P R O L O G

28.4K 788 14
                                    

13 Agustus 2014, Jakarta Pusat.

Waktu seakan berhenti berdetak. Semua orang menatap cemas pintu ruangan operasi. Sudah satu jam lamanya semenjak Clarabella masuk.

"Lo sudah siap buat ceritain kenapa Rara bisa sampai ketabrak?" Tanya Crystabella pada Atalanta. Ia melihat cowok itu dengan tatapan nanar. Ia merasakan kasihan dengan cowok itu. Harusnya hari ini adalah hari yang bahagia untuk mereka berdua, tetapi malah ada kejadian yang tidak diinginkan seperti ini.

"Gue gak tahu kenapa Rara bisa sampai ketabrak kaya gini, Bell. Sumpah demi apapun. Gue tadi lagi beliin dia minum. Terus sewaktu gue balik, banyak orang berkumpul gak jauh dari tempat Rara berdiri sebelum gue tinggal. Gue deketin dan Rara sudah bersimbah darah dan gak sadarkan diri," ucap Atalanta. Cowok itu terlihat berusaha untuk tetap tenang dalam menjelaskan penyebab kenapa Clarabella bisa sampai tertabrak.

"Oke. Lo tenang aja. Rara bakalan baik-baik aja. Dokter di dalam bisa gue jamin bakalan selamatin Rara," Crystabella menepuk punggung Atalanta pelan. "Babe.." ia memanggil kekasihnya, Keizaro Dionisus.

"Kenapa?" cowok dengan eyesmile itu langsung menghampiri pacarnya ketika dipanggil.

"Kamu temani Eve di sini ya?"

"Oke!"

Setengah jam kemudian..

Dokter keluar dari ruangan operasi sambil membuka maskernya. "Keluarga pasien?" Tanya dokter itu. Semua orang langsung menghampiri dokter itu.

"Anak saya gimana dok?"

"Ada beberapa tulang yang patah dan retak, karena terhantam badan mobil dengan keras. Beberapa pecahan kaca yang menempel di kepala pasien dapat kami cabut dan untung saja lukanya tidak terlalu dalam. Namun, sayangnya pasien akan tertidur untuk beberapa waktu atau bisa disebut koma. Setelah ini, pasien akan segera dipindahkan ke ruangan ICU," jelas dokter itu.

"Dok apakah anak saya bisa saja bangun di waktu yang cukup lama?" Tanya ayahnya Clarabella.

"Kemungkinan iya. Jika terlalu lama pasien koma, saya harap bapak dan ibu bisa mengikhlaskan pasien," ucap dokter itu. Beliau menghela nafas.

Sementara itu, ibundanya masih terus menangisi putrinya yang masih berada di dalam ruangan operasi. Entah kapan gadis itu akan bangun dari tidurnya.

"Baik saya permisi duluan.." dokter itu tersenyum dan meninggalkan semua orang yang ada di hadapannya.

.·:*¨ ¨*:·.

Sudah tiga minggu Clarabella masih setia menutup matanya. Alat-alat penunjang hidup juga masih setia menemani tidur panjang Clarabella. Tidak ada yang tahu kapan cewek itu akan bangun.

Semuanya bergantian menjenguk dan menjaga cewek itu. Setelah dari ruangan ICU, kedua orang tuanya memutuskan untuk memasukkan Clarabella ke kamar VIP agar memudahkan orang untuk menjenguk.

Atalanta juga masih setia menjenguknya. Sehabis dari sekolah, ia akan langsung menjenguk kekasihnya yang masih tidak mau membuka matanya. Ia melakukan rutinitasnya di sini. Belajar, makan, mengerjakan tugas, bahkan sampai berangkat sekolah. Ia akan berangkat dari rumah sakit. Sebetulnya, ia ingin sekali meninggalkan sekolahnya. Namun, Veno akan langsung mengusirnya jika dia datang tidak pada waktu yang sudah ditentukan.

"Hai sayang.. kamu gak kangen aku?" Atalanta mengusap kepala Clarabella. Perban sudah mulai terlepas satu per satu. Ia merapikan rambut Clarabella yang berantakan.

"Aku kangen kamu. Apalagi sewaktu di sekolah. Sepi banget kamu gak ada di sekolah.."

Iya, Atalanta selalu mengajak bicara Clarabella selama beberapa menit, kemudian ia mengerjakan tugasnya.

"Ve.. lo belum gila kan?" Tanya Crystabella. Ia duduk di sofa, tak jauh dari ranjang Clarabella. Ia melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumahan yang sengaja ia beli untuk diletakkan di rumah sakit.

"Belum, selagi Rara masih di sini."

"Nih lo makan aja. Gue mau ajak ngobrol kembaran gue," Crystabella menghampiri Atalanta dan mengusir cowok itu.

"Dih.. gue baru juga ngomong ama Rara.." cowok itu cemberut. Namun, tetap menyingkir juga dari tempatnya dan duduk di sofa untuk makan.

"Hi Ra? Lo seriusan masih betah tiduran kaya gini? Sudah tiga minggu nih. Lo gak kangen jalan-jalan sama gue?" Crystabella mengusap tangan Clarabella pelan.

"Anak kelas pada nyariin lo. Mereka bilang kangen sama suara lo pas nyanyi gak jelas di kelas. Kursi gue juga jadi kosong gara-gara gak ada lo.." Crystabella menghela nafas. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Ra.. lo mau sampai kapan tidur kaya gini terus?" air matanya mulai menetes. Ia menggenggam tangan Clarabella dengan erat. "Ra.. lo gak kasihan sama papa dan eomma yang berharap lo bangun secepet mungkin?" ia mulai menangis. Kini mulai tersedu-sedu.

Jemari yang digenggam oleh Crystabella sedikit demi sedikit bergerak.

Crystabella menyadari pergerakkan jari-jari Clarabella. "Ra.. lo jangan beri gue harapan palsu kaya gini.." ucapnya.

"Moi.." terdengar suara pelan dari arah Clarabella.

"Gue gak halusinasi kan?" Crystabella menatap Clarabella kaget. Bahkan, mata cewek itu terbuka sedikit demi sedikit.

"Astaga Tuhan.. Ve panggil dokter. Rara bangun.." Crystabella langsung menoleh pada Atalanta yang sudah bersiaga. Benar saja, cowok itu langsung berlari memanggil dokter. Harusnya bisa menekan tombol, tapi pikirnya terlalu lama. Lebih baik ia langsung menghampiri dokternya.

"Ya Tuhan Ra.. akhirnya lo bangun," Crystabella menangis bahagia. "Oke gue harus telepon papa sama eomma biar cepet ke sini," Crystabella mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi kedua orang tuanya.

Crystabella langsung memeluk kembarannya yang masih terlihat lemah itu. "Lo jahat banget asli," ia menangis.

"Hehe maaf ya sudah buat lo khawatir."

Kemudian dokter datang untuk memeriksa. Namun, tak lama kedua orang tuanya datang.

"Bagaimana dok?" Tanya ayahandanya.

"Clarabella sudah bisa dikatakan pulih 80 persen. Bekas jahitan juga sudah mulai menyatu dengan kulit. Tulangnya yang retak dan patah juga bisa dikatakan sudah jauh lebih baik," dokter itu tersenyum.

Clarabella menatap orang-orang yang ada di hadapannya dengan senyuman. Namun, matanya tak sengaja bertabrakan dengan Atalanta dan kemudian ia bingung.

"Eomma.." panggilnya.

"Iya kenapa sayang?"

"Siapa pria yang berdiri di sebelah Veno?" tanyanya.

Seperti petir di siang hari bagi Atalanta. Clarabella tidak mengingatnya sama sekali? Oh Tuhan..

"Dia.."

"Hi! Gue Atalanta Everald. Temen lo satu sekolah," Atalanta tersenyum. Semua mata menatapnya iba.

"Bapak dan Ibu apakah kita bisa berbicara di luar?" Tanya dokter itu.

"Oh baik dok. Mari.."

Setelah dokter dan kedua orang tua berada di luar kamar..

"Diagnosa saya benar ternyata," ucap dokter itu langsung.

"Ada apa dok?" Tanya ayahanda Clarabella.

"Clarabella terkena amnesia retrograde."

Hi!
Jadi, ceritanya bakalan selalu up di sini ya^^

LOST || NCT (REWRITE)Where stories live. Discover now