lelucon weird seperti itu.

Aku melangkah keluar. Menuruni tangga dengan santai seolah-olah aku hanya ingin kebawah untuk mengambil minum dalam kulkas. Padahal, tentu saja untuk menemui [Name]. Langkah yang cerdik, 'kan?

Dan, gotcha! Aku menemukan [Name] sedang duduk disofa sambil membaca majalah—yang ia gunakan tadi untuk memukul ku— dengan santai. Aku sempat terpaku menatapnya. Kakinya ia silangkan, membolak-balik halaman demi halaman majalah dengan anggun. [Name]... dia itu... cantik sekali. ((awas terbang awas terbang!!))

Sebelum mendekatinya, aku lebih dulu berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air didalam kulkas. Setelahnya, aku baru mendekati [Name]. Dan tentu saja, aku akan menjahilinya.

"Hee. itu buku apa? Kau mau sok jadi kutu buku ya?"

Aku berdiri didekat sofa yang kini [Name] duduki. Sambil mataku melirik kearah majalah itu. Yah, aku juga penasaran apa isinya sih sampai setebal itu halamannya.

"Berisik," Matanya tak lepas dari majalah itu, membuatku memutar bola mataku. Apa boleh buat, aku harus minta maaf.

"Yah, kau dingin sekali, ya,"

Aku meneguk segelas air lalu duduk disofa. Ada jarak diantara kami berdua.

"Aku minta maaf, tadi aku memang ingin menjahilimu saja kok. Tidak didengarkan pun terserah"

Aku benar-benar merasa bersalah. Aku tak pernah begitu kefikiran seperti ini ketika menjahili orang lain. Mungkin raut wajahku terlihat sekali kalau aku ini sungguh-sungguh meminta maaf.

Kepalanya menoleh, tangannya masih mengenggam erat majalah itu. Ekor matanya melirik mataku dengan tajam.

Sebelum akhirnya raut wajahnya terlihat tersenyum, dan...

"Kau panik ya, Karma? Wajah kamu terlihat bodoh sekali lo, aku tidak berbohong. Sebegitu takutkah kau kehilangan gadis cantik sepertiku? Hahaha!"

Aku terkejut. Sungguh. Kini [Name] tertawa dihadapanku. Tawanya begitu lepas. Matanya menyipit dengan tangannya yang menutupi bibirnya. Baru kali ini, aku dikelabuhi oleh seorang gadis....

"Pfftttt, seorang Karma dapat karma, ya? Pfftt hahaha!"

Baiklah, aku tak tahan kalau kami terus bertengkar. Jadi aku putuskan untuk ikut tertawa.

Tawa kami lepas memecah keheningan diruangan luas ini. Cukup lama kami tertawa. Walaupun aku tahu, aku dan [Name] sama-sama tidak tahu harus menertawakan apa.

"Ne, Karma," [Name] menyeka air mata diekor matanya, "Kau tahu? Semuanya tentang dirimu, mengingatkan aku dengan kakak-ku, juga keluargaku"

Manik mata kami bertemu. [Name] menatapku intens sekali, namun tatapannya sayu. Aku hanya menyunggingkan sedikit senyum.

"Kau samakan aku dengan kakakmu, [Name]? Berarti kau hanya menanggapku sebagai kakak?"

"Bukan, bukan begitu," Gadis itu berdehem sebelum melanjutkan perkataanya, "Kau masih ingat kan, cerita yang aku ceritakan malam itu?"

Aku mengangguk mengerti.

"Iya, tentang keluargamu yang tidak peduli dengan keadaanmu itu, 'kan?"

(( Akabane Karma POV end ))

----

To Be Continued.

*壁どん(kabe don) artinya memojokkan pasangan sampai bersandar di dinding lalu meletakkan tangan di dinding sehingga pasangan tidak bisa kabur kemana2. ((sc. facebook; Kehidupan di Jepang)) ((tapi disini karma sama [Name] belom jadi pasangan buahahaha))

Maaf update nya lama... maaf sekali u.u Kedepannya diusahain ngga gini lagi u.u Padahal lagi liburan tp aku rasanya mageeerr banget nulis cerita //didepak/ udah gitu jumat kemarin Koro-sensei mati... *mewek lagi* asli aku nangis lo nontonnya, mana lagi puasa... untung ga batal //curhat.

oh iya, selamat untuk 400+ vote!!! Terima kasih! Terima kasih sekali >< Terima kasih udah mau baca cerita ini dan kasih vote! Arigatouuu! aku seneng banget deh liat nya >< Dan juga, special mini chapter udah abis ya. Untuk selanjutnya masuk ke cerita utama lagi. Mau spoiler nga? mau nga? kasih deh *blinks* tapi judul doang :>

Chapter 5: Waktunya Flashback!

Kira-kira siapa yang flashback yaa?

Jangan lupa vote dan commentnya! 

Arigatouuuu!

-hanafkabane



Assassination Classroom! [ Akabane Karma x You ]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu