"Apa yang terjadi denganmu dan Emma?"

Chanyeol mengangkat kepalanya lalu menatap kakaknya itu dengan pandangan terkejut, "Tidak ada apa-apa."

Yoora memicingkan mata curiga, "Aku tau kau sedang berbohong."

Chanyeol menghela napas panjang. Berbohong kepada Yoora adalah ide buruk. Seharusnya ia tau bahwa kakaknya adalah wanita yang sulit untuk dibohongi. Terlebih dirinya yang punya kemampuan payah dalam hal ini. Dengan helaan napas panjang, Chanyeol menyerah. "Emma hamil," ucap laki-laki itu pada akhirnya.

"Apa?"

Tidak butuh waktu lama bagi Yoora untuk menangkap maksud Chanyeol. Wanita itu dalam sekejap membelalakkan matanya lalu memukul belakang kepala adiknya dengan keras, "Dasar bodoh!"

"Kenapa memukulku?" gerutu Chanyeol sambil mengusap belakang kepalanya yang sakit.

"Dia masih sekolah, kenapa kau malah...?"

"Aku tidak sengaja."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Yoora dengan nada marah.

Jawaban Chanyeol tertahan ketika mendapati Emma keluar dari kamarnya dengan penampilan seperti baru bangun dari tidur.

"Hai... siapa ini?" tanya Emma dengan nada antusias begitu mendapati ada Bomi di rumahnya. Ia berjalan cepat menghampiri Bomi lalu mengangkat tubuh mungilnya ke udara. Kaki kecil Bomi menendang-nendang saat Emma menggosokkan hidungnya pada perut anak itu, "Bomi sekarang tambah berat ya."

Mata Emma kemudian beralih pada Yoora dan Chanyeol yang sedang duduk di sofa, "Annyeong haseyo," sapanya ketika ia mendekat.

"Bagaimana keadaanmu, Emma?" Yoora bertanya dengan raut khawatir.

Emma mengerutkan kening, bertanya-tanya kenapa Yoora tiba-tiba menghawatirkan keadaannya, dengan cepat Emma beralih menatap Chanyeol dan mendapati laki-laki itu mengangkat bahu.

"Kau sudah pergi ke dokter?" tannya Yoora lagi.

Sepertinya Emma menyadari situasi apa yang terjadi sekarang. Ia menduga Chanyeol sudah memberitahu kakaknya itu tentang kehamilannya. Lalu dengan senyum simpul ia menjawab, "Aku baik-baik saja."








--








"Kau masih marah padaku?" Chanyeol akhirnya melontarkan pertanyaan yang sedari tadi berputar di kepalanya.

Yoora dan Bomi sudah pulang 30 menit yang lalu. Dan sekarang Emma tengah menyiapkan sarapan di dapur tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Chanyeol.Chayeol mengikuti Emma ke meja makan.

"Ini sarapanmu," ucap Emma setelah meletakkan sepiring nasi goreng dengan telur itu di atas meja, "Aku akan makan di dalam kamar."

"Tunggu," Chanyeol menyambar pergelangan tangan Emma sebelum gadis itu pergi, "Ayo makan bersama. Ada hal yang ingin aku bicarakan."

Setelah sarapan selesai, Emma langsung menyerbu Chanyeol dengan pertanyaan, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Besok aku berangkat ke Beijing, aku akan berada di sana sekitar 3 minggu."

Emma menatap Chanyeol dengan tatapan datar, "Aku tau."

"Chanyeol mengerutkan dahi, "Kau...sudah tau?"

"Aku membaca beritamu di internet."

Chanyeol mengangguk-angguk dan tiba-tiba atmostif canggung melanda keduanya, "Kau tidak keberatan tinggal di rumah sendiri?" tanyanya dengan hati-hati.

"Sama sekali tidak keberatan."







--







Hari Senin datang. Chanyeol tengah bersiap untuk berangkat ke bandara sementara Emma bersiap untuk pergi ke sekolah. Keadaannya sudah jauh lebih baik dari beberapa hari yang lalu, jadi ia berfikir tidak akan ada masalah jika ia pergi sekolah.

Bunyi ketukan pintu membuat aktivitas Emma terhenti, ia meletakkan sisirnya kembali ke meja rias lalu membuka pintu kamar. "Aku akan berangkat," pamit Chanyeol dengan nada ragu.

Emma mengangguk kemudian diam-diam mengikuti dari belakang saat laki-laki itu berjalan keluar rumah. Chanyeol berbalik dan mendapati Emma tengah berdiri di ambang pintu. Oh sial, tiba-tiba perasaannya menjadi berat untuk pergi ke Beijing. Sejujurnya, saat ini kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran khawatir tentang hal sulit apa yang akan gadis itu alami tanpanya.

Chanyeol memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah Emma, "Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Lagi-lagi Emma tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Emma hampir saja kehabisan napas saat tiba-tiba Chanyeol menariknya ke dalam sebuah pelukan. Ia merasa aneh saat memikirkan hal ini. Dan tidak tau kenapa, Emma seolah-olah dapat merasakan kekahwatiran yang mendalam dari diri laki-laki itu, "Jaga dirimu."




--to be continue.


Vote+komen selalu aku tunggu :)

Vote+komen selalu aku tunggu :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Say hi to Bomi ^^

Married to Mr. ParkWhere stories live. Discover now